Mubadalah.id – Di era yang serba materialistis ini, kita bisa menjumpai manusia yang lebih mementingkan materi daripada hubungan baik dengan sesama manusia.
Misalnya, orang lain lebih mementingkan kursi untuk menaruh tas mahalnya, daripada mempersilahkan orang lain untuk duduk menempati kursi tersebut. Dalam membangun komunikasi pun, seseorang tidak boleh mengabaikan etika dalam berkomunikasi seperti menyampaikan, “Maaf, tolong dan terima kasih”.
Cara merespons pada seseorang yang berperilaku jahat pada kita, kita hanya perlu menjadi berkelas, cutt off, hilangkan dia dari list hubungan, batasi komunikasi dengannya. Tidak perlu lagi merespons atau mengakui keberadaannya. Yang harus kita lakukan adalah fokus melakukan pencapaian besar dalam hidup kita. Kita doakan supaya hidupnya lebih baik dan bahagia supaya dia pun fokus untuk menikmati hidupnya.
Namun faktanya, orang jahat hidupnya tidak akan bahagia. Sebagaimana peribahasa, siapa yang menanam maka dia akan menuai. Dia menanam kebaikan maka akan menuai kebaikan, sebaliknya, dia menanam keburukan pun akan menuai keburukan, Man yazra’ yahsud. Sebagaimana dalam ayat Alqur’an
Fushshilat (46), yaitu :
مَّنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٖ لِّلۡعَبِيدِ
Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya.
Set Boundaries di Lingkungan Kerja
Misalnya, jika rekan kerja merendahkan kinerjamu saat rapat, kamu tidak perlu marah saat itu juga atau balik merendahkannya di depan banyak orang. Kita dituntut bersikap profesional dengan rekan kerja. Tanyakan alasan secara pribadi, terkait apa yang harus kamu lakukan ke depannya, supaya terhindar dari stres dan sakit hati berlarut-larut terhadap rekanmu.
Nah, apabila hal tidak menyenangkan itu dari keluarga atau teman kerja yang kita harus berinteraksi dan tidak mungkin menghindarinya, untuk membangun komunikasi baik pada sesama manusia, maka kita harus menentukan batasan. Set boundaries atau menetapkan batasan adalah tindakan untuk melindungi diri sendiri dengan membedakan antara keinginan dan posisi diri sendiri dengan orang lain. Batasan ini bisa berupa batasan fisik, emosional, seksual, material, waktu, dan intelektual.
Menetapkan batasan atau setting boundaries adalah hal yang sangat penting, bukan untuk mengontrol orang lain, tetapi untuk melindungi diri sendiri. Membuat batasan bisa membuat kita membedakan antara posisi kita dengan posisi orang lain hingga membedakan keinginan kita dengan keinginan orang lain
Tidak memiliki personal boundaries dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mental. Namun, terlalu memikirkannya juga dapat memengaruhi mental seseorang. Mampu menerima pendapat dari orang lain, namun tidak juga mau didikte oleh mereka. Tujuannya agar kesehatan mental terjaga dengan baik dan orang lain tidak akan menyepelekan batasan yang ada.
Jangan menjadi pribadi yang “bocor halus”
Hal yang utama dalam membangun pertemanan adalah, harus siap menerima prestasi dan kekurangannya. Kita harus meyakini tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Maka selagi itu bukan perbuatan buruk dan berdosa yang dilakukannya, kita wajib menutup aibnya dan menjaga rahasianya.
Misalnya kita punya teman yang pernah punya masa lalu kelam, dan dia saat ini sudah memperbaiki diri, maka kita juga harus mensupport dan menjaga keburukannya dalam arti tidak mengumbar aibnya.
Apabila ada seorang teman dia menceritakan masalahnya karena memberikan kepercayaan pada kita, maka sebagai teman kita mendengarkannya. teman merasa berada di fase titik terendah dalam hidupnya, kita tidak perlu membuka masa kelamnya saat dia sudah mendapatkan fase kebahagiaan.
Membangun hubungan persahabatan, maka kita harus menjadi ruang aman dengannya. Jikalau salah, kita bisa menegurnya secara langsung, bukan membicarakan keburukannya di belakangnya. Sikap tersebut tidak elegan, dan justru menjadi boomerang pada diri kita, karena tidak bisa menjaga rahasia orang lain.
Manfaat Setting Boundaries
Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan orang lain selama hidupnya. Menerapkan personal boundaries yang tegas dan sesuai dengan kebutuhanmu akan membuat orang lain lebih menghargai dan menghormati batasan. Sebaliknya, tidak menetapkan personal boundaries yang tegas, orang lain akan berlaku sewenang-wenang terhadap diri kita.
Misalnya, ada teman mengumbar aib kita, dulunya kita yang bercerita padanya karen amempercaiayanya untuk berbagi rasa suka dan duka. Namun suatui saat dia membukam cerita tersebut pada khalayak, padahal itu adalah suatu hal yang ingin sekali kamu tutup sebagai masa lalumu, maka kamu berhak untuk menegurnya. Menjaga rahasia teman adalah basic attitude sebagau rule dalam menjaga hubungan pertemanan.
Contoh lainnya saat kamu menerapkan batasan perlakuan fisik yang bisa kamu toleransi, apabila orang lain melampaui batas melakukan kontak fisik seperti memegang area sensitif, atau memeluk tanpa persetujuan darimu, kamu harus menegurnya.
Bukan hanya mengganggu kenyamananmu, lambat laun hal ini bisa mengarah ke perilaku abusive yang bisa membuatku terluka baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, sangat penting untuk menetapkan personal boundaries yang tegas dan konsisten menerapkannya.
Misalnya, di tongkrongan ada temanmu yang suka seenaknya mengeluarkan kata-kata kasar atau sifatnya menjatuhkan orang lain. Nah, jika kamu sudah menetapkan personal boundaries dan hal tersebut tidak sesuai dengan nilai yang dirimu yakini, kamu bisa memutuskan untuk tidak bergaul dengan kelompok atau orang tersebut.
Jika memang ada kesempatan berdiskusi, kamu bisa menyampaikan pendapat tentang sikap yang tidak bisa kamu terima. Satu hal yang perlu kamu ingat, menjadi baik bukan berarti harus selalu setuju dengan semua hal, bahkan yang bertentangan dengan hal yang kamu yakini.
Lebih aman dan tenang saat bergaul
Menerapkan personal boundaries yang sehat bisa membuatmu merasa lebih aman, tenang, dan percaya diri saat bergaul dengan orang lain. Ini karena kamu bisa memberikan batasan perlakuan apa yang bisa kamu terima dan yang tidak, baik dari sisi fisik maupun emosi.
Menerapkan personal boundaries bisa membuatmu yakin tentang bagaimana harus menyikapi perlakuan orang lain. Kamu punya batasan pribadi yang jelas dan tidak boleh dilanggar orang lain. Di sisi lain, kamu juga harus ingat, orang lain juga memiliki personal boundaries masing-masing.
Jadi, tidak selalu hanya fokus pada kebutuhanmu, tetapi juga harus peka pada kebutuhan orang lain dan tidak memaksakan nilai yang kamu punya harus dituruti oleh orang lain agar tercipta hubungan yang sehat, saling menghargai dan menghormati.
Menghindari Sikap Poeple Pleaser dalam Diri Sendiri
Personal boundaries mulai terbangun sejak dari keluarga, orang tualah yang harus mengajarkan batasan yang jelas. Misalnya anak harus menghargai dan menghormati orang tua, memahamai kalimat sopan dan tidak sopan, memahami kekerasan fisik yang tidak boleh dilakukan, paham akan tata krama.
Apabila set boundaries kita berikan sejak kecil, anak bisa tumbuh dengan personal boundaries yang tegas, tidak bersikap people pleaser. Sayangnya, tidak semua anak tumbuh di keluarga yang harmonis.
Personal boundaries fisik, diterapkan sejak awal perkenalan, apakah kamu berkenan bersalaman atau tidak ingin disentuh sama sekali. Komunikasikan dengan teman, pasangan, atau saudaramu. Beri tahu bahwa kamu tidak ingin dipeluk dan lebih suka bersalaman saja.
Jika mereka belum tahu dan terlanjur melakukan tanpa persetujuan darimu, beri tahu setelahnya bahwa dirimu tidak nyaman dengan perlakukan tersebut. Tegur secara sopan. Jika nantinya kalian ternyata tidak menemukan “titik tengah”, mungkin kamu harus ikhlas bahwa kamu dan orang tersebut tidak berada di jalan yang sama.
Personal boundaries emosi, dalam hal ini berarti menetapkan batasan tentang apa yang membuatmu marah, sedih, kecewa, atau tertawa. Biasanya, berkaitan dengan sikap, kata-kata, atau perlakuan tertentu. Misalnya, saat bertengkar dengan seseorang, tanpa sadar orang tersebut malah mengatakan hal buruk tentang orang tua atau keluargamu sebagai bentuk rasa tidak suka.
Tentu hal tersebut kemudian membuat kecewa dan sedih, karena sudah melewati personal boundariesmu. Setelah pertengkaran selesai, kamu bisa mengatakan bahwa hal yang ia ucapkan sudah melewati batas dan membuatmu tidak nyaman. []