• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perayaan Maulid Nabi Refleksi dari QS. al-Ahzab [33]: 56

Memperingati hari kelahiran merupakan hal yang penting, karena di dalamnya terdapat harapan, bentuk rasa syukur dan mengingat akan sebuah peristiwa penting

Shulhan Habib Shulhan Habib
07/10/2022
in Publik
0
Perayaan Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi

594
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang di dalamnya terdapat peristiwa yang luar biasa. Di bulan tersebut makhluk termulia, pemimpin para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad saw. lahir ke bumi. Di mana saat kelahiran baginda Nabi Muhammad saw. langit menjadi terang benderang, api sesembahan negeri Persia menjadi padam di mana sebelumnya tidak pernah padam dan gedung-gedung di negeri tersebut runtuh (Maulid Diba’).

Saat bulan Rabiul Awal tiba, mayoritas umat Islam di dunia merayakan bulan kelahiran Nabi dengan berbagai cara. Misalnya di Negara Mesir mereka merayakan maulid dengan cara menghias permen, di India saat bulan Maulid tiba, para perempuan di India akan berbondong-bonding menuju masjid Hazratbal untuk menyaksikan secara langsung sehelai jenggot milik Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia sendiri, pelaksanaan peringatan Maulid  dengan pembacaan syair-syair Maulid seperti Maulid Diba, Simtudh Dhurar, Barzanji dll. Sehingga tidak aneh, jika pada bulan Rabiul Awal pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad menggema di langit Indonesia.

Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Jika kita telisik, sebenarnya perayaan Maulid sudah ada pada zaman Nabi dan Nabi sendiri yang mempratikkannya. Hal ini terbukti dalam sebuah hadis dalam kitab Shahih Muslim di mana saat ditanya tentang mengapa beliau puasa di hari Senin, lantas beliau menjawab dengan redaksi,

يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ، أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim : 1162)

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Selain itu, dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa Nabi Isa.as juga memperingati hari kelahirannya dan berharap keselamatan dan kesejahteraan tercurah padan. Selain itu, terhindar dari segala bencana dan aib serta kekurangan di hari kelahirannya. (Tafsir al- Misbah, Vol 8, h.180)

                                                                                                                                                وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Dan salam atas diriku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup (kembali).” (QS. Maryam [19]: 33)

Memperingati hari kelahiran merupakan hal yang penting, karena di dalamnya terdapat harapan, bentuk rasa syukur dan mengingat akan sebuah peristiwa penting. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. yang memperingati peristiwa penting selamatnya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun dengan berpuasa Asyuro dan mengatakan bahwa beliau lebih berhak atas Nabi Musa daripada umat Yahudi (HR. Muslim).

Ragam Perayaan Maulid Nabi

Oleh karena itu dalam momentum bulan Rabiul awal ini atau yang lebih kita kenal dengan bulan Maulid, mayoritas umat muslim merayakan bulan kelahiran Nabi dengan cara masing-masing. Terlebih umat Islam di Indonesia, mereka memperingati bulan Maulid dengan melakukan kegiatan selawatan bersama yang biasanya berlangsung selama 12 hari. Selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, selawatan juga sebagai bentuk reflesi dari QS. al-Ahzab [33]: 56 :

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”‏ (QS.al-Ahzab [3]: 56)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah dan para Malaikat berselawat pada Nabi dan memerintahkan orang mukmin untuk berselawat pada Nabi. Dalam tafsirnya, al-Qurthubi menjelaskan bahwa selawat Allah kepada Nabi adalah bentuk kasih sayang dan ridlaNya. Selawat dari malaikat adalah bentuk doa dan permintaan ampunan dari Malaikat untuk Nabi.

Maulid Nabi Refleksi dari Al Qur’an

Sedangkan selawat dari umatnya adalah sebagai bentuk doa kepada Nabi serta pengagungan terhadap perintah Allah. Selain itu selawat adalah sebagai bentuk Allah memuliakan Nabi Muhammad saw. di atas Nabi lainnya. Sehingga orang mukmin wajib hukumnya bersholawat kepada Nabi meskipun hanya sekali seumur hidup.

Bahkan dalam pandangan Imam Zamakhsary hukum selawat adalah wajib saat kita mendengar nama Muhammad saw. disebut. Hal ini berdasarkan hadis:

مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ

Barang siapa yang ketika disebut namaku, ia tidak bersholawat padaku, kemudian ia mati, maka ia akan masuk neraka” (Syarah Ibnu Hibban: 907)

Imam Qurthuby juga menambahkan bahwa hamba yang baik tidak akan pernah lupa akan memperbanyak selawat kepada Nabi. (Al-Qurthuby, Jami’ Lil Ahkam al-Qur’an). Sehingga jelas bahwa kegiatan maulid Nabi yang dilakukan umat Islam di Indonesia maupun di dunia adalah bentuk refleksi dari ajaran QS.al-Ahzab [33]:56 tentang perintah Allah untuk berselawat pada Nabi. Selain itu selawat juga mempunyai keutamaan yang besar, di mana dalam hadisnya Nabi bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barang siapa yang berselawat padaku sekali, Allah akan bersholawat padanya sepuluh kali” (HR.Muslim: 408)

Penjelasan dalam Kitab Manahij Syarh Shahih Muslim, bahwa maksud Allah berselawat sepuluh kali adalah, Allah memberikan rahmatnya dan melipatgandakan pahala orang yang berselawat. Walhasil, merayakan bulan Maulid dengan cara berselawat adalah bentuk kepedulian kepada Nabi dan bentuk melaksanakan perintah Allah dalam kitabnya.  Semakin seseorang banyak membaca selawat semakin besar pula rahmat dan pahala yang kita dapat. Wallahu’alam bi shawab. []

Tags: Ahlul BaytBudayaislamKelahiran NabiMaulid NabiNabi Muhammad SAWsejarahTafsir AlQur'anTradisi
Shulhan Habib

Shulhan Habib

Mahasiswa Magister prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version