• Login
  • Register
Jumat, 13 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

Nyai Ratu Junti adalah salah satu wali Allah, ulama perempuan yang patut kita hormati perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam.

Zahra Amin Zahra Amin
17/05/2025
in Figur
0
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam rangka menyemarakkan Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia, kali ini saya akan menuliskan salah satu ulama perempuan dari Indramayu, yang namanya masyhur bahkan menjadi satu nama desa dan kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, di mana kini saya tinggal.

Ya, Nyai Ratu Junti, yang terkenal pula sebagai sosok sufi perempuan pada zamannya di wilayah Indramayu Cirebon. Kisah sufi perempuan termuat dalam banyak guratan sejarah Islam. Sufi terkenal dalam sejarah Islam, khususnya dari kalangan perempuan adalah Rabiah al-Adawiyah.

Dia terkenal karena kecintaannya kepada Allah. Dia menganggap tak ada sesuatu apa pun yang pantas ia cintai lebih besar dari Allah.

Kisah tentang kesufian sebagaimana Rabiah al-Adawiyah tersebut juga terjadi dalam sejarah Islam di nusantara. Dia memiliki kecintaan yang sangat besar kepada Allah. Dia terkenal sebagai perempuan yang sangat menjaga kesuciannya.

Nyai Ratu Junti adalah sosok perempuan yang berparas cantik, nama kecilnya adalah “Fatimah” Beliau merupakan syarifah Mesir keturunan dari Rasulullah SAW. Karena kecintaanya terhadap Allah SWT, sehingga beliau terkenal sebagai perempuan yang sangat menjaga kesucianya.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Nyai Ratu Junti selalu menolak laki-laki yang berharap dia menjadi istrinya, karena terkenal sebagai seorang perempuan Sufi. Sementara itu, konon dia merupakan anak dari Ki Gedeng Junti dan Nyai Gedeng Junti. Keluarga ini berasal dari Champa, suatu negeri yang kini berada di Vietnam dan Kamboja.

Naskah Babad Cirebon

Nyai Ratu Junti dalam Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil diceritakan selalu menolak untuk bersentuhan dengan laki-laki. Dia juga menghindari lak-laki yang berharap agar dirinya menjadi istrinya.

Cerita terkenal tentang Nyai ini yakni jatuh cintanya Dhampu Awang, seorang juragan yang kaya raya. Dia adalah putra dari Brahmana Sakti Linuwih. Untuk membuktikan keseriusan cintanya, Dhampu Awang lalu membawa harta dan kepingan emas yang beraneka ragam untuk dihadiahkannya.

Dhampu Awang sampai melempar-lemparkan perhiasan emas ke sembarang tempat di sekitar Keraton Ratu Junti. Tujuannya agar dia bersedia menemui dia dan hatinya luluh.

Namun, justru kebalikannya, Ratu Junti menolak dan semakin menjauh. Guna menghindari kejaran Dhampu Awang, Nyai membuat sayembara. Yaitu barang siapa yang bisa membongkar bersih Kuta Bambu Pri dalam semalam, maka ia akan mengabdi kepada orang itu.

Sayembara itu pun terdengar oleh Dhampu Awang lalu dia mengumumkan kepada semua orang.

“Hey wong Junti, carilah olehmu emas-emasku dalam semalam ini. Oleh itu sediakanlah peralatan untuk menggempur bersih Kuta Bambu Ori Nyi Ratu Junti,” kata Dhampu Awang.

Pengumuman Dhampu awang tersebut direspons oleh warga Junti. Mereka mengajak keluarganya yang tinggal di desa lain. Mereka membawa peralatan seperti linggis, pacul, wadung, bendo, rimbas, dan pedang.

Perlindungan Syekh Bentong

Ketika malam tiba, Dhampu Awang menebar emas. Penduduk Junti pun beramai-ramai menggempur Kuta Bambu Ori dan bersih. Kendati Dhampu Awang berhasil memenangkan sayembara, Nyai melarikan diri bersama putri angkatnya ke Karang Gayam. Yakni untuk meminta perlindungan kepada Syekh Bentong.

Dhampu Awang tahu Nyai Ratu Junti melarikan diri. Dia membuntutinya menggunakan perahu saktinya dari awang-awang. Di saat perahunya berada tepat di atas Syekh Bentong yang sedang berbincang dengan Nyai, perahunya jatuh ketika terbangun melihat sang Nyai sedang berada di depan sesepuh.

Dhampu Awang merasa malu atas perbuatannya yang terus memaksa Nyai Ratu Junti, meski telah tertolak. Dhampu Awang lalu pergi kembali ke negerinya.

Nyai Ratu Junti Masuk Islam

Alkisah dalam buku tersebut, Nyai Ratu Junti masuk Islam dibimbing langsung oleh Syekh Bentong Karang Gayam. Nyai kemudian diperistri oleh Syekh Bentong. Adapun Syekh Bentong merupakan putra dari ulama masyhur dari Karawang yakni Syekh Quro.

Dalam buku tersebut juga menyebutkan, Nyai Ratu Junti berguru kepada Syekh Siti Jenar. Nyai tergambarkan sebagai perempuan yang gemar mengembara. Dia memandang bahwa segalanya hanya tertuju ke pada Allah.

Dalam artikel lain disebutkan, Nyai pemimpin wilayah Kegadengan Junti yang merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon dengan Mbah Kuwu Sangkan sebagai Sultan pertama dengan gelar Prabu Abhi Seka Sri Mangana Khalifatur Rasul Sayyidina Panatagama Ratu Aji Caruban Larang.

Dalam masa-masa pemerintahan selanjutnya, wilayah Kage dengan Junti dipimpin oleh seorang Kuwu. Desa Juntiyuat merupakan ibu kota Kecamatan Juntiyuat wilayah Kabupaten Indramayu.

Dari kisah tersebut Nyai Ratu Junti adalah salah satu wali Allah. Ulama perempuan yang patut kita hormati perjuangannya karena jasa-jasanya dalam menyebarkan agama Islam. Dan Nyai juga menganut paham ketauhidan karena pernah berguru dengan Syekh Siti Jenar yang akhirnya dibimbing syahadat oleh Syaikh Bentong. []

 

Tags: Nyai Ratu JuntiPenyebar IslamPerempuan Ulamasufi perempuanulama perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua
  • Tauhid secara Sosial
  • Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID