• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Terorisme, Dicederainya Gerakan Perempuan dalam Membangun Perdamaian

Nurdiani Latifah Nurdiani Latifah
26/03/2020
in Publik
0
perdamaian, perempuan

(sumber foto piqsels.com)

47
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Gerakan perempuan dalam aksi terorisme di berbagai dunia menjadi langkah yang mencederai keterlibatan perempuan dalam mengusung perdamaian. Cerita tentang perempuan tentang inisiasi perdamaian bukan hanya isapan jempol belaka.

Selama ini, gerakan damai yang terjadi di berbagai negara banyak di usung oleh perempuan. Misalkan, Perempuan di Israel dan Palestina membangun koalisi antar etnik, agama dan linstas negara untuk mendorong upaya non-kekerasan dan akses pada layanan dasar.

Cerita lainnya di Filipina, para perempuan lebih dipercaya dan memiliki kapasitas dibandingkan laki-laki untuk menjaga aliansi antar etnik ketika eskalasi konflik Mindanao yang terjadi. Bahkan, gerakan perempuan di Liberia dianggap gerakan yang paling berani dalam mengusung perdamaian. Pada 2003, Leymah Gbowee turun ke jalan berminggu-minggu demo di depan pasar ikan. Serta mereka melakukan mogok seks untuk menekan perhentian perang.

Namun, keterlibatan perempuan dalam perjanjian damai masih belum banyak. Selama ini, hanya dua orang perempuan yang terlibat dalam perjanjian damai, yaitu Miriam Coronel Ferrer dari Philipina yang pernah menandatangani dokumen final perjanjian damai. Serta Tzipi Livni dari Israel yang menjadi ketua negosiator.

Dalam kontek Indonesia, keterlibatan dalam dokumen perdamaian pun masih belum terlibat. Konflik GAM dengan Indonesia, tidak melibatkan perempuan dalam upaya perdamaian yang dibangun. Shadia Marhaban dianggap bukan sebagai keterwakilan perempuan dalam negosiasi antara GAM dan Indonesia, namun peran Shadia sangat penting dalam memberikan analisis politik “untung dan rugi” posisi GAM dalam perjanjian Helsinki.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Masih dalam konteks konflik Aceh, gerakan perempuan jauh lebih massif untuk menginisasi perdamaian. Misalkan Flower Aceh yang menolak opsi referendum dan meminta publik mendukung perdamaian. Gerakan perempuan dalam konteks menginisiasi perdamaian tidak selesai hanya di wilayah Aceh. Wilayah lainnya seperti Ambon, para perempuan penjual ikan menyebarkan penghentian konflik dari mulut ke mulut. Sebab, para perempuan ini merasa tidak aman bekerja di pasar dan anak-anak tidak bisa sekolah.

Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme semakin sering digunakan. Kelompok Jihadis di Barat sendiri mencari perempuan berkulit putih, rambut berwarna terang dan mata yang tidak sipit atau tidak memiliki ciri-ciri stereotip terhadap perempuan muslim.

Di Palestina sendiri, perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri dicari para perempuan dengan wajah yang cantik. Hal ini dilakukan agar lebih mudah melewati checkpoint dan memaksimalkan liputan berita di media setelah peledakan.

Selain itu, perempuan biasanya dapat mengecoh masyarakat atau aparat hukum. Selama ini, aparat penegak hukum biasanya masih menggunakan logika sosiologis dalam melaksanakan proses penegakan hukum. Di mana mustahil perempuan bisa melakukan serangan terorisme. Dalam konteks Indonesia, sedikitnya ada 11 orang anak-anak dan 3 orang perempuan yang terlibat dalam aksi bom bunuh di Sidoarjo dan Surabaya pada 2018.

Perlu diakui, keterlibatan seseorang dalam aksi terorisme ini dibagi dalam beberapa tahapan. Tahapan tersebut bergradasi dengan kekerasan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya proses aksi ekstremisme serta semakin sedikitnya pilihan-pilihan solusi yang tersedia.

Ketika merasa dipinggirkan dan diperlakukan tidak adil, seseorang akan menaikan tahapan pertama ke arah terorisme dengan upaya mencari keadilan yang lebih besar dan memperbaiki kondisi mereka. Jika mereka merasa tidak adil dan mengalami rasa amarah serta frustasi, mereka akan naik ke tahap selanjutnya.

Tahap selanjutnya adalah mereka akan melihat terorisme sebagai langkah yang dianggap sah dan paling memungkinkan. Tahapan terakhir adalah mereka bisa bergabung dalam kelompok teroris dan bisa melakukan aksi terorisme sesuai yang diperintahkan oleh ketua kelompok jaringan tersebut. []

Nurdiani Latifah

Nurdiani Latifah

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version