• Login
  • Register
Jumat, 3 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Nasidaria; Perempuan Pendobrak di Masanya

Alamsyah Djafar Alamsyah Djafar
21/04/2020
in Pernak-pernik
0
(sumber foto wahidfoundation.org)

(sumber foto wahidfoundation.org)

27
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Setelah dihajar berkali-kali oleh lagu Aisyah yang diputar Novi Yana, saya menenangkan diri dengan memutar lagu-lagu Nasidaria. Lagu pertamanya, “Ibu”. Liriknya menarik. “Ibu derajatmu tiga tingkat dibanding Ayah”. Saya jadi ingat Emak, Aisyah. Emak memang bernama Aisyah. Di matanya, Nasidaria itu nomor satu. Zainuddin MZ nomor dua. Lagu-lagu dangdut nomor tiga. Mendengar lagu-lagu kasidah itu buat Emak separuh dari ibadah. 

Selepas shubuh menjelang matahari menyingsing dan nelayan melaut, Emak memutarnya. Saya jadi akrab dengan grup perempuan-perempuan hebat itu. Gaya berkerudung Nasidaria jadi tren mode di kalangan ibu-ibu di pulau kami. Nasidaria telah menjadi subkebudayaan. Lagu “Pengantin Baru’ di acara akad nikah di pulau kami seperti lagu Indonesia Raya di forum-forum pemerintah. Grup-grup kasidah pelajar Tsanawiyah dan ibu-ibu majlis taklim mengidolakan mereka. 

Jika Nasidaria rutin diputar, MZ diputar bolong-bolong. Biasanya menjelang magrib. Seingat saya Emak tak akan putar, jika masjid pulau sedang live memutar MZ yang suaranya menggerayangi seluruh rumah-rumah warga.

Kalau dipikir-dipikir Nasidaria ini perempuan pendobrak di masanya. Melompati perdebatan halal-haram musik. Sebagian mereka bisa mengiris biola, memetik gitar, dan menghantam gendang. Saya juga suka dengan suara mereka yang fasih. 

Dari beberapa tulisan dan berita, saya tahu Nasidaria ini didirikan pasangan suami istri Muhammad Zain dan Mudrika pada 1975 di daerah Kauman Semarang. Zain pegawai Kementerian Agama ketika itu yang juga pengajar qiraah, seni membaca al-Quran. Mudrika yang menjadi satu dari sembilan anggota Nasidaria adalah orang yang saban hari mengasuh grup ini.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Baca Juga:

Makna Hijab Menurut Para Ahli

5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

Nasidaria punya pencipta lirik berbakat: Kiai Haji Buchori Masruri. Ia tokoh agama dan penceramah asal Semarang yang rupanya juga mencintai seni memahat kata-kata. Sejumlah lirik lagu grup kasidah ini lahir dari tangannya. Ketika Gus Dur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kiai Masruri menjadi Ketua Pengurus Wilayah Jawa Tengah.

Tapi, untuk urusan Nasidaria, Kiai Buchori tak menggunakan nama itu. Ia menggunakan kunyah, nama panggilan, Abu Ali Haidar. Maksudnya, Bapaknya Ali Haidar. Artinya, Ali Haidar adalah salah seorang anak dari Kiai Buchori. 

Ngomong-ngomong Ali Haidar saya jadi ingat lelaki yang saya sapa Mas Haidar. Namanya lengkapnya Ali Haidar. Pertama kali kami bertemua di Piramida Circle, forum kajian yang kebanyakan sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat. Kulitnya kecoklatan dengan rambut lurus. Kata-katanya seperti terpilih agar lawan bicaranya tak tersinggung. Ia senang humor dan sering memberikan kami jajanan dan uang untuk ngopi , teman diskusi. 

Mas Haidar salah seorang pendiri Piramida. Saat menjadi mahasiswa IAIN, ia juga aktif di PMII. Itu saja yang saya tahu ketika itu. Padahal kami sering bertemu. Sebab ia memang sering berkunjung ke Piramida, ngobrol, dan main karambol. Kami bersedih sekali pada 2018, Mas Haidar “pergi”. Saya baru tahu belakangan nama Ali Haidar yang dipakai Kiai Buchori itu memang nama Mas Haidar Piramida. []

Alamsyah Djafar

Alamsyah Djafar

Terkait Posts

Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

3 Februari 2023
Nabi Khidr as

Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

3 Februari 2023
ceria

Nabi Saw Menyambut Ceria Kehadiran Anak Perempuan

2 Februari 2023
Pesan Moral

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

2 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist