• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan, dan Simbol Kesucian Tentangnya

Sejak kecil perempuan sudah diajarkan untuk menjaga dirinya. Perempuan juga selalu dikenalkan dengan keperawanan. Perempuan diingatkan agar jangan sampai disentuh oleh laki-laki yang bukan mahram

mahdiyaazzahra mahdiyaazzahra
08/12/2021
in Personal
0
Bidadari

Bidadari

334
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mungkin muncul di benak kita semua, kenapa Novia yang sudah diperkosa dan hamil malah meminta tanggung jawab? Setelah dipaksa aborsi, kenapa ia tidak pergi saja meninggalkan laki-laki itu dan hidup bersama ibunya?

Sejak kecil perempuan sudah diajarkan untuk menjaga dirinya. Perempuan juga selalu dikenalkan dengan keperawanan. Perempuan diingatkan agar jangan sampai disentuh oleh laki-laki yang bukan mahram. Perempuan yang sudah disentuh berarti sudah ternoda, apalagi perempuan yang sudah diperkosa, ia sudah ternoda dan tak berharga.

Hal ini membuat perempuan selalu dalam ketakutan akan kesucian. Jika ada perempuan berjalan dengan laki-laki, perempuan akan dicap tak bisa menjaga diri. Perempuan selalu ditakut-takuti akan keperawanan, tak ada laki-laki yang mau dengan perempuan yang tidak perawan. Perawan adalah simbol kesucian perempuan.

Sebaliknya, laki-laki tak pernah dituntut untuk menjaga keperjakaannya. Mereka tak dituntut untuk menjaga tangannya agar tak menyentuh perempuan. Tak ada yang mempertanyakan apakah kamu masih perjaka? Tapi banyak laki-laki bertanya, apakah kamu masih perawan?

Keperawanan dan kesucian membuat perempuan selalu takut dan menjaganya dengan baik. Namun tidak dengan laki-laki. Mereka terus melakukan bujuk rayu dan berbagai sentuhan untuk menjebak bahkan memaksa dengan kekerasan pada perempuan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things
  • Kekerasan Seksual dan Hujatan pada Perempuan
  • Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan
  • Budak Cinta, Bumi Cinta, dan Mubadalah Cinta

Baca Juga:

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

Kekerasan Seksual dan Hujatan pada Perempuan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

Budak Cinta, Bumi Cinta, dan Mubadalah Cinta

Lantas perempuan yang mengalami paksaan baik dalam hubungan pacaran maupun tidak, bisa apa? Ia merasa ternoda dan sangat buruk. Ia merasa tidak suci. Lantas jika sudah ada yang menyentuhnya apa yang bisa ia lakukan. Ia pasrah, “Aku sudah terlanjur disentuh olehnya, maka tak akan ada lagi yang mau menyentuhku selainnya.”

Lantas setelah disentuh apakah berhenti sampai di sana? Tidak! Laki-laki akan terus melakukan bujuk rayu hingga kekerasan sampai pada perkosaan. Perempuan yang sudah merasa hina hanya bisa pasrah. Ia ingin dinikahi oleh laki-laki yang sudah menodainya. Hanya pada satu orang ia ingin menyerahkan dirinya yaitu suaminya. Namun karena sudah terlanjur kotor maka ia ingin orang itulah yang menikahinya.

Memangnya siapa yang mau menikahi perempuan yang tidak suci? Tidak perawan, kotor, dan hina? Siapa yang mau dengan perempuan bekas? Laki-laki menodai banyak perempuan, tapi ingin menikahi perempuan yang suci.

Sebaliknya perempuan yang sudah dinodai hanya mencari orang yang mau menikahinya. Itulah kenapa banyak perempuan bertahan dalam hubungan yang tidak benar. Banyak perempuan bertahan meski diselingkuhi, bertahan meski dijadikan budak seks, bertahan hingga pernikahan meski suaminya pengangguran dan bajingan. Bukan karena ia bodoh atau bucin tapi karena ia selalu dihantui perasaan kotor dan ternoda.

Banyak yang menjebak perempuan dengan merekam video hubungan mereka lalu mengancamnya. Padahal hubungan yang mereka lakukan belum tentu atas dasar suka sama suka. Namun jika sampai tersebar, apa yang terjadi? Yang akan dicap buruk adalah perempuan.

Perempuan akan dihina bahkan dilecehkan oleh laki-laki lain hanya karena ia pernah ternoda. Laki-laki yang bertemu perempuan suci akan melakukan berbagai bujuk rayu untuk menodainya. Namun jika ia bertemu perempuan kotor ia akan semena-mena menodainya ‘hanya’ karena ia pernah ternoda.

“Toh dia sudah kotor, wajar saja kalau aku menodainya. Toh dia sudah bekas, wajar saja kalau aku perlakukan dia layaknya keset kaki.” Lalu setelahnya melenggang pergi. Bagaimana dengan perempuan? Ia merasakan tekanan yang luar biasa hingga terkadang ia rela dinikahi siapa saja meski jahat asal mau menerimanya.

Banyak sekali perempuan yang awalnya hanya mengenal laki-laki sebatas pertemanan. Pertemanan yang kemudian dirusak oleh laki-laki dengan bujuk rayu. Laki-laki mulai membujuk dan menyentuh hingga perempuan merasa sudah ternoda. Lama kelamaan perempuan akan semakin merasa ternoda, sementara laki-laki merasa bisa mengendalikannya dengan penuh nafsu belaka.

Banyak pula laki-laki yang melakukan penciuman paksa hingga memperkosa. Karena sudah sangat ternoda, perempuan merasa ia sudah tak ada nilainya. Maka ia hanya bisa mengemis cinta pada pemerkosanya. Ia berharap cukup sekali saja ia berdosa, dan cukup dengan satu orang saja.

Ini pula yang membuat banyak pernikahan terjadi meski perempuan tahu suaminya tak baik. Ia rela menikahi orang yang tak baik karena sudah dinodai dan merasa tak suci lagi. Tak ada yang mau menikahinya kecuali yang menodainya. Begitu pikirnya. Dan laki-laki akan terus memanfaatkan kelemahan perempuan. Ia bebas memperlakukan perempuan seenaknya. Ia bebas menyentuh perempuan semaunya. Lalu berdalih dalam kata mau sama mau. Rela sama rela.

Coba pikirkan, apakah perempuan itu mau sejak awal? Benarkah perempuan dengan rela disentuh? Bukan karena bujuk rayu? Bukan karena kelancangan menyentuhnya?

Jangankan dalam pacaran, dalam pernikahan yang halal saja marital rape kerap terjadi. Banyak pula saat istrinya sedang sakit haid dipaksa melayani dengan berbagai macam cara. Ini bukan tentang pacaran dan tidak. Ini tentang pemaksaan dan tidak adanya persetujuan. Mau dalam pernikahan yang halal atau dalam pacaran, pemaksaan adalah kejahatan.

Perempuan hanya dipaksa tunduk, apalagi dalam kondisi yang sudah ternoda. Maka jangan heran jika Novia bertahan, ia merasa dirinya sudah sangat ternoda. Ia merasa sangat berdosa dan tak ingin kejadian tersebut terulang kembali. Justru karena ia perempuan baik-baik, ia tak ingin disentuh oleh siapa pun. Ia sudah terlanjur disentuh bajingan itu, maka ia memasrahkan dirinya pada bajingan itu.

Bukan karena dia bodoh dan bucin. Tapi karena dirinya merasa ternoda dan tak ada yang mau menerimanya. Ia pikir satu-satunya yang mau menerimanya adalah orang yang sudah menodainya. Bukankah keperawanan selalu diagung-agungkan? Sedang keperjakaan tak pernah dipertanyakan?

Jika laki-laki ditanya, pasti ia tak menyukai perempuan yang sudah tidak perawan. Adakah laki-laki yang mau menerima perempuan yang sudah tidak perawan? Itulah yang ditakutkan semua perempuan yang menjadi korban pemerkosaan. Entah dari orang yang dikenal ataupun bukan.

Banyak korban memilih bungkam, bukan karena bodoh. Ia hanya tak ingin orang tahu ia sudah pernah dinodai. Semua orang akan tahu ia sudah ternoda dan justru merendahkannya. Dan tentu saja, tak ada laki-laki yang mendekat kecuali yang jahat. Hanya laki-laki jahat yang mau memanfaatkan perempuan.

Sekarang dunia sudah berubah, korban sudah speak up. Tapi apa responnya? Dunia tak selalu berpihak pada perempuan. Meski lapor, banyak sekali yang mendapatkan ketidakadilan. Lantas perempuan bisa apa?

Bagi perempuan dimana pun kalian berada yang pernah merasakan kekerasan dari pasangan, baik itu sentuhan, pelukan, ciuman, hingga pemerkosaan, ingat kalian tetap suci. Kalian tidak ternoda, kalian suci seperti kapas putih. Kalian korban, bukan pelaku suka sama suka. Kalian tetap putih bersih. Jangan takut untuk lapor dan pergi meninggalkan laki-laki bejat dan bajingan. Kalian akan bertemu laki-laki baik yang menerima kalian, bukan memanfaatkan kalian. Tuhan bersama kalian. []

Tags: Kekerasan dalam PacaranMembela PerempuanperkosaanSexual Consent
mahdiyaazzahra

mahdiyaazzahra

Mompreneur Pengajar tahsin Gusdurian Riau

Terkait Posts

Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

17 Maret 2023
Patah Hati

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist