• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pendidikan Seksualitas Bukan Tabu tapi Perlu

Anisa Dewi Anggriaeni Anisa Dewi Anggriaeni
01/07/2020
in Personal
0
Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

63
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pertengahan Juni, berita terkait prekosaan terhadap remaja di Tangerang Selatan membuat ingin melontar sumpah serapah dan cacian kepada pelaku perkosaan. Sebelum diperkosa, korban, terlebih dahulu, dicekoki pil excimer. Tak tanggung-tanggung, lima orang secara bergantian memperkosa gadis berumur 16 tahun. Satu di antaranya adalah pacar korban.

Di Sidrap, Sulawesi Selatan enam remaja diamankan polisi diduga memperkosa anak di bawah umur. Mulanya, pelaku menjemput korban, lalu ia dibawa ke rumah kosong. Pelaku berjumlah enam orang, secara bergantian melakukan pencabulan. Peristiwa itu terjadi pada 26 Juni 2020.

Tentu, berita yang bikin pilu. Perkosaan terhadap anak di bawah umur dan remaja terus saja terjadi. Berdasarkan laporan Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2020, pada tahun 2019 jenis kekerasan terhadap anak perempuan mencapai 2.341 kasus. 571 di antaranya berupa kasus kekerasan seksual.

Saya terkejut setelah mencheck-out beberapa buku di salah satu marketplace, lalu memilih jasa pengiriman barang, ternyata ekspedisi yang saya pilih menolak. Alasanya, dalam judul buku itu mengandung kata v*gina, tanpa perlu interpretasi jelas, terbaca vagina.

Sama halnya dengan edukasi seksualitas yang masih dianggap tabu oleh sebagian orang, bahkan diamini oleh institusi pendidikan. Bab reproduksi terbatas pada pengenalan organ tubuh, fungsi dan bahaya yang mengintai. Tentu, kurikulum itu dibuat bukan tanpa tujuan. Salah satunya, agar remaja tidak melakukan hubungan seksual pra-nikah yang dianggap sebagai wujud degradasi moral. Sebab tak sesuai dengan ajaran norma yang berlaku dan aturan agama.

Baca Juga:

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Pendidikan seksualitas penting diajarkan sejak dini.  Kita tak bisa menampik, hari ini kekerasan seksual masih banyak terjadi di remaja perempuan. Tak hanya itu, kehamilan tak direncanakan dan kasus HIV/AIDS masih jamak. Jika remaja mengetahui jenis kekerasan seksual, mereka juga akan mampu mengidentifikasi pelecehan seksual. Pasalnya ketika anak mendapat pendidikan seksual yang komprehensif, dia akan terhindar dari hubungan seks yang beresiko. Anak akan mengambil keputusan atas tubuhnya untuk bertanggung jawab.

Organisasi Pendidikan, Ilmu pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyarankan tiap negara menerapkan pendidikan seksual yang komprehensif tak terkecuali Indonesia. Rekomendasi itu berdasarkan Global Education Monitoring (GEM) Report, UNESCO.

Melansir dari cnnindonesia.com GEM Report melaporkan sebanyak 15 juta anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun. Sekitar 16 juta anak berusia 15-19 tahun, dan satu juta anak perempuan di bawah umur 15 tahun melahirkan setiap tahunnya di dunia.

Pernikahan anak tentu saja bukan soal pendidikan seksual tapi lebih kompleks dari itu. Praktik-praktik di daerah tertentu karena keterbatasan ekonomi membuat ‘mau tak mau’ anak harus segeran dinikahkan sebagai upaya ‘penyelematan’. Akses pendidikan yang tak merata juga berpengaruh, belum lagi minimnya tenaga pengajar di daerah terluar dan tertinggal.

Kembali lagi tentang pendidikan seksualitas, laporan UNESCO dan GEM Report memberikan rekomendasi untuk setiap negara tentang pendidikan seksualitas. Pertama investasi dalam pendidikan guru; kedua membuat kurikulum relevan berdasarkan bukti; ketiga megembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi serta implementasi; keempat bekerja dengan sektor lain untuk membawa perubahan nyata; kelima terlibat dengan komunitas dan organisasi induk untuk mengatasi perlawanan yang tidak berdasarkan fakta.

Seksualitas bila semakin tabu dibicarakan, semakin sulit dibumikan. Edukasi seksualitas yang masih malu-malu didengar, menjadi asing ketika diperkenalkan. Padahal perbincangan semacam itu perlu dibuka agar semakin banyak orang yang sadar akan tubuh, fungsi dan otoritasnya.

Seksualitas tak melulu soal seks tetapi berkaitan juga dengan kesehatan, menerima dan merasa nyaman dengan tubuh sendiri, menghargai orang lain, menghargai keberagaman, mengenal gender, hak seksual dan HAM, serta berbagai macam kekerasan.

Naomi Wolf, melalui bukunya “V*gina Kuasa dan Kesadaran” membuka dengan menyajikan pengalaman pribadinya; tak lagi menikmati hubungan seksual sebagaimamna sebelumnya. Dan bagi Wolf itu masalah. Ia kemudian memeriksakan dirinya dan berbincang dengan dokter Coady. Rasa kebas yang dirasakannya adalah akibat kompresi saraf.

Ia menjelaskan secara ilmiah di bukunya, mulai dari untaian saraf, titik-titik stimulasi, tanda-tanda perempuan mencapai orgasme, seks yang memunculkan kepercayaan diri dan kreativitas. Naomi seperti tengah berbicara pentingnya mengenali genetalia dalam tubuh sendiri, sebagai bentuk kuasa dan kesadaran secara subjektif. []

Anisa Dewi Anggriaeni

Anisa Dewi Anggriaeni

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version