• Login
  • Register
Kamis, 30 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Salahkah Menjadi Wanita Karir?

Nadia Ayu Fadhilah Nadia Ayu Fadhilah
04/05/2020
in Personal
0
(sumber foto kabaruang.com)

(sumber foto kabaruang.com)

179
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tulisan ini berangkat dari pertanyaan yang dilontarkan seorang teman laki-laki kepada saya : “apa rencanamu setelah lulus kuliah?” Dengan mantap, saya menjawab berencana untuk bekerja, sembari menabung dan mencari beasiswa untuk S2.

Namun, alangkah terkejutnya ketika saya mendengar respon dari teman saya : ” Kalau seandainya aku perempuan, aku akan cari laki-laki mapan dan dandan yang cantik. Karena bekerja bukan tugas perempuan, nanti rumah tangganya berantakan.”

Percakapan di atas merupakan salah satu bukti yang saya alami langsung bahwa kultur patriarki masih melekat dalam pola pikir masyarakat. Memang, Kartini telah memperjuangkan perempuan agar bisa belajar dan bekerja untuk menjadi berdaya. Namun, lawan perempuan hari ini bukanlah larangan belajar dan bekerja, melainkan stigma buruk kepada perempuan-perempuan berdaya.

Salah satu yang sering kita dengar adalah stigma kepada perempuan yang berkecimpung dalam kegiatan profesi, atau biasa disebut sebagai wanita karir. Wanita karir sering dianggap sebagai perempuan yang hanya mementingkan pekerjaan dan mengabaikan peran lain perempuan yakni menikah dan mengatur rumah tangga.

Biasanya, QS. An-Nisa Ayat 34 sering kali dijadikan pakem bahwa laki-laki bertugas di ranah publik, sedangkan perempuan mengurus ranah domestik. : “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas yang lain (perempuan) …….”

Baca Juga:

Masa Tua adalah Masa Menua Bersama Pasangan

Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah

Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim

Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati

Padahal, menurut KH. Husein Muhammad, tafsir ayat juga harus dipahami dari segi sosiologis dan kontekstual. Ketika turun ayat tersebut, perempuan dalam masyarakat jahiliyah sama sekali tidak dianggap berharga. Sehingga, penyebutan perempuan dalam ayat suci merupakan kemajuan luar biasa dan merupakan petunjuk mengenai penerapan kemaslahatan untuk situasi dan kondisi riil yang terjadi pada saat ayat itu diturunkan.

Hal tersebut jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Realitas sosial dan sejarah modern telah membuktikan bahwa banyak perempuan yang bisa melakukan tugas-tugas yang selama ini dianggap hanya menjadi monopoli kaum laki-laki. Saat ini, perempuan memiliki kemampuan untuk berkecimpung dalam kegiatan kerja profesi. Maka, akan menjadi kesalahan besar apabila kita memandang bahwa pekerjaan perempuan hanya sebatas pekerjaan rumahan.

Selain itu, banyak bukti yang menunjukan bahwa wanita karir dapat memberikan banyak manfaat, baik dalam ranah publik maupun domestik. Pada ranah publik, wanita karir terbukti dapat berkontribusi dalam berbagai pekerjaan. Banyak kita temui perempuan yang dapat bekerja dengan baik sebagai dokter, bidan, perawat, polisi, guru, dan lain sebagainya. Dengan insting dan naluri perempuan, mereka dapat lebih tanggap dalam menyelesaikan berbagai problematika di tempat kerja.

Sedangkan, dalam ranah domestik, wanita karir sangat membantu dalam perekonomonian keluarga. Apalagi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada suami, seperti sakit, menjadi korban PHK, atau yang lainnya. Dalam kondisi tersebut, perempuan yang bekerja dapat menutupi ketidakmampuan suami dalam menafkahi keluarga. Sehingga, stabilitas ekonomi keluarga akan lebih terjaga.

Lalu, bagaimana cara agar wanita karir dapat mengurus rumah tangga?

Ingatlah, bahwa tugas rumah tangga bukan hanya tugas perempuan, melainkan bentuk kerja sama antar pasangan yang di dalamnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam rumah tangga, perlu diterapkan konsep mubaadalah (kesalingan) yang dapat diterapkan dengan cara saling berbagi tugas, saling membantu, maupun saling mendukung. Sehingga, kegagalan dalam rumah tangga tidak bisa menyudutkan para perempuan bekerja sebagai yang paling bersalah.

Bahkan, banyak bukti yang sudah saya temukanj ika perempuan dapat bekerja dan berkarya dengan menghadirkan rumah tangga yang harmonis. Hal ini tentu didukung kerja sama dengan pasangan yang fleskibel dan sportif. Maka dari itu, menjadi wanita karir merupakan suatu kemampuan, bukan kesalahan. Wanita yang bekerja di rumahpun juga mulia, karena semua itu kembali kepada pilihan bagaimana cara setiap pasangan saling melengkapi. []

Nadia Ayu Fadhilah

Nadia Ayu Fadhilah

Terkait Posts

Perempuan yang tidak sempurna

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

29 Juni 2022
Dampak Negatif Skincare

Dampak Negatif Skincare terhadap Ekosistem Bumi

28 Juni 2022
Kesetaraan Gender

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

27 Juni 2022
Muslimah Sejati

Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan

27 Juni 2022
Kecantikan Perempuan

Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

26 Juni 2022
Budaya Patriarki

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

25 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Masa Tua adalah Masa Menua Bersama Pasangan
  • Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
  • Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist