• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Sebuah Pesan Untuk yang Belum Menikah dari Buku Lebih Senyap dari Bisikan

Banyak orang yang bilang kalau pernikahan itu tujuannya untuk bahagia. Padahal pernikahan sendiri tidak menjamin seseorang akan lebih bahagia

Arini Zazky Arini Zazky
07/07/2024
in Buku, Rekomendasi
0
Lebih Senyap dari Bisikan

Lebih Senyap dari Bisikan

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pernikahan tak lagi susah jika keduanya berupaya untuk saling kesalingan. Bukan membiarkan salah satu pihak mengemban tanggung jawab sendirian. –Arini Zazky-

Mubadalah.id – Lebih senyap dari bisikan buku tentang pernikahan karya Andhina Dwifatma yang menyoroti tentang lika liku kehidupan rumah tangga Amara dan Baron. Mulai dari perjuangan mereka agar segera punya anak hingga kemudian menjadi orang tua yang ternyata menguras tenaga, pikiran, mental dan juga ekonomi yang berantakan. Ada beberapa pelajaran dan pesan untuk kita yang belum menikah dari buku ini di antaranya, sebagai berikut:

Kenali Diri Sebelum Memutuskan Menikah

Mengenal diri terlebih dahulu tentang hal-hal apa saja yang menjadi nilai, prinsip dan apa saja sih yang kita bisa tolerir atau tidak bisa tolerir tentang pasangan kita nanti. Agar hal ini dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui pasangan seperti apa yang sejalan dengan kita. Sehingga nanti tidak merasa harus berubah atau kehilangan diri karena pasangan. Seperti kata Analisa Widyaningrum seorang Psikolog pernah bilang dalam Youtubenya Gita Savitri:

“Kita harus tahu core values diri yang mau kita cari dalam diri kita dulu, kalau kita sudah dapat dan menemukannya, kita akan dipertemukan dengan seseorang yang sejalan dengan core values kita. Kalau kita menikah dengan seseorang yang tidak sesuai dengan core values yang kita punya, jangan-jangan sebelum kita menikah, kita belum kenal dengan diri kita.”

Mengkomunikasikan Hal-hal yang Bisa Menjadi Bumerang

Kalau kita melihat tanda-tanda reflag atau hal hal yang kita tidak bisa tolerir dalam diri calon pasangan kita, ada baiknya kita perlu mengkomunikasikannya terlebih dahulu sebelum menjadi bumerang di kemudian hari. Seperti yang terjadi pada Amara dan Baron.

Amara bukannya tidak mengetahui hal-hal reflag dalam diri Baron yang sering menghilang lama jika ada masalah yang terjadi. Kemudian kembali tanpa menyelesaikan atau membicarakan tentang hal yang menjadi masalah tersebut sebelum menikah dan Amara menghiraukannya yang ternyata terbawa hingga ke pernikahan. Sehingga hal tersebut menjadi bumerang dalam pernikahan keduanya.

Baca Juga:

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

Pernikahan Tidak Menjamin Untuk Lebih Bahagia

Banyak orang yang bilang kalau pernikahan itu tujuannya untuk bahagia. Padahal pernikahan sendiri tidak menjamin seseorang akan lebih bahagia. Kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kita pada pasangan yang berujung menuntut pasangan untuk membuat kita sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sehingga hal itu akan jadi beban untuk pasangan kita.

Ada baiknya sebelum menikah memang harus mencari definisi bahagia versi diri sendiri, atau menjadi pribadi yang sudah mampu serta cukup bahagia terlebih dahulu.

Saling Kesalingan Menjadi Kunci Relasi Sehat

Cinta nyatanya tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan bertahan bila tak ada aspek lain yang ada dalam pernikahan. Aspek itu ialah saling kesalingan (mubadalah). Sebab rumah tangga bukan tanggung jawab satu pihak melainkan tanggung jawab berdua antara suami dan istri.

Saling kesalingan (mubadalah) di antaranya adanya ketersediaan untuk saling komunikasi. Yakni adanya kemauan untuk saling menjaga komitmen, saling menghargai, dan saling bekerjasama. Selain itu, terlibat dalam tugas-tugas domestik dan pengasuhan, saling memahami, saling mendukung dan adanya kemauan untuk saling bertahan.

Dalam rumah tangga Amara dan Baron, Amara seringkali yang mengupayakan untuk menyelesaikan masalah. Dia sendirian mengemban tanggung jawab menjadi orang tua. Yaitu melakukan hal-hal domestik bahkan ia juga yang harus bekerja sendirian.

Sementara Baron masih terinternalisasi budaya patriarki yang susah untuk memiliki kemauan melakukan pekerjaan domestik serta terlibat dalam pengasuha. Jika tidak disuruh, terlebih Baron sering menghilang apabila ada masalah tanpa berusaha mengkomunikasikan dan cari jalan keluar. Hingga lagi-lagi Amara yang berjuang sendirian untuk menyelesaikannya.

Saling kesalingan (mubadalah) menjadi penting atau bahkan kunci untuk membangun relasi sehat. Tujuannya agar salah satu tidak merasa sendirian dalam mengemban tanggung jawab rumah tangga yang harusnya terbangun oleh kedua pihak bukan hanya salah satunya. []

Tags: bukuCintaLajangmenikahRelasi
Arini Zazky

Arini Zazky

Arini Zazky yang lahir dari rahim seorang ibu di Lumajang.  Seorang pembaca yang lamban dan kebetulan suka menulis. Untuk lebih tahu tentangnya bisa kalian hubungi lewat instagram @disharerin.

Terkait Posts

Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Ronggeng Dukuh Paruk

Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

14 Juli 2025
Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID