• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Peran Pondok Pesantren dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama

Berbicara keberagamaan dalam ranah sosial maupun publik perlu diterapkan, khususnya dalam lingkup pendidikan keagamaan seperti Pesantren

Arie Riandry Ardiansyah Arie Riandry Ardiansyah
30/12/2022
in Publik
0
Pondok Pesantren

Pondok Pesantren

618
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan bagi kalangan remaja putra maupun putri. Secara fundamental pondok pesantren biasanya bermakna sebagai penjara suci yang mana konotasi ini dianggap sakral oleh sebagai kalangan masyarakat. Pesantren merupakan pusat pendidikan yang kolot dan bagian dari produk budaya lokal Indonesia.

Jika melihat secara historis pada abad ke-13 dan beberapa abad kemudian terjadi dinamika penyelenggaraan pendidikan semakin teratur dan maraknya pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan adanya eksistensi tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian tersebutlah pesantren.

Pondok pesantren pada umumnya menerapkan konsep tasammuh (toleran) tawazzun dan ukhuwah. Tujuan general dari pesantren sendiri yakni berorientasi membina warga negara supaya berkepribadian sesuai dengan ajaran agama islam. Serta berguna untuk bangsa, agama dan negara. Pondok pesantren berasal dari kata santri yang artinya seseorang yang belajar agama Islam. Kata ini kemudian kita artikan sebagai tempat berkumpul orang-orang yang belajar agama islam.

Ada juga yang mereduksi pengertian ini, seperti pesantren adalah merupakan tempat menginap para pelajar pendidikan Indonesia “tradisional” dalam memahami ilmu agama secara mendalam dan mengimplementasikannya sebagai pedoman hidup.

Makna Lain Istilah “Pondok”

Pondok merupakan bentuk dari kata funduq yang artinya penginapan, wisma, asrama dan lain-lain. Karena pondok sendiri berfungsi sebagai penginapan para santri/pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan Pesantren bagian dari pusat pendidikan yang berlandaskan indigeneous Indonesia memiliki kekhasan serta tercantum nilai-nilai asli budaya Indonesia.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Maka, dengan kemandirian pesantren yang bersifat berdikari otonom baik dari sistem belajar maupun pendanaan. Jadi pesantren bisa kita artikan tempat menginap para pelajar/santri yang sedang mencari ilmu, khususnya ilmu agama.

Sedangkan secara terminologi pengertian pondok pesantren M. Dawam Rahardjo sampaikan ialah pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam. Itulah identitas pesantren pada awal perkembangannya. Sekarang setelah terjadi banyak perubahan di masyarakat, sebagai akibat pengaruhnya, definisi di atas tidak lagi memadai.

Walaupun pada intinya nanti pesantren tetap berada pada fungsinya yang asli. Di mana selalu terpelihara di tengah-tengah perubahan yang deras. Bahkan karena menyadari arus perubahan yang kerap kali tak terkendali itulah, pihak luar justru melihat keunikannya sebagai wilayah sosial yang mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi.

Pluralisme dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menjelaskan bahwa pluralitas adalah salah satu kenyataan objektif komunitas umat manusia, sejenis hukum Allah atau Sunnah Allah, dan bahwa hanya Allah yang tahu dan dapat menjelaskan. Di hari akhir nanti, mengapa manusia berbeda satu dari yang lain, dan mengapa jalan manusia berbeda-beda dalam beragama.

Dalam al-Qura’n disebutkan, yang artinya:

“Untuk masing-masing dari kamu (umat manusia) telah kami tetapkan Hukum (Syari’ah) dan jalan hidup (minhaj). Jika Tuhan menghendaki, maka tentulah Dia jadikan kamu sekalian umat yang tunggal (monolitik). Namun Dia jadikan kamu sekalian berkenaan dengan hal-hal yang telah dikaruniakan kepada kamu. Maka berlombalah kamu sekalian untuk berbagai kebajikan. Kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali; maka Dia akan menjelaskan kepadamu sekalian tentang perkara yang pernah kamu perselisihkan” (QS. 5: 48).

Demikianlah beberapa prinsip dasar Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah pluralisme dan toleransi. Paling tidak, dalan dataran konseptual, Al-Qur’an telah memberi resep atau arahan-arahan yang sangat kita perlukan bagi manusia Muslim untuk memecahkan masalah kemanusiaan universal.

Yaitu realitas pluralitas keberagamaan manusia dan menuntut supaya bersikap toleransi terhadap kenyataan tersebut demi tercapainya perdamaian di muka bumi. Karena Islam menilai bahwa syarat untuk membuat keharmonisan adalah pengakuan terhadap komponen-komponen yang secara alamiah berbeda.

Era Multikulturalisme

Selain itu, era sekarang adalah multikulturalisme dan pluralisme. Di mana seluruh masyarakat dengan segala unsurnya dituntut untuk saling tergantung dan menanggung nasib secara bersama-sama demi terciptanya perdamaian abadi. Salah satu bagian penting dari konsekuensi tata kehidupan global yang tertandai kemajemukan etnis, budaya, dan agama tersebut, adalah membangun dan menumbuhkan kembali teologi pluralisme dalam masyarakat.

Demi tujuan itu, maka pendidikan sebenarnya masih kita anggap sebagai instrumen penting. Sebab, “pendidikan” sampai sekarang masih kita yakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu yang dididiknya. Selain itu mampu menjadi “Guiding light” bagi generasi muda penerus bangsa. Dalam konteks inilah, pendidikan agama sebagai media penyadaran umat perlu membangun teologi inklusif dan pluralis, demi harmonisasi agama-agama (yang telah menjadi kebutuhan masyarakat agama sekarang).

Toleransi dan Keberagamaan di Lingkungan Pesantren

Pendidikan perdamaian adalah sebuah usaha yang wajib dilaksanakan demi terwujudnya nilai-nilai, sikap atau perilaku, dan tata cara hidup yang mendukung terciptanya budaya damai. Asma berpendapat bahwa pendidikan perdamaian bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman mengenai akar konflik, kekerasan dan ketidak-damaian dalam lingkup yang bersifat personal, interpersonal, komunitas/kelompok, nasional, regional dan internasional.

Dalam hubungannya dengan model pendidikan yang berbasis pengembangan materi kekinian tersebut, Pondok Pesantren sejak awal berdirinya melakukan kaderisasi keulamaan dalam tradisi keilmuan yang berorientasi tafaquh fi aldin. Sesuai dengan karakternya yang senantiasa mengakomodatif dengan perkembangan masyarakat dalam rangka mempertahankan eksistensinya sekaligus menjawab tantangan dan perubahan zaman.

Dalam konteks mempersiapkan kader ulama yang ada dalam segala jenis kemajemukkan dalam masyarakat, pesantren menyiapkan kurikulum pendidikan perdamaian yang lebih kontekstual, sejalan dengan tantangan yang dihadapinya. Dalam penerapan pendidikan perdamaian yang bermuatan nilai toleransi, HAM, dan lain-lain.

Melalui normatif redukatif strategi Pondok Pesantren melakukan transmisi dan internalisasi nilai-nilai ke-Islaman yang inklusif, damai, dan toleran sehingga terbangun kapasitas perdamaian di kalangan para santri dan masyarakat yang pada gilirannya diharapkan mampu menciptakan bangunan perdamaian yang abadi.

Hasyim Muzadi berpendapat bahwa dalam mengembangkan model pendidikan yang berwawasan toleransi, pondok pesantren wajib menjaga keseimbangan antara hukum Islam dengan legal-formal, pendidikan responsif dengan kondisi dan keadaan psikologis masyarakat, pembinaan akhlak atau tasawuf yang dialektis dengan norma-norma masyarakat serta penanaman nilai-nilai HAM.

Pendidikan Berbasis Keberagamaan

Jika  model pendidikan ini bersinergi dengan baik, maka pondok pesantren akan melahirkan penerus-penerus muslim yang moderat. Dalam kaitannya dengan pandangan ini, Pondok pesantren Universal menerapkan model pendidikan yang juga berbasis wawasan toleransi, meskipun seluruh komponen dalam model pendidikan tersebut belum bersinergi secara menyeluruh.

Dalam merefleksikan nilai-nilai pendidikan multikulturalisme pluralisme, hal itu kita lakukan karena di dalamnya bukan hanya terdapat pembelajaran tentang menata hati, akhlak, bukan fiqih semata-mata. Ini merupakan suatu proses yang membangun sikap toleran dan kelembutan hati, juga termasuk kitab-kitab yang kita baca. Ta’lim bukan kitab syafi’iyyah saja, akan tetapi juga mengadopsi kitab-kitab yang yang lain.

Seyogyanya berkiprah dalam mengenalkan problematika keragaman, yang tentu saja mengandung nilai-nilai yang mampu menumbuh-kembangkan sikap-sikap toleransi, inklusif pada generasi muda. Dengan berdasar pada prinsip kurikulum pendidikan agama Islam.

Dapat kita simpulkan adalah konstruk pemikiran pondok pesantren menunjukkan adanya pembentukan pemikiran untuk mempunyai sikap toleransi. Toleransi beragama dalam pandangan Pondok Pesantren adalah sikap keberagamaan yang menerima kenyataan kemajemukan yang berdasarkan pada nilai empatik. Tanpa adanya intervensi dengan pihak manapun. Mengenai corak pemahaman dalam batasan toleransi beragama, di pemahamannya lebih mengarah kepada corak keberagamaan yang inklusifistik. []

 

Tags: KeberagamaankeberagamanpesantrenPondok PesantrenSantritoleransiToleransi beragama
Arie Riandry Ardiansyah

Arie Riandry Ardiansyah

Mahasiswa Studi Agama Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Manusia suka makan, minum, berpikir cuma sedikit

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version