• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyikapi Perbedaan

Nur Rofiah Nur Rofiah
21/08/2019
in Personal
0
10
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perbedaan itu sunnatullah, baik perbedaan antar manusia, maupun antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahkan perbedaan itu ada di setiap manusia pada masa yang berbeda. Dulu semua manusia dewasa adalah bayi dan kelak semua bayi yang umurnya panjang juga akan jadi manusia dewasa. 

Tentu, mengingat persamaan di antara yang berbeda itu penting. Misalnya berbeda tapi sama-sama Muslim, sama-sama bangsa Indonesia, dan sama-sama manusia. Bahkan sama-sama makhluk Allah. Mengingat persamaan ini membantu kita untuk bersaudara karena agama, negara, atau karena kedirian yang sama. 

Namun, menyikapi perbedaan juga penting. Allah bahkan meminta manusia untuk saling mengenali (taaruf) persamaan sekaligus perbedaan yang dimiliki oleh sesama manusia. Misalnya perbedaan jenis kelamin (adz-dzakaru wal-untsa), bangsa (syu’ub), dan suku (qabail). Jadi, kita juga diminta untuk mengenali perbedaan. Mengapa? Barangkali ini jawabnya: “Tak kenal, maka tak sayang.” Tak sayang tentu bisa berkembang menjadi benci dan benci bisa melahirkan pertikaian. 

Setidaknya ada dua cara yang kerap diambil dalam menyikapi perbedaan:

Pertama, perbedaan dipandang secara negatif dan dikhotomis. Perbedaan dipandang sebagai sumber konflik sehingga sebisa mungkin dilupakan. Kita diajak fokus pada persamaan. Sikap ini lama-lama berkembang menjadi penyeragaman. Kelompok sosial terkuat menjadi standar. Kelompok sosial lainnya mesti menyesuaikan diri alias penyeragaman. Tidak jarang proses penyeragaman ini sampai tahap pemaksaan. Lahirlah ketidakadilan, perlawanan, dan konflik pun pecah.  Jadi bukan perbedaan tapi pembedaan atau cara menyikapi perbedaanlah sesungguhnya yang menjadi sumber konflik. 

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Baca Juga:

Makna Hijab Menurut Para Ahli

5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Kedua, perbedaan dipandang secara positif dan sinergis. Perbedaan dipandang sebagai modal sosial untuk maju bersama. Perintah Allah untuk taaruf antar manusia dapat diterapkan dengan ikhtiyar mengenali persamaan sekaligus perbedaan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ikhtiyar mengenali perbedaan ini dilakukan bukan dalam semangat mendiskriminasi, melainkan semangat untuk saling menguatkan.

Karena perbedaan sosial dipandang sebagai modal sosial untuk maju bersama, maka setiap kelompok sosial sama-sama didorong untuk aktif mewujudkan kemaslahatan bersama melalui modal sosial masing-masing. Sebaliknya, mereka dilarang untuk menggunakan modal sosial masing-masing yang berakibat mafsadat bagi lainnya, meskipun maslahat bagi kelompoknya. 

Selanjutnya, Allah mengingatkan manusia untuk beralih pada ikatan paling primordial yang dimiliki oleh manusia, yaitu:

1. Semua manusia adalah hanya hamba Allah.  Karenanya, ia tidak boleh menjadi hamba siapa dan apapun selain-Nya termasuk bukan hamba dirinya sendiri. Sebaliknya, ia juga tidak akan memperlakukan siapa dan apapun selain-Nya sebagai hambanya, termasuk dirinya sendiri sehingga manusia juga tidak boleh mengeksploitasi dirinya sendiri. 

2. Semua manusia adalah Khalifah fil Ardl yang mengemban amanah mewujudkan kemaslahatan seluasnya di muka bumi. Karenanya,  manusia mesti bekerjasama untuk mewujudkan kemaslahatan makhluk-Nya. Karenanya pula, musuh bersama manusia adalah segala tindakan tidak manusiawi pada manusia,  dan tindakan eksploitatif pada makhluk-Nya.  

Semua kelompok sosial sama-sama punya kewajiban untuk merumuskan dan mewujudkan  kemaslahatan.  Sebaliknya, mereka juga berhak untuk menikmati kemaslahatan dalam sistem kehidupan bersama.  

Dalam masyarakat plural,  politik identitas (tidak hanya berbasis agama tapi juga ras dan lainnya) perlu diwaspadai karena politik jenis ini mengajak kita untuk fokus pada perbedaan, bukan dalam semangat positif dan sinergis melainkan dengan semangat negatif dan dikhotomis. 

Semoga bisa terus berlatih agar mampu menjadikan titik persamaan sebagai perekat dan titik perbedaan sebagai penguat, baik dalam keluarga, masyarakat, Negara,  dan dunia. Aamiin yra. Wallahu A’lam bish-Shawab![]

Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Refleksi Menulis

Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri, dan Menciptakan Keabadian

30 Januari 2023
Pengalaman Perempuan

Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

28 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist