• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan Pekerja Harus Mendapatkan Hak yang Sama

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
11/07/2020
in Personal
0
27
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Saya akan memulai tulisan ini dengan pendapatnya Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm., dalam prolog di buku Qira’ah Mubadalah yang menyatakan bahwa asal-usul penciptaan laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu ruhani diciptakan dari diri yang satu nafsin wahidah (QS. An-Nisaa [4] : 1) dan secara jasmani sama-sama diciptakan dari bahan serta proses yang sama.

Dari pendapatnya tersebut, jelas bahwa laki dan perempuan adalah sebagai manusia yang sama. Baik dalam pemenuhan hak yang sama, martabat yang sama dan tugas sebagai manusia yang sama di muka bumi ini. Serta kebutuhan yang sama, baik pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan kiprahnya sebagai makhluk di bumi.

Namun, dalam kenyataanya, masih banyak ketimpangan yang terjadi pada perempuan. Terutama bagi buruh perempuan.

Saya pernah mendengar pengalaman dari seorang teman di bangku perkuliahan. Dia adalah Putri (nama samaran) seorang pekerja musiman di kota Cirebon. Dia hanya akan bekerja kalau ada event atau panggilan dari bosnya saja.

Sebagai pekerja musiman Putri tidak sendiri, ia ditemani oleh beberapa rekannya, salah satunya yang bernama Agus. Dalam ceritanya Putri menyampaikan kegelisahannya tentang perlakuan bosnya di tempat kerja. waktu kerja dia sama dengan waktu kerja rekan-rekan yang lain. Yaitu selama delapan jam, atau bahkan bisa lebih lama. Tergantung permintaan dari bosnya.

Baca Juga:

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

“Kalau eventnya sedang ramai, saya mulai bekerja dari jam 12 siang sampai jam 10 malam,” tuturnya.

Namun soal bayaran, ia mengaku tidak sama dengan si Agus, dirinya di bayar lebih rendah dari si Agus.

“Misal ada event, saya dan Agus sama-sama bekerja mulai dari jam 3 sore hingga jam 10, tapi begitu pulang saya di bayar 35 ribu, sedangkan Agus 50 ribu,”

Lebih lanjut, ia juga mengaku bahwa setiap jam pekerjaan ia diberi jatah makan. Baik makanan berat maupun makanan ringan. Sedangkan Agus (rekan kerjanya yang laki-laki) pasti mendapatkan jatah untuk makan setiap jam pekerjaan, bahkan lengkap dengan jajanan ringan serta minumnya.

Menurut saya, kasus yang terjadi pada Putri jelas ini sangat tidak adil. Selain itu juga mengajarkan bahwa pandangan dan stigma pada perempuan akhirnya melahirkan ketidak adilan. Putri adalah contoh kecil untuk para pekerja perempuan lainnya. Para pekerja perempuan masih mendapatkan ketidak adilan dari hak apa yang telah ia kerjakan yang sama dengan laki-laki. 

Dalam hal ini, perbedaan jenis kelamin justru menjadi alasan kenapa para pekerja perempuan dinomorduakan, dan dilemahkan. Perempuan sering dianggap sebagai manusia yang mempunyai tanggungjawab dan kebutuhannya sedikit. Padahal perempuan sebagai manusia tentunya mempunyai tanggung jawab dan kebutuhan yang sama seperti laki-laki, bahkan terkadang lebih banyak.

Hal ini menyebabkan hak-hak perempuan selalu direndahkan bahkan dianggap tidak penting.  

Untuk menciptakan keadilan dan kemaslahatan di dunia pekerjaan maka alangkah baiknya jika kita  kembali pada semangat dalam isi kutipan di atas, bahwa  kualitas laki-laki dan perempuan sebagai manusia tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan ketakwaan yang ditandai oleh seberapa jauh hidupnya memberi manfaat pada kemanusiaan.

Senada dengan hal diatas hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah menyatakan bahwa berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering. Artinya siapapun yang bekerja baik laki-laki maupun perempuan mestinya mendapatkan hak yang sama, dibayar sesuai dengan jenis pekerjaannya serta tidak dibedakan dengan laki-laki dengan dalih ia berjenis kelamin perempuan.[]

Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Lelaki Patriarki

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

19 Juni 2025
Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Jadi Perempuan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

14 Juni 2025
Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • SIS Malaysia

    Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID