• Login
  • Register
Kamis, 15 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Teladan Nabi Sebagai Sosok Bapak Bagi Anak Perempuannya

Jika menilik kembali hasil survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 menyatakan bahwa peran bapak dalam pendidikan anak masih rendah. Kualitas pengasuhan anak oleh bapak hanya berkisar 3,8 dari 5. Rendahnya kualitas pengasuhan ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya sosok bapak dalam pendidikan.

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
13/11/2020
in Keluarga, Rekomendasi
0
150
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya” kalimat ini selalu menjadi mantra betapa pentingnya peran perempuan dalam mendidik anak. Namun jangan pula melupakan betapa bapak juga memiliki peran yang sama, maka kalimat tersebut bisa dilengkapi dengan “dan bapak adalah kepala sekolahnya”. Sebuah pesan bahwa mendidik bukan hanya urusan ibu, melainkan tanggungjawab bersama keduanya.

Jika menilik kembali hasil survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 menyatakan bahwa peran bapak dalam pendidikan anak masih rendah. Kualitas pengasuhan anak oleh bapak hanya berkisar 3,8 dari 5. Rendahnya kualitas pengasuhan ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya sosok bapak dalam pendidikan.

Padahal menurut praktisi pendidikan Najeela Shihab, sosok bapak memiliki empat peranan penting dalam keluarga. Pertama. Bapak sebagai teman bermain akan berpengaruh pada kualitas mental anak. Kedua. Bapak sebagai pendidik harus mampu memberikan motivasi bagi anaknya untuk mewujudkan semua cita-citanya. Ketiga. Bapak sebagai pelindung akan mengajarkan anak bagaimana melindungi dirinya. Keempat. Bapak sebagai rekan yang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anak.

Dalam pendidikan Islam ditegaskan bahwa bapak juga berperan penting dalam pendidikan anak-anaknya, baik anak laki-laki dan perempuan. Lebih khusus lagi Syaikh Abdul Mun’im Ibrahim dalam kitabnya Tarbiyatul Banaat fil Islam, mengatakan bahwa salah satu cara orang tua memenuhi kebutuhan emosional anak perempuan adalah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah terhadap putrinya, yakni memberikan keyakinan kepada mereka bahwa dirinya adalah bagian dari sang bapak.

Pemberian keyakinan ini sangat diperlukan anak perempuan agar timbul rasa aman dan perasaan terlindungi dari hal-hal yang tak diinginkan. Jika merujuk pada kehidupan Rasulullah di luar peranannya sebagai nabi dan pemimpin umat, beliau adalah sosok bapak yang sangat dekat dan berarti bagi anak perempuannya.

Baca Juga:

Peran Penting Ayah di Masa Ibu Menyusui

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Dikisahkan dalam kitab Fi Bayt al-Rasul karya Nizar Abazhah. Berikut teladan nabi sebagai sosok bapak untuk anak perempuannya:

Sifat Penyayang Nabi Untuk Putrinya Ruqayyah dan Ummu Kultsum

Nabi amat sangat menyayangi Ruqayyah, beliau sangat mempertimbangkan kesehatan putrinya. Hal ini terlihat ketika kaum muslim meninggalkan Madinah untuk melayani kaum Quraisy di medan Badar, Ruqayyah terserang penyakit yang memaksanya terbaring di atas ranjang. Melihat keadaan putrinya yang semakin buruk, Nabi sangat sedih. Beliau menyuruh Ustman untuk tidak ikut berperang dan terus mendampingi istrinya hingga ia wafat.

Setelah wafatnya Ruqayyah, Ustman merasa bersedih. Tak tega melihatnya larut dalam kesedihan, akhirnya Rasul menikahkan ia dengan putrinya, Ummu Kultsum. Hal ini juga menjadi obat hati bagi Ummu Kultsum yang telah diceraikan oleh putra Abu Lahab setelah turun wahyu kepada Rasululullah untuk menyebarkan agama Islam. Kisah Rasul ini harus diteladani oleh para bapak agar menyayangi anak perempuannya dan memastikan mereka untuk menikah dan mendapatkan pasangan yang memperlakukannya dengan baik.

Sosok Nabi di Mata Fatimah Azzahra

Nabi di mata putrinya, Fatimah, adalah teladan dan panutannya. Ini sangat jelas sekali tercantum dalam hadist Aisyah yang menceritakan bahwa tidak ada seseorang yang lebih mirip dengan Rasulullah selain Fatimah.

Aisyah menceritakan “Aku tidak melihat seseorang yang lebih mirip dengan Rasulullah dalam hal cara bicara dari pada Fatimah. Dahulu, ketika menemui Rasulullah maka beliau langsung berdiri dan menyambutnya, menciumnya, dan mendudukannya di tempat duduk beliau. Bagitu juga ketika Rasulullah mendatangi Fatimah, dia langsung berdiri menyambut beliau dan memegang tangan beliau lalu dia mendudukannya di tempat duduknya. Ketika Rasulullah sedang sakit keras, Fatimah mendatangi beliau, lalu beliau menyambutnya dan menciumnya” (HR. Bukhori).

Selain memberi kasih sayang penuh kepada anak perempuannya, Rasulullah juga selalu mengingatkan mereka untuk tidak mengandalkan bapaknya. Beliau berkata pada Fatimah, “Sedikitpun tak ada yang bisa kubebaskan kau dari Allah.”

Nabi juga tidak menginginkan putra-putrinya hidup bersenang-senang sementara kaum muslim saat itu sengsara. Suatu hari ketika beliau masuk ke rumah Fatimah dan melihatnya mengenakan gelang emas, Nabi berkata padanya, “Wahai Fatimah, senangkah kau bila orang-orang mengatakan. ‘Lihat itu putri Nabi mengenakan gelang neraka?’” Beliau lantas keluar tanpa duduk, dan Fatimah segera melepas dan menjualnya untuk membeli budak untuk dimerdekakan.

Cara Nabi Memperhatikan Kebutuhan Emosional dan Sensitifitas Anak Perempuan

Dalam mendidik anak perempuannya, Rasulullah memperhatikan pemenuhan kebutuhan emosional dan sensitifnya anak perempuannya. Salah satunya adalah dengan tidak mengizinkan anak perempuannya dimadu oleh suaminya. Suatu hari terdengar berita bahwa Ali tengah melamar seorang perempuan di pelosok.

Beliau marah karena tak ingin satu pun dari putrinya dimadu dengan perempuan lain. Beliau lalu naik mimbar menyampaikan pidato, “Ada Bani Hasyim ibn al-Mughiroh minta izin padaku untuk mengawinkan Ali ibn Abi Thalib dengan putri mereka. Aku tidak mengizinkan, tidak mengizinkan, dan tidak akan pernah mengizinkan! Kecuali kalau Ali menceraikan putriku lalu menikah dengan putri mereka. Bagiku, Fatimah adalah belahanku. Apa yang tidak ia sukai, juga tidak kusukai. Apa yang menyakitkannya, juga menyakitkanku.” Oleh karena sikap tegas Nabi ini, tak pernah terlintas di benak Ali untuk berlaku buruk kepada Nabi dan putrinya.

Itulah teladan Nabi sebagai sosok bapak bagi anak-anaknya. Ini harus diperhatikan oleh semua bapak agar tidak melupakan perannya dalam mendidik. Dengan adanya Hari Ayah Nasional yang ditetapkan pada 12 November ini menjadi pengingat betapa penting kehadiran sosok bapak dalam pendidikan anak. []

 

Tags: anakHari Ayahislamkeluargaorang tuaSejarah Nabi
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Admin Media Sosial Mubadalah.id

Terkait Posts

Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Kebebasan Berekspresi

Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

13 Mei 2025
Umat Buddha

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

12 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laki-laki tidak bercerita

    Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Haji dan Ekonomi: Perjuangan Orang Miskin Menaklukkan Kesenjangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin
  • Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh
  • Haji dan Ekonomi: Perjuangan Orang Miskin Menaklukkan Kesenjangan
  • KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan
  • Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version