• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Suster Aniaya Anak Majikan: Luka Fisik dan Trauma Psikis yang Membekas

Kasus penganiayaan anak oleh suster ini merupakan tragedi yang tidak boleh terulang kembali

Rifa Anis Fauziah Rifa Anis Fauziah
03/04/2024
in Publik
0
Suster Aniaya Anak Majikan

Suster Aniaya Anak Majikan

885
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Baru-baru ini, sebuah video viral yang menunjukkan seorang suster menganiaya anak majikannya yang masih kecil mengejutkan publik.Dalam video tersebut, terlihat suster tersebut memukul, menjambak, dan membentak anak dengan kasar.

Akibat penganiayaan tersebut, anak mengalami luka bengkak di mata dan wajahnya penuh luka. Hal tersebut di unggah di akun media sosial sang ibu korban. Dan sangat menghebohkan warga net. 

Kronologi Kejadian

Berdasarkan informasi yang beredar, kejadian tersebut terjadi di sebuah rumah. Suster tersebut diketahui telah bekerja di keluarga tersebut selama beberapa bulan. Pada saat kejadian, orang tua anak sedang tidak berada di rumah. Suster tersebut kemudian tega menganiaya anak karena merasa kesal. Sang ibu mengungkapkan bahwa anaknya itu dianiaya selama 30 menit. 

Dampak Penganiayaan

Suster aniaya anak majikan, menyebabkan luka fisik dan trauma psikis. Pengobatan dapat menyembuhkan luka fisiknya, tetapi trauma psikisnya mungkin akan membekas dalam jangka panjang. Sungguh amat miris. 

Beberapa dampak penganiayaan terhadap anak; Anak merasa takut dan cemas, Anak menjadi pendiam dan tidak mau bermain, Anak mengalami kesulitan tidur, Anak kehilangan rasa percaya diri. 

Baca Juga:

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Antara Reels dan Realita: Dilema Orang Tua Gen Z di Tengah Arus Media Sosial

Luka Fisik yang Memudar, Trauma Psikis yang Membekas

Penganiayaan fisik dapat meninggalkan luka memar, bengkak, patah tulang, bahkan kematian. Luka-luka ini,  dapat disembuhkan dengan pengobatan, namun meninggalkan memori kelam yang menghantui para korban.

Namun, luka psikis lah yang menjadi beban terberat bagi para korban. Rasa takut, cemas, depresi, dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) adalah beberapa contohnya. Kepercayaan diri mereka runtuh, tergantikan oleh rasa malu dan perasaan tidak berharga.

Trauma ini dapat menghambat perkembangan dan masa depan mereka. Kesulitan belajar, berkonsentrasi, dan menjalin hubungan sosial menjadi batu sandungan dalam meraih cita-cita. Tak jarang, mereka terjebak dalam perilaku antisosial dan terjerumus ke dalam dunia kriminal.

Menelan Pil Pahit Masa Lalu: Dampak Jangka Panjang Penganiayaan

Penganiayaan tak hanya merenggut masa kecil mereka, tetapi juga meninggalkan bayang-bayang kelam yang menghantui masa depan. Risiko kesehatan mental seperti depresi dan PTSD menghantui mereka di usia dewasa.

Membangun hubungan sosial dan romantis menjadi lebih sulit. Kepercayaan diri yang rendah dan rasa takut akan pengkhianatan menjadi penghalang dalam menjalin hubungan yang sehat.

Prestasi akademis yang rendah dan kesulitan dalam pekerjaan menjadi konsekuensi dari trauma masa kecil. Kemungkinan terjerumus dalam perilaku kriminal dan menjadi pelaku atau korban kekerasan di masa depan pun semakin besar.

Mencegah Luka dan Membangun Masa Depan yang Cerah

Pencegahan menjadi kunci utama untuk menghentikan siklus kekerasan ini. Orang tua, guru, dan masyarakat harus waspada terhadap tanda-tanda penganiayaan. Kita harus menggalakkan edukasi tentang pengasuhan anak yang positif dan disiplin tanpa kekerasan .

Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku penganiayaan dan rehabilitasi bagi korban menjadi langkah krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak. Dukungan dan terapi bagi korban penganiayaan, baik secara individu maupun kelompok, dapat membantu mereka menyembuhkan luka dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Marilah kita bersama-sama memutus rantai kekerasan terhadap anak. Luka fisik dapat disembuhkan, akan tetapi luka psikis membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Masa depan anak-anak Indonesia ada di tangan kita.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memilih suster atau pengasuh anak. Kita perlu memastikan bahwa mereka memiliki kualifikasi dan pengalaman yang baik, serta memiliki kasih sayang dan kesabaran terhadap anak.

Kasus ini juga membuka kembali tentang perlunya regulasi yang lebih ketat terkait dengan profesi suster atau pengasuh anak. Pemerintah perlu dan melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap agen penyalur suster dan pengasuh anak.

Kasus penganiayaan anak oleh suster ini merupakan tragedi yang tidak boleh terulang kembali. Kita semua harus bahu-membahu untuk melindungi anak-anak dari kekerasan dan penganiayaan. []

Tags: Hak anakkekerasan terhadap anakperlindungan anakSuster Aniaya Anak Majikanviral
Rifa Anis Fauziah

Rifa Anis Fauziah

Mahasiswi ilmu al Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua
  • Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version