• Login
  • Register
Kamis, 7 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Soal Toa dan Rasa Kemanusiaan Kita

Ruang udara adalah milik bersama yang harus dijaga kenyamanannya. Apalagi  bagi kalangan yang bermaksud syiar, jangan sampai justru membuat masyarakat tidak nyaman.

Listia Listia
30/04/2021
in Pernak-pernik
0
Toa

Toa

122
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sejak kapan penggunaan toa di masjid atau mushala dengan suara sangat keras?

Mubadalah.id – Di desa-desa, toa masjid juga menjadi sarana memberi pengumuman kegiatan kampung dan berita lelayu, selain aktifitas keagamaan. Ketika ada orang meninggal dan pengumuman secara kebetulan bersamaan,  suara bersahutan itu justru menyebabkan pengumuman lelayu tidak terdengar siapa yang meninggal dunia.

Mengapa ada sekelompok masyarakat yang sangat berhasrat dengan suara sangat keras dan berlebihan seperti ini ? Di luar urusan toa masjid dan mushala, di kampung saya ketika ada kegiatan kesenian jatilan misalnya, suara musik dan tembang yang khas juga sangat tinggi.

Apa sebenarnya yang ingin ditunjukan dengan volume suara yang sangat keras itu? Mengapa harus sekeras itu? Dan ketika semua toa bersuara sangat keras, bukankah justru apa yang disuarakan tidak jelas dan hanya menyisakan kebisingan? (Pandemi memang membuat ruang udara lebih tenang).

Ada yang mengatakan, “ya namanya syiar harus keras, harus sememangat..” Pengkritik menggunaan frekuensi tinggi pengeras suara kadang dianggap tidak mendukung syiar.

Bila benar untuk syiar, bukankah seharusnya membuat nyaman pendengaran semua orang, karena tuntunan syiar itu bil hikmah, dengan bijaksana. Apakah tindakan memaksa semua telinga untuk menanggung frekuensi suara sangat tinggi itu bijaksana?  Bila  membuat kuping seperti digempur suara dari banyak arah, masih bisakah disebut syiar? Tipis sekali beda syiar dan pamer.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Konsep Birr Al-Aulad dalam Islam
  • Refleksi Perang Israel, dan Sepucuk Surat Wanita Yahudi untuk Pejuang Al-Qassam di Gaza
  • Konsep Birr Al-Walidain dalam Islam
  • Islam Mengenalkan Konsep Birr Al-Walidain dan Birr Al-Aulad

Baca Juga:

Konsep Birr Al-Aulad dalam Islam

Refleksi Perang Israel, dan Sepucuk Surat Wanita Yahudi untuk Pejuang Al-Qassam di Gaza

Konsep Birr Al-Walidain dalam Islam

Islam Mengenalkan Konsep Birr Al-Walidain dan Birr Al-Aulad

Apa yang ingin ditunjukkan sebenarnya?

Di tiap lingkungan tentu ada lansia yang kadang sulit tidur, ada bayi atau orang sakit yang sangat membutuhkan suasana tenang. Belum lagi di banyak lingkungan juga ada warga penganut agama selain Islam yang tidak berkepentingan dengan kegiatan agama yang tidak dianutnya, tapi mau tidak mau ikut menanggung frekuensi suara tinggi itu?

Terkait dengan warga penganut agama selain Islam ini, saya cukup sering mendengar dari teman-teman penceramah yang kadang menyindir keyakinan mereka, atau terang-terangan merendahkan penganut agama lain, sesuatu yang sesungguhnya dilarang oleh Islam, sehingga banyak tetangga muslim jadi tidak enak dan malu bila ada penceramah demikian. Jadi bukan hanya soal frekuensi, kadang ada yang isinya juga keras pada yang berbeda.

Sekali lagi apa sesungguhnya yang ingin ditunjukkan dengan frekuensi suara setinggi itu? Berdoa dan mendaras al-Quran, bukankah Allah Maha Mendengar, dan yang disarankan justru melirihkan suara ketika berdoa?

Apa yang ingin ditunjukkan? Mengapa membiarkan toa jadi sarana yang membuat tempat ibadah kehilangan rasa pada orang lain? Bukankah syiar justru harus berwujud kepekaan dan kepedulian pada kebutuhan semua orang yang kondisinya beda-beda?

Atau, apakah kesenjangan di mata petugas yang menghidupkan pengeras suara begitu dalam dan lebar sehingga di balik suara yang memekakkan telinga itu bawah sadarnya mau mengatakan ,”Aku ada lho, aku eksis lho…”

Atau kita mengalami ketunaan dalam pendidikan tentang rasa?

Ruang udara adalah milik bersama yang harus dijaga kenyamanannya. Apalagi  bagi kalangan yang bermaksud syiar, jangan sampai justru membuat masyarakat tidak nyaman. Ada kesehatan mental masyarakat yang harus dihormati juga. Bila sungguh syiar, maka harus peka dan peduli pada semua orang, tidak hanya mematuhi tuntunan penggunaan pengeras suara yang dibuat oleh Dirjen Bimas Islam. []

Tags: Hikmah RamadanislamKeberagamaankemanusiaanPerdamaiantoleransi
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Ladang Laki-laki

Suami dan Istri Sama-sama sebagai Ladang kebaikan

7 Desember 2023
Kesalingan

Feminisme, Agenda Kesalingan untuk Peradaban Berkeadilan

7 Desember 2023
prinsip kasih sayang anak

Dalil Al-Qur’an Tentang Prinsip Kasih Sayang Kepada Anak

6 Desember 2023
birr al-aulad

Konsep Birr Al-Aulad dalam Islam

6 Desember 2023
Perang Israel

Refleksi Perang Israel, dan Sepucuk Surat Wanita Yahudi untuk Pejuang Al-Qassam di Gaza

6 Desember 2023
konsep birr al-walidain

Konsep Birr Al-Walidain dalam Islam

6 Desember 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Darurat Femisida

    Refleksi 16 HAKTP: Indonesia Darurat Femisida

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Perang Israel, dan Sepucuk Surat Wanita Yahudi untuk Pejuang Al-Qassam di Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • FGD All About Respect untuk Langkah Awal Mencegah Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Birr Al-Walidain dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Birr Al-Aulad dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Suami dan Istri Sama-sama sebagai Ladang kebaikan
  • Feminisme, Agenda Kesalingan untuk Peradaban Berkeadilan
  • Nabi Muhammad Saw itu Tidak Pernah Melakukan Kekerasan
  • Kuasa Hak Ijbar: Bolehkah Menjodohkan Anak Perempuan Tanpa Izin?
  • Dalil Al-Qur’an Tentang Prinsip Kasih Sayang Kepada Anak

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist