• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Refleksi HBH Mubadalah

Ulil Abshar Abdala Ulil Abshar Abdala
28/06/2020
in Pernak-pernik
0
125
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam sebuah hadis yang terkenal dan termuat dalam kitab al-Arba’in al-Nawawiyyah yang diajarkan di seluruh madrasah di dunia Islam sejak berabad-abad yang lampau, ditegaskan ajaran ini: “Seseorang tidak benar-benar beriman hingga ia memperlakukan orang lain dengan cara yang ia menghendaki orang lain itu memperlakukan dirinya dengan cara yang sama.”

Dengan kata lain, jika seseorang senang dan ingin diperlakukan secara manusiawi, maka ia seharusnya memperlakukan orang lain itu dengan cara serupa. Jika tak mau disakiti, ya jangan menyakiti orang lain. Dalam filosofi Jawa, dikenal ajaran: “aja sak penake dhewe.” Jangan mau enak sendiri.

Ajaran ini konon berasal dari Konfucius, seorang bijak agung dari negeri Cina yang hidup pada abad ke-5 SM. Kita menjumpai ajaran itu dalam semua agama di dunia. Ia dikenal sebagai “Aturan Emas” (The Golden Rule) yang berlaku universal.

Dengan nalar yang sederhana, kita bisa menerima ajaran ini sebagai hal yang benar dan masuk akal. Tak perlu pendidikan tinggi untuk bisa memahami kebenaran ajaran ini. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Kiai Faqih Abdul Kodir, sahabat saya yang amat alim dari Cirebon ini, mengenalkan gagasan yang disebut “qiraah mubadalah”, yakni cara membaca dan memahami teks dalam Islam yang menekankan pentingnya prinsip “kesalingan” atau mubadalah. Dia telah menerbitkan buku yang cukup tebal untuk mengelaborasi dengan mendalam ide itu.

Dalam bahasa Inggris, istilah “mubadalah” adalah padanan untuk istilah: “reciprocity” yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai: kesalingan. Bahasa Jawa memiliki istilah serupa: padha-padha. Mubadalah secara ringkas adalah prinsip bahwa baik laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam menegakkan keluarga yang sakinah, bahagia. Suami dan isteri tidak terikat dengan “status tertentu” secara statis, melainkan status itu bersifat dinamis.

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Contoh yang amat sederhana: yang mencuci piring dan “umbah-umbah” (mencuci pakaian) tidaklah mesti pihak isteri. Yang “ngaji kitab” dan mengajar tidak mesti kiai, tetapi juga bunyai. Itulah sebabnya lahir organisasi yang menghimpun ulama perempuan se-Indonesia: KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia).

Tetapi gagasan mubadalah tidak sebatas soal “nyuci piring”. Ia mencakup banyak hal yang kesemuanya dapat dirangkum dalam prinsip dasar: hubungan yang adil antara isteri dan suami. Selama ini, praktek-praktek ketidak-adikan masih banyak berlangsung dalam kehidupan rumah tangga; dan, biasanya, korban utamanya adalah pihak perempuan.

Prinsip mubadalah juga mengharuskan kita agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pengalaman perempuan, dan mempertimbangkan secara serius pengalaman itu dalam kegiatan kita menafsirkan teks-teks keagamaan.

Gagasan mubadalah, menurut saya, adalah terjemahan atas ajaran yang lebih luas lagi yang diuangkapkan dalam hadis di atas. Ia adalah pelaksanaan dari “The Golden Rule” dalam konteks yang lebih spesifik: yaitu membangun hubungan yang adil antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga.

Saya sendiri selalu memakai prinsip mubadalah ini dalam Ngaji Ihya’ selama ini. Bukan hanya itu. Saya tidak bisa melakukan kegiatan ngaji online tanpa dukungan Mbak Admin Ienas Tsuroiya. 75% kesuksesan ngaji ini, terus terang, berkat peran “tangan dingin” Mbak Admin. Dengan kata lain, Ngaji Ihya’ selama ini, baik pada aspek pembacaam teks-nya mapun eksekusi kegiatan ngajinya sendiri, dimungkinkan karena prinsip mubadalah ini.

Sekarang ini, mubadalah sudah bukan lagi sekedar ide, melainkan sebuah gerakan yang melibatkan banyak aktivis dan lembaga dari berbagai daerah di Indonesia. Jejaring yang mendukung gagasan ini dan menjadikannya sebagai “praksis” gerakan sudah cukup luas, bahkan hingga ke berbagai negara.

Saya bangga sekali dengan perkembangan gagasan Kang Faqih ini. Ide ini merupakan kontribusi penting dari Indonesia dalam praksis gerakan sosial di dunia Islam sekarang. Yang lebih membanggakan lagi, ide ini dilontarkan oleh seorang santri dengan latar pendidikan pesantren tradisional.

Kang Faqih adalah santri yang dididik di pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun, Cirebon, di bawah asuhan Kiai Ibnu Ubaidillah, Kiai Husein Muhammad, dan Kiai Ahsin Sakho Muhammad. Ini, sekali lagi, memperlihatkan bahwa pendidikan pesantren tradisional tidaklah mesti identik dengan “kemandegan pemikiran”. Beberapa ide penting dalam percakapan Islam mutakhir di Indonesia justru lahir dari kalangan pesantren.

Kemudian atas inisiatif dan “provokasi hasanah” dari Mbak Maghfiroh Abdullah Malik dan kawan-kawan, diadakan Halal Bihalal (HBH) untuk teman-teman yang selama ini menjadi penggerak gerakan mubadalah ini. Saya sangat menikmati acara HBH semalam. Gerakan ini, seperti kata Mbak Alissa Wahid, sudah berada “di luar kontrol” pencetusnya, dan itulah tanda keberhasilan sebuah gerakan.

HBH dipandu dengan sukses oleh Mbak Nurul Bahrul Ulum, Bang Dul, Mbak Maghfiroh, Kang Imam Malik. Acara kian gayeng dan seru karena di-barakahi oleh Bunyai Nur Rofiah, Mbak Alissa Wahid, Mbak Kamala Chandrakirana, Kiai Husein Muhammad, dan, tentu saja, Kiai Faqih Abdil Kodir, “bapak mubadalah”.

Salut untuk Kang Faqih dan teman-teman penggerak mubadalah! Semoga gerakan ini makin membesar dan meluas. Dengan gerakan ini, ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin kian terang. []

Ulil Abshar Abdala

Ulil Abshar Abdala

Terkait Posts

Perempuan

Merebut Kembali Martabat Perempuan

13 Juli 2025
Narkoba

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

12 Juli 2025
Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ayat sebagai

    Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID