• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perilaku Konsumtif Menjelang Lebaran, Haram?

Dalam Islam, sikap berlebih-lebihan atau konsumtif disebut ghuluw dan diharamkan oleh syariat.

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
18/03/2025
in Personal
0
Perilaku Konsumtif

Perilaku Konsumtif

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Warga Indonesia sudah terkenal dengan masyarakat yang mudah mengikuti tren, dan tidak ingin merasa ketinggalan. Meski keuangan masyarakat Indonesia termasuk rendah. Namun, jika memasuki bulan Ramadan dan mendekati lebaran. Perilaku konsumtif masyarakat akan keluar. Segala upaya akan dilakukan demi menjaga hormat dari tetangga dan keluarga.

Ekonomi Merosot, Belanja Tetap Lanjut

Perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup individu yang suka membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang. Terlebih di dunia yang penuh digital seperti saat ini. Di mana belanja apa pun bisa di mana saja, kapan saja, dan dari mana pun. Teknologi mempermudah kehidupan manusia, tapi juga dapat menjadi boomerang tersendiri bagi yang terlena.

Dalam ekonomi yang serba seret. Sebagai masyarakat konsumen, masyarakat Indonesia kadang kala kalut dalam berbelanja berlebihan. Apalagi e-commerce saat ini membuat banyak orang tergiur dengan memberikan harga murah, ongkir gratis. Dan segala daya upaya dalam menggaet target pasar.

Dampak Negatif Perilaku Konsumtif

Mengutip dari DJKN Kemenkeu, terdapat beberapa kerugian dari perilaku konsumtif. Salah satunya ialah; pengeluaran yang membludak, padahal untuk barang yang tidak penting. Nafsu belanja yang sulit untuk dikontrol. Perilaku boros dan hedonisme yang mengikat. Adanya kecemburuan sosial lantaran melihat melihat gaya hidup dan barang milik orang lain. Sehingga memanipulasi diri sendiri untuk menginginkan hal yang sama.

Tidak hanya itu, perilaku konsumtif juga cenderung mengurangi kesempatan bagi individu untuk menabung. Sehingga tidak mampu untuk menyiapkan kebutuhan mendatang, dan tidak memiliki dana darurat. Menjadikan kabur antara mana keinginan, mana kebutuhan.

Baca Juga:

Seluruh Ulama Fikih Sepakat Kemaslahatan Umum Jadi Basis Utama Hukum Islam (Syari’ah)

Lebaran dan Momen Kebahagiaan, Benarkah untuk Semua Orang?

Derita Korban PHK dan Makna Puasa Bagi Rakyat Jelata

Mengapa Keadilan Sosial di Indonesia Masih Jauh dari Harapan?

Lebaran Tidak Harus Baju Baru

Belanja yang berlebihan di bulan Ramadan dan menjelang lebaran seperti sudah menjadi tradisi. Perilaku konsumtif yang berlebihan pun menjadi tombak tersendiri. Bagaimana sikap sebagian masyarakat sudah terpatri di pikiran. Bahwasanya, lebaran segala hal haruslah baru. Baju baru, sepatu baru. Kue terpajang di rumah. Rumah yang harus terhias dengan cantik dan berwarna.

Segala hal yang bersifat sekunder menjadi sebuah keharusan dan membentuk kewajiban. Sehingga apabila tidak ada uang saat itu, menjadi dorongan untuk meminjam. Karena doktrin dalam pikiran masyarakat adalah, utang bisa dibayar besok. Namun, rasa malu atas ketiadaan hal baru menjelang lebaran adalah hal yang tak bisa tertanggungkan.

Hukum Berlebihan dalam Islam

Dalam Islam, sikap berlebih-lebihan atau konsumtif disebut ghuluw dan diharamkan oleh syariat. Sikap ghuluw tidak akan membawa kebaikan bagi pelakunya. Allah Swt. saja tidak menyukai orang-orang yang bersikap berlebihan dalam segala hal. Termasuk berbelanja melebihi kebutuhan.

Allah Swt. menegaskan dalam surat Al-A’raf, ayat 31, “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Juga dalam surat Al-Furqan, ayat 67, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Perilaku Konsumtif yang Bersifat Haram

Apakah perilaku konsumtif yang hampir menjamah masyarakat Indonesia ini bersifat haram? Jika perilaku konsumtif terbatas pada hal-hal yang wajar, tentu saja tidak haram dan boleh dalam syariat.

Namun, jika perilaku konsumtif membawa mudharat yang lebih besar bagi pelakunya, maka haram. Seperti, akibat perilaku konsumtif pelaku terjerat utang yang besar, menekan mental pelaku, dan jatuh pada pilihan untuk mengakhiri hidup. Tentu saja, perilaku berlebihan menjadi haram hukumnya. Karena membawa bencana yang nyata.

  “Sebaik-baik urusan ialah yang dilakukan dengan biasa-biasa atau sedang-sedang saja, sekali pun itu sedikit.”

Gimana sallingers, masih tertarik buat check out baju baru? Boleh, asal jangan banyak-banyak ya! []

Tags: BelanjaekonomiHalalharamHukum IslamLebaran 2025PemborosanPerilaku Konsumtif
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Waktu Berlalu Cepat

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

9 Mei 2025
Memilih Pasangan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

8 Mei 2025
Keheningan

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

8 Mei 2025
Separuh Mahar

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

7 Mei 2025
Aktivitas Digital

Menelaah Konsep Makruf dalam Aktivitas Digital

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version