• Login
  • Register
Rabu, 29 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menjadi Suami Saleh

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
20/02/2018
in Kolom
0
5
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Istilah ‘istilah salehah’ sudah bukan barang asing lagi di telinga kita. Siapapun perempuan yang sudah halal menikah, pasti mendambakan predikat istri salehah. Apalagi suaminya. Meskipun memang masih sering terjadi kekeliruan pemahaman tentang apa makna istri salehah itu. Sebab pemahaman yang biasa ada itu bahwa istri salehah adalah istri yang penurut, istri yang hanya diam di rumah, istri yang selalu diam ketika dimarahi suaminya dan seterusnya.

Menjadi suami saleh adalah serangkain ikhtiar dan doa untuk hidup dalam konsep kesalingan. Saling melengkapi, saling menghargai dan saling menjaga antara suami dan istri. Suami kepada istri ataupun sebaliknya.

Melihat pemahaman kurang elegan itu, kita perlu memperbaharui makna istri salehah. Istri salehah sepenuhnya adalah perempuan biasa, sebagaimana laki-laki yang punya kelebihan dan kekurangan. Istri yang sama kedudukannya sebagaimana suami. Perempuan yang dianugerahi potensi akal pikiran dan hati nurani. Punya hak dan kewiban yang sama untuk saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan.

Dalam perspektif kesalingan, istri salehah itu setara dengan suami saleh. Kalau istri berupaya menjadi istri salehah, maka suami juga harus berusaha menjadi suami saleh. Lalu apa sesungguhnya suami saleh? Suami saleh tidak jauh seperti istri salehah. Suami pada dasarnya laki-laki biasa yang dituntun untuk bisa menjadi manusia seutuhnya, laki-laki yang baik, kepada siapapun, terutama kepada istrinya.

Menjadi suami saleh adalah serangkain ikhtiar dan doa untuk hidup dalam konsep kesalingan. Saling melengkapi, saling menghargai dan saling menjaga antara suami dan istri. Suami kepada istri ataupun sebaliknya. Suami saleh juga bukan hanya suami yang merasa cukup hanya dengan mencari nafkah. Bukan suami yang maunya hanya dilayani. Suami saleh adalah suami yang ikut berbagi peran dengan istrinya.

Dengan pemahaman komprehensif seperti itu, insya Allah perilaku kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, poligami dan perceraian akan bisa diminimalisir dan akan sulit terjadi. Kelak akan tumbuh berkembang suami-suami yang ramah terhadap istrinya. Mereka, para suami yang betul-betul memahami jerih payah istri sepanjang ia hamil dan melahirkan. Masalah demi masalah pasti ada, hanya saja suami akan bisa terlihat lebih dewasa menyikapinya.

Baca Juga:

Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

13 Pasal Krusial RUU KUHP yang Berpotensi Mafsadat Jika Disahkan

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

Kalau perspektif para suami sesaleh itu, diharapkan tidak adalah lagi ada suami yang melarang istrinya bekerja atau berkarier. Suami yang hanya mau menang sendiri. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga akan dihadapi bersama, tidak saling menyalahkan, melainkan saling memaklumi, saling menenangkan dan saling mencari solusi.

Memang tidak mudah menjadi suami saleh. Betul bahwa perkataan itu tidak semudah perbuatan. Hanya saja kita tidak boleh gelap mata sehingga keras kepala dan tidak mau memperbaiki kualitas diri dan rumah tangga. Kitapun mesti waspada kepada orang-orang yang justru meremehkan nasihat baik, merasa paling bisa, merasa dewasa. Nasihat dan teori itu sepanjang logis dan baik, sesulit apapun kelihatannya, harus kita ikhtiarkan. Jangan malah menyalahkan.

Akhirnya, sebagai saudara sebangsa dan seagama, sudah menjadi kewajiban bahkan kebutuhan kita untuk saling mengingatkan agar kita tidak lengah atau sampai terjerumus pada lubang kezaliman dalam rumah tangga. Istri dan suami tidak boleh cepat merasa puas dan berada dalam zona nyaman. Lihat nasihat baiknya, jangan lihat siapa yang mengatakan nasihatnya. Semoga kita, khususnya para laki-laki dan suami bisa pantas menjadi suami yang saleh.[]

Tags: keluargaKesalinganKesetaraanMubadalahPerempuan salehsuamisuami juga harus saleh
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Perempuan yang tidak sempurna

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

29 Juni 2022
Relasi Gender

Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

29 Juni 2022
Dampak Negatif Skincare

Dampak Negatif Skincare terhadap Ekosistem Bumi

28 Juni 2022
Nikah Muda

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

28 Juni 2022
RUU KUHP

13 Pasal Krusial RUU KUHP yang Berpotensi Mafsadat Jika Disahkan

28 Juni 2022
Kesetaraan Gender

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

27 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Deklarasi Kemanusiaan Universal Rasulullah Saw saat Wukuf di Arafah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dampak Negatif Skincare terhadap Ekosistem Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna
  • 6 Pola Pendidikan Anak Sesuai Ajaran Islam
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara
  • Doa Kemalaman di Perjalanan

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist