• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan Harus Berani Mengambil Peran dan Posisi

Berdaya menjadi kata kunci bagi perempuan mencapai kesetaraan, kemandirian, serta kemajuan bangsa dan negara

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
16/05/2023
in Personal
0
Perempuan Harus Berani

Perempuan Harus Berani

868
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bukan katanya lagi, sejarah membuktikan bahwa banyak perempuan hebat yang konsisten dalam suatu cabang ilmu. Sehingga ilmunya dapat bermanfaat dan dibutuhkan oleh banyak orang. Tidak hanya itu, mereka akan sejarah kenang atas suatu keahlian yang ia miliki. Untuk itu perempuan harus berani mengambil peran dan posisi, agarnya namanya tertulis abadi dalam sejarah.

Sebut saja ia Sayydah Aisyah yang ingatannya kuat dan menggunakannya untuk kepentingan periwayatan hadits yang jumlahnya ribuan. Selain itu, Maryam al-Ijliya yang menjadi astronom hebat pada abad ke-10. Asy-Syifa binti Abdullah adalah seorang ilmuwan hebat yang menjadi guru membaca dan menulis bagi perempuan Arab dulu.

Bahkan istri Rasulullah Hafshah binti Umar bin Khattab menjadi salah satu muridnya. Dalam bidang kesufian dan tasawuf muncul tokoh perempuan hebat yaitu Rabiah Al-Adawiyah. Rufaidah Al-Aslamiyah turut menyumbangkan nama sebagai dokter perempuan pertama dalam catatan sejarah Islam. Tentunya masih banyak yang lainnya.

Fokus pada Satu Keahlian

Di zaman yang sudah sangat canggih dan modern ini, kemampuan spesifikasi ilmu sangat kita perlukan daripada generalisasi ilmu. Jangan menjadi generasi yang latah. Ada informasi yang sedang viral di bidang ekonomi, kamu ikut-ikutan bahas. Ada yang ramai di bidang politik kamu ikut-ikutan komentar.

Begitupula di bidang lainnya seperti pendidikan, sosial, dan budaya. Mengikuti segala informasi yang berkembang itu sangat bagus. Itu menandakan sikap yang tanggap. Namun, terlalu latah dan hanya ikut menggoreng informasi tanpa tahu maksud yang sebenarnya itu yang menjadi indikator lemahnya etika dalam bersosial.

Baca Juga:

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

Ketertarikan dalam segala isu sosial harus kita imbangi dengan pendalaman suatu bidang ilmu atau keahlian. Akan lebih baik jika kita mendalami informasi, ilmu, dan keterampilan di bidang yang memang kita minati. Justru itu akan membuat seseorang menjadi profesional.

Perempuan harus mampu mendayakan akal dan moralnya semaksimal mungkin. Seperti yang Eny Yaqut katakan, bahwa berdaya menjadi kata kunci bagi perempuan mencapai kesetaraan, kemandirian, serta kemajuan bangsa dan negara. Keterlibatan perempuan menjadi hal yang sangat strategis dalam pembangunan nasional.

Stigma Perempuan kurang Profesional

Di masyarakat, masih banyak stigma bahwa profesionalitas hanya pantas melekat pada diri laki-laki. Perempuan sering dianggap lebih mengedepankan perasaan sehingga kesulitan dalam mengembangkan potensi dan mengambil suatu keputusan.

Kita tidak menafikkan hal tersebut, memang ada beberapa perempuan yang demikian. Meskipun hal tersebut terpengaruhi oleh faktor yang sangat kompleks. Salah satunya adalah pelabelan negatif atas perempuan yang dianggap separuh akal dari laki-laki. Selain itu akar historis yang menempatkan perempuan pada posisi kurang adil. Namun tidak sedikit pula perempuan yang mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Alquran menghendaki profesionalitas atas laki-laki dan perempuan seperti pada surat Al-Bayyinah, ayat 7.

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik mahkluk.”

Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang yang beriman dan mampu bekerja dengan baik dan profesional maka akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dua kebahagiaan tersebut merupakan kemenangan yang agung sekaligus menjadi dambaan bagi seluruh manusia.

Pentingnya Perempuan Menguasai Pengetahuan

Begitulah pentingnya bagi perempuan untuk ahli dalam bidang masing-masing yang memang menjadi minat atau keahliannya. Perempuan harus berani ambil keputusan untuk berperan dalam kehidupan. Hindari konsep diri yang negatif yang senantiasa menganggap diri sendiri sebagai makhluk yang lemah dan tidak pantas untuk menjadi ahli apapun.

Percaya dan yakinlah bahwa Allah Swt pasti akan membantu hambanya yang bersungguh-sungguh. Karena memang Allah dan sallafusalih sangat mencintai orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan.

Pernah mendengar salah satu ulama muda kharismatik yang senantiasa menghendaki para santrinya untuk berani mendeklarasikan diri dalam suatu ilmu yang ia dalami. Tawadhu atau rendah hati itu sangat Islam anjurkan. Namun mengklaim kemampuan yang memang dimiliki itu menjadi tanda kalau seseorang itu bersyukur dan mau mengamalkan ilmunya kepada orang yang membutuhkan agar bermanfaat.

Keberkahan Ilmu

Salah satu bukti berkahnya ilmu adalah bertambahnya kebaikan dan kemanfaatan atas dirinya maupun orang lain. Jika para ahli memutuskan untuk diam, maka ini menjadi kesempatan bagi orang-orang di sebelah yang memiliki kekeliruan dalam berfikir untuk menyebarkan doktrinnya secara lebih luas. Itu contoh kecil, akibat dari diamnya orang yang berilmu.

Maka perempuan harus berani mengambil peran dan posisi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat melalui kemampuan yang ia miliki. Kesempatan belajar sudah terbuka lebar untuk perempuan. Sekarang tugas perempuan adalah mengubah mindsetnya dari “apakah aku mampu?” menjadi “apakah aku mau?”.

Berlaku adilah sejak dalam pikiran karena perbuatan yang kita lakukan adalah wujud dari internalisasi nilai yang kita miliki. Jika pikiran kita mengatakan tidak bisa, dan kalimat negatif lainnya maka sinyal tersebut akan diterima oleh tubuh. Lalu terkonversikan menjadi perilaku yang negatif juga. Begitupula sebaliknya. Maka sangat tidak rugi untuk kita senantiasa berfikir positif dan yakin. Karena itu akan menjadi doa yang diaminkan oleh semesta bersama tubuh kita. []

Tags: beraniPendidikan PerempuanperanPerempuan Hebatposisi
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Kehendak Ilahi

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID