• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Salahkah Menjadi Wanita Karir?

Nadia Ayu Fadhilah Nadia Ayu Fadhilah
04/05/2020
in Personal
0
(sumber foto kabaruang.com)

(sumber foto kabaruang.com)

291
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tulisan ini berangkat dari pertanyaan yang dilontarkan seorang teman laki-laki kepada saya : “apa rencanamu setelah lulus kuliah?” Dengan mantap, saya menjawab berencana untuk bekerja, sembari menabung dan mencari beasiswa untuk S2.

Namun, alangkah terkejutnya ketika saya mendengar respon dari teman saya : ” Kalau seandainya aku perempuan, aku akan cari laki-laki mapan dan dandan yang cantik. Karena bekerja bukan tugas perempuan, nanti rumah tangganya berantakan.”

Percakapan di atas merupakan salah satu bukti yang saya alami langsung bahwa kultur patriarki masih melekat dalam pola pikir masyarakat. Memang, Kartini telah memperjuangkan perempuan agar bisa belajar dan bekerja untuk menjadi berdaya. Namun, lawan perempuan hari ini bukanlah larangan belajar dan bekerja, melainkan stigma buruk kepada perempuan-perempuan berdaya.

Salah satu yang sering kita dengar adalah stigma kepada perempuan yang berkecimpung dalam kegiatan profesi, atau biasa disebut sebagai wanita karir. Wanita karir sering dianggap sebagai perempuan yang hanya mementingkan pekerjaan dan mengabaikan peran lain perempuan yakni menikah dan mengatur rumah tangga.

Biasanya, QS. An-Nisa Ayat 34 sering kali dijadikan pakem bahwa laki-laki bertugas di ranah publik, sedangkan perempuan mengurus ranah domestik. : “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas yang lain (perempuan) …….”

Baca Juga:

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

Padahal, menurut KH. Husein Muhammad, tafsir ayat juga harus dipahami dari segi sosiologis dan kontekstual. Ketika turun ayat tersebut, perempuan dalam masyarakat jahiliyah sama sekali tidak dianggap berharga. Sehingga, penyebutan perempuan dalam ayat suci merupakan kemajuan luar biasa dan merupakan petunjuk mengenai penerapan kemaslahatan untuk situasi dan kondisi riil yang terjadi pada saat ayat itu diturunkan.

Hal tersebut jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Realitas sosial dan sejarah modern telah membuktikan bahwa banyak perempuan yang bisa melakukan tugas-tugas yang selama ini dianggap hanya menjadi monopoli kaum laki-laki. Saat ini, perempuan memiliki kemampuan untuk berkecimpung dalam kegiatan kerja profesi. Maka, akan menjadi kesalahan besar apabila kita memandang bahwa pekerjaan perempuan hanya sebatas pekerjaan rumahan.

Selain itu, banyak bukti yang menunjukan bahwa wanita karir dapat memberikan banyak manfaat, baik dalam ranah publik maupun domestik. Pada ranah publik, wanita karir terbukti dapat berkontribusi dalam berbagai pekerjaan. Banyak kita temui perempuan yang dapat bekerja dengan baik sebagai dokter, bidan, perawat, polisi, guru, dan lain sebagainya. Dengan insting dan naluri perempuan, mereka dapat lebih tanggap dalam menyelesaikan berbagai problematika di tempat kerja.

Sedangkan, dalam ranah domestik, wanita karir sangat membantu dalam perekonomonian keluarga. Apalagi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada suami, seperti sakit, menjadi korban PHK, atau yang lainnya. Dalam kondisi tersebut, perempuan yang bekerja dapat menutupi ketidakmampuan suami dalam menafkahi keluarga. Sehingga, stabilitas ekonomi keluarga akan lebih terjaga.

Lalu, bagaimana cara agar wanita karir dapat mengurus rumah tangga?

Ingatlah, bahwa tugas rumah tangga bukan hanya tugas perempuan, melainkan bentuk kerja sama antar pasangan yang di dalamnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam rumah tangga, perlu diterapkan konsep mubaadalah (kesalingan) yang dapat diterapkan dengan cara saling berbagi tugas, saling membantu, maupun saling mendukung. Sehingga, kegagalan dalam rumah tangga tidak bisa menyudutkan para perempuan bekerja sebagai yang paling bersalah.

Bahkan, banyak bukti yang sudah saya temukanj ika perempuan dapat bekerja dan berkarya dengan menghadirkan rumah tangga yang harmonis. Hal ini tentu didukung kerja sama dengan pasangan yang fleskibel dan sportif. Maka dari itu, menjadi wanita karir merupakan suatu kemampuan, bukan kesalahan. Wanita yang bekerja di rumahpun juga mulia, karena semua itu kembali kepada pilihan bagaimana cara setiap pasangan saling melengkapi. []

Nadia Ayu Fadhilah

Nadia Ayu Fadhilah

Terkait Posts

Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Waktu Berlalu Cepat

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

9 Mei 2025
Memilih Pasangan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

8 Mei 2025
Keheningan

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

8 Mei 2025
Separuh Mahar

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

7 Mei 2025
Aktivitas Digital

Menelaah Konsep Makruf dalam Aktivitas Digital

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version