Mubadalah.id – Sejarah panjang umat manusia diwarnai dengan kesadaran bahwa perempuan bukan manusia, sehingga perempuan diperlakukan tidak manusiawi hanya karena dia perempuan. Pengalaman ini tidak dimiliki laki-laki sebagai laki-laki.
Contohnya, laki-laki di masa penjajahan dijajah bukan karena dia laki-laki. Sedangkan perempuan dalam sejarah manusia (bahkan di beberapa tempat masih ada hingga kini) dianggap bukan manusia hanya karena dia perempuan.
Sebagaimana terekam dalam al-Qur’an, Islam datang di masyarakat yang memperlakukan perempuan seperti benda dan harta. Misalnya, perempuan ketika lahir sebagai bayi, lazim mengkuburnya hidup-hidup hanya karena ia perempuan.
Mereka juga orang-orang jadikan hadiah, jaminan hutang, dan menjadi warisan. Ini adalah contoh masyarakat Arab sebelum datangnya Islam dan juga di berbagai belahan bumi lain, perempuan belum menjadi manusia, ia masih orang-orang perlakukan seperti benda mati.
Perempuan kala itu berada di bawah kepemimpinan dan kekuasaan mutlak laki-laki seumur hidupnya. Sebelum menikah, ia menjadi milik dan di bawah kekuasaan mutlak ayahnya. Setelah menikah, ia menjadi milik dan di bawah kekuasaan mutlak suaminya.
Al-Qur’an sebagai Revolusi Nilai
Dalam QS. al-Hujarat (49): 13, Allah Swt berfirman yang artinya, “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Tahu lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa masyarakat Arab dan masyarakan lainnya kala itu melihat jati diri dan nilai seseorang karena tiga hal: jenis kelamin, bangsa, dan suku. Dia berjenis kelamin apa? Jika laki-laki, dia dihormati. Bangsanya apa? Jika Arab, dia dihormati, dan jika non-Arab (‘ajam), tidak dihormati.
Sukunya apa, dari suku terhormat dan besar atau bukan? AIlah Swt mengingatkan bahwa perbedaan jenis kelamin, bangsa, dan suku itu untuk saling mengenal. Bayangkan jika semua manusia berjenis kelamin sama, berbangsa sama, dan bersuku sama, tentu kita sulit untuk mengenal satu sama lain.
Dan Allah Swt mengingatkan juga di ayat tersebut bahwa yang menentukan nilai seseorang adalah takwanya. Dan Allah Swt tahu siapa yang paling bertakwa. []