• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Puasa, Produktivitas, dan Hak Pekerja: Mencari Keadilan di Tempat Kerja

Masih banyak perusahaan yang tetap menerapkan jam kerja normal tanpa mempertimbangkan kondisi fisik pekerja yang sedang berpuasa.

Moh. Nailul Muna Moh. Nailul Muna
03/03/2025
in Publik
0
Hak Pekerja

Hak Pekerja

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagi muslim, bulan Ramadan dapat dianggap sebagai bulan terbaik untuk melipatgandakan pahala dan menanam sebanyak-banyaknya amal. Meskipun demikian, bulan Ramadan yang menjadi tempat berlangsungnya ibadah puasa tidak banyak berdampak pada dunia pekerjaan.

Praktik ibadah puasa dan beban pekerjaan sering kali menjadi tantangan bagi para pekerja. Mereka yang berada dunia perkantoran maupun lapangan sama-sama menghadapi dualisme tersebut, seperti para buruh yang harus bekerja seharian untuk menghasilkan beberapa puluh rupiah saja.

Upaya memberikan keadilan hak pekerja muslim sebenarnya terlihat dalam formasi ASN di mana mereka mendapatkan keringanan beban kerja sekitar 1 sampai 2 jam per hari. Namun, terdapat sektor-sektor lain yang tidak memberikan keringanan, bahkan semakin meningkatkan jam kerja bagi para pegawainya.

Tantangan Pekerja Muslim di Bulan Ramadan

Di beberapa sektor pekerjaan di instansi pemerintah, umumnya mereka memiliki kebijakan yang meringankan pekerja Muslim di bulan Ramadan, semisal TNI, PNS, dan Polri. Namun, perubahan beban kerja di bulan Ramadan sejatinya tidak mencakup pada instansi swasta.

Beberapa sektor seperti makanan dan ritel yang bukan semakin meringankan namun malah menambah beban pekerjaan ke para pekerjanya. Sebab, bulan Ramadan juga meningkatkan kebutuhan atas sektor konsumsi dan layanan-layanan tertentu.

Baca Juga:

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

#JusticeForArgo: Melawan Privilese Dalam Menegakkan Keadilan Korban

Hemat penulis, meski terdapat opsi untuk menambah para pekerja namun hal tersebut belum menjadi opsi utama dari para pemilik perusahaan. Buktinya, masih banyak perusahaan yang tetap menerapkan jam kerja normal tanpa mempertimbangkan kondisi fisik pekerja yang sedang berpuasa.

Hal tersebut semakin memprihatinkan jika melihat sektor pekerjaan lapangan yang terkadang tidak memberikan waktu yang cukup bagi para pekerja Muslim untuk beribadah atau istirahat dengan layak. Bahkan, tempat ibadah juga sering kali tidak tersedia yang semakin menyulitkan para pekerja untuk beribadah.

Keadilan di Tempat Kerja: Hak yang Harus Dijamin

Dalam dunia pekerjaan memang terdapat sebuah tanggung jawab yang harus kita tunaikan. Meski demikian terdapat beberapa pertimbangan yang harus kita tetapkan guna memberikan keadilan bagi para pekerja Muslim di bulan Ramadan.

Beberapa tawaran yang bisa kita terapkan seperti: Pertama, fleksibilitas jam kerja, yakni adanya pengurangan beban kerja sesuai dengan pertimbangan nilai kemaslahatan dan keadilan. Secara konkrit bisa dengan pengurangan jam kerja atau penyesuaian shift selama Ramadan.

Kedua, hak atas istirahat dan ibadah, seyogyanya tempat kerja dapat memberikan kesempatan bagi pekerja Muslim untuk menjalankan ibadah tanpa mengorbankan pekerjaan mereka.

Ketiga, hak kebijakan yang adil bagi semua pekerja. Yakni tempat kerja tidak melakukan diskriminasi atau terlalu memprioritaskan produktivitas pekerjaan hingga mengorbankan hak yang dimiliki oleh para pekerjanya.

Menciptakan Keseimbangan antara Ibadah dan Produktivitas

Sebagai kesimpulan dari tulisan sederhana ini, terdapat beberapa nilai penting guna mewujudkan keseimbangan antara ibadah dan produktivitas, antara lain:

Pertama, dunia kerja harus lebih adaptif dalam menghadapi kebutuhan pekerja Muslim selama Ramadan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa Muslim di bulan Ramadan memiliki kebutuhan yang berbeda dibandingkan ketika berada di bulan-bulan lainnya, seperti kebutuhan untuk beribadah puasa, ibadah tarawih, berbuka dan sahur.

Kedua, keseimbangan antara produktivitas dan ibadah bisa tercapai dengan kebijakan yang inklusif dan adil. Upaya tersebut bisa kita lakukan dengan mendengarkan aspirasi dari para pekerja sebelum perusahaan mengambil kebijakan menjelang bulan Ramadan.

Ketiga, ajakan bagi perusahaan dan pekerja untuk saling memahami dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil selama Ramadan. Hal ini bisa kita lakukan dengan saling tenggang rasa dan saling memahami. Wallāhu A’lām. []

Tags: buruhHak PekerjakeadilanproduktivitaspuasaRamadan 1446 H
Moh. Nailul Muna

Moh. Nailul Muna

Penulis berasal dari Lamongan. Ia merupakan alumni PBSB S1 UIN Sunan Kalijaga dan LPDP S2 UIN Syarif Hidayatullah dengan jurusan IAT. Latar belakang pendidikan non-formalnya yakni: PP. Matholi’ul Anwar, LSQ Ar-Rahmah, Sirojut Ta'limil Quran, Al-Munawwir, PPA. Nur Medina, dll. Beberapa kajian yang pernah digeluti penulis antara lain, kepesantrenan, Tafsir, Hadis, dan gender yang menjadi tema tesis. Pada saat ini penulis sedang mengabdi di UIN Saizu, UNU Purwokerto dan PESMA An Najah.

Terkait Posts

KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Marital Rape

    Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID