• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Persamaan dan Kesalingan dalam Perjuangan Kartini

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
25/04/2018
in Aktual, Featured
0
41
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kartini hidup terbilang singkat, 25 tahun 4 bulan lebih beberapa hari saja. Tapi pemikiran perempuan Jawa kelahiran 21 April 1879 itu tetap hidup hingga sekarang. Melalui surat-suratnya yang diterbitkan dengan judul Door Duistemis Tot Licth (Habis Gelap Terbitlah Terang), perjuangan kartini dan gagasannya mendobrak zaman dan mencerahkan kalangan lebih luas. Pemikirannya tentang kemerdekaan, persaudaraan, dan persamaan memengaruhi embrio Indonesia. Atas jasanya, pada 2 Mei 1964 Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Ihwal pemikiran perempuan ini seolah tak pernah habis dikupas banyak tulisan, artikel, buku, ataupun hanya sekadar tulisan singkat di media sosial. Setiap tahun jutaan narasi diciptakan bangsa ini untuk memeringati perjuangannya setiap 21 April. Parade berarak-arak pun digelar tak kalah meriah hingga ke pelosok-pelosok desa. Anak-anak SD dan taman kanak-kanak berlomba berbusana adat. Sungguh hari yang nampak istimewa. Tapi sesungguhnya apa yang telah kita dapat dari Kartini?

Saya pernah menulis sebuah artikel tentang Kartini setelah mengikuti bedah buku Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini, beberapa tahun silam. Kalau tidak salah tulisan itu saya beri judul ‘Spiritualitas Karini’. Aspek keagamaan atau mungkin lebih tepatnya spiritualitas memang menarik untuk menjelaskan gejolak batin Kartini. Budaya Jawa, tradisi intelektual keluarga, keislaman yang dia kenal dari Kiai Saleh Darat, dan nilai-nilai humanisme Barat, berpaut-kelindan menjadi satu dalam diri Kartini. Pergolakan batin itulah yang menginspirasi banyak orang setelahnya.

Baca juga: Tantangan Kartini Milenial

Setelah membacai kembali tulisan-tulisan tentang Kartini dari beberapa sumber, saya tertarik juga untuk menuliskan bagaimana Kartini menerawang ide tentang persamaan antar manusia, kelas, golongan, ataupun bangsa. Saya melihat, dalam surat-suratnya, ide persamaan dan kesalingan Kartini terlintas dalam tiga relasi: pertama, relasi perempuan dan laki-laki; kedua, relasi antara anggota masyarakat; ketiga, relasi antara bangsa.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Barangkali semua orang sudah tahu bahwa Kartini adalah tokoh kesetaraan perempuan. Dalam suratnya kepada Estelle ‘Stella’ Zeehandelaar, Kartini mengatakan bahwa dia akan mendidik anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk saling menghormati dan membesarkan mereka dengan perlakuan sama, sesuai bakatnya masing-masing. Gagasannya tak berhenti pada tataran pasif tentang persamaan tetapi melangkah lebih jauh pada tataran aktif tentang sikap saling menghormati.

Di sini penting digarisbawahi ada visi kesalingan dalam gagasan persamaan Kartini. Artinya, dalam relasi perempuan dan laki-laki, kita tidak cukup hanya mengakui bahwa masing-masing mempunyai posisi setara. Keduanya penting untuk bekerjasama (berkesalingan) membangun keadaban untuk kebaikan hidup bersama.

Salah satu relasi perempuan dan laki-laki yang tidak timpang dan tidak berkesalingan dalam zaman Kartini adalah poligami. Sesuatu yang dia tolak mentah-mentah namun pada akhirnya tak mampu dia hindari. Dalam suratnya yang lain kepada Stella, Kartini mengatakan semua perempuan pada dasarnya mengutuk praktik poligami. Tapi kekuatan struktur masyarakat pasti mengalahkan mereka, kecuali para perempuan-perempuan tersebut bahu membahu menolak poligami.

Pada suratnya yang lain kepada Stella, Kartini juga berupaya mendobrak feodalisme yang sakit. Dalam masyarakat feodal zamannya, bangsawan menempati posisi lebih tinggi dibanding rakyat jelata. Peraturan tersebut menurut Kartini bukanlah aturan yang tak bisa dipahami. Dengan bahasa yang sedikit ketus, Kartini mengatakan: “Peduli apa dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja.”

Dalam pergolakan batinnya, Kartini berpandangan semua manusia di hadapan Tuhan, itu sama saja. Tak ada yang bangsawan dan mana rakyat jelata. Kalaupun ada kelompok-kelompok peran, maka yang satu dengan lainnya harus saling menghormati dan berbagi peran tanpa merendahkan satu sama lainnya.

Sikap berkesalingan itu pula yang harusnya menjadi pondasi dalam relasi yang lebih besar lagi, relasi antara bangsa satu dengan bangsa lainnya. Sehingga tak ada satu bangsa pun yang merasa lebih berbudaya dan beradab dibanding bangsa lainnya. Tak ada lagi Eropa yang maju dan orang-orang Nusantara yang terbelakang. Masing-masing mempunyai kesempatan yang sama untuk saling belajar dan menghargai.

Terakhir, akan banyak lagi pemikiran cemerlang lainnya dari seorang Kartini. Pemikiran itu tiada habis meski berkali-kali dituliskan. Apalagi pemikiran itu kini telah menginspirasi banyak orang setelahnya. Dunia terus berubah dan pemikiran Kartini pun terus mengalir, menempati ruang-ruang baru yang berbeda.[]

Tags: emansipasijasa kartinikartiniKesalinganKesetaraanmemperingiati hari katiniperjuangan kartini
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID