• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tetaplah Menjadi Manusia Baik, Meskipun Tahu Besok Akan Mati

Para Nabi terdahulu bertanya kepada Allah terkait yang dilakukan raja-raja tersebut, dan Allah mewahyukan, “Makmurkanlah bumi-Ku dan hiduplah kalian darinya."

Muhammad Ilham Fikron Muhammad Ilham Fikron
25/06/2023
in Hikmah, Rekomendasi
0
Menjadi Manusia Baik

Menjadi Manusia Baik

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menjadi manusia baik adalah tugas seumur hidup. Yakni sejak usia anak-anak hingga dewasa tidak ada istilah bagi manusia untuk berhenti melakukan kebaikan. Meskipun dalam keadaan normal, sakit, terdesak, bahkan dekatnya ajal, tetap saja selagi masih bisa memberikan maslahat untuk diri sendiri dan orang sekitarnya, maka lanjutkan berbagi kemanfaatan sebelum nafas terakhir. Hal ini telah Nabi saw jelaskan dalam sabdanya,

حَدَّثَنا أبُو الوَلِيدِ قالَ: حَدَّثَنا حَمّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ هِشامِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أنَسِ بْنِ مالِكٍ، عَنْ أنَسِ بْنِ مالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قالَ: إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

Artinya: Jika kiamat tiba dan di tangan kalian ada bibit kurma, selagi kamu bisa menanamnya sebelum hari itu terjadi, maka tanamlah. (HR. Bukhori) (Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Adabul Mufrod/168)

Kata “As-Saa’ah” berarti hari kiamat, ini adalah sebuah isyarat entah cepat atau lambat prediksinya, kiamat bisa terjadi kapan saja. Kata “Ahadikum” bermakna anak adam yakni seluruh umat manusia yang masih hidup pada hari itu. Istilah “Fasyilah” memiliki arti benih kurma.

Keutamaan Menanam Pohon

Penjelasan dalam redaksi lain,

Baca Juga:

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ

Artinya: Nabi saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim bertanam dan bertani kecuali apa yang ia makan adalah bernilai sedekah, yang dicuri darinya adalah sedekahnya, yang dimakan hewan liar adalah sedekahnya, yang dimakan burung adalah sedekahnya, dan siapapun yang tidak ikut menanam bisa menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim) (Muslim bin Al-Hajjaj An-Nisabur, Sahih Muslim/3/1188)

Hadis di atas menerangkan bahwa seorang muslim yang menanam dan hasilnya bisa makhluk lain merasakan manfaatnya, maka pahalanya akan mengalir bahkan setelah ia meninggal dunia. Pendapat lain mengatakan pahalanya mengalir selama apa yang ia tanam, dan ada hasil dari tanamannya hingga hari kiamat.

Perintah Menanam Pohon Meskipun Dajjal Sudah Muncul

Hadis tersebut menitahkan kepada manusia agar tetap melakukan hal baik. Yakni seperti menanam pohon, memberi pupuk, irigasi, dan semua yang dapat memakmurkan bumi. Bahkan apabila telah terdengar kabar bahwa Dajjal muncul di belahan bumi sebagai tanda bahwa kiamat sudah dekat waktunya.

Bayangkan, siapa yang tidak tergopoh-gopoh apabila benar Dajjal sudah muncul? Namun Nabi saw berpesan untuk kita semua agar tetap melakukan ibadah. Yakni dengan bersosialisasi bersama manusia, dan alam melalui cara-cara yang sederhana.

Perintah kebaikan tersebut adalah mata rantai kemaslahatan publik, selagi masih ada manusia dan makhluk lain membutuhkan bantuan kita, ya kita harus tanggap dalam menyalurkan perhatian dan kontribusi.

As-Shan’ani menjelaskan dalam syarahnya bahwa hadis tersebut merupakan instruksi supaya tetap melakukan penghijauan. Seperti menanam pohon atau menggali lubang baru untuk saluran air melalui sungai-sungai. Tujuannya agar orang lain dan generasi mendatang yang membutuhkannya bisa merasakan manfaatnya.

Raja-raja Persia Menggalakkan “Go Green” Kepada Rakyatnya

Suatu ketika Raja Persia yang terkenal kejam dan sewenang-wenang, namun siapa sangka ternyata raja tersebut rutin berinisiatif menggerakkan seluruh jajarannya bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan “Go Green” (istilah untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan, fokus pada penghijauan lingkungan). Di mana meliputi reboisasi, irigasi, hingga penyuluhan kepada relawan-relawan yang siap bekerja.

Para Nabi terdahulu bertanya kepada Allah terkait yang dilakukan raja-raja tersebut, dan Allah mewahyukan, “Makmurkanlah bumi-Ku dan hiduplah kalian darinya”. Hal ini juga yang membuat Muawiyah (Dinasti Umayyah) termotivasi menghijaukan bumi dan hobi menanam pohon hingga masa akhir hidupnya. Muawiyah mengutip syair:

ليس الفتى بفتى لا يستضاء به … ولا يكون له في الأرض آثار

Artinya: Tidak disebut pemuda jika tidak mampu menyinari orang lain. Tidak disebut pemuda jika tak mampu memberi dampak apapun selama di dunia.

Kakek Tua Marhaenis yang Membuat Sang Raja Tertegun

Ada kisah unik seorang kakek tua yang dihampiri oleh Kisra (nama seorang raja persia) dan tentaranya saat berkebun. Terlihat si kakek menanam bibit zaitun, lalu sang Raja bertanya,

“Kenapa Anda menanam zaitun padahal pohonnya sangat lama tumbuhnya?”

Dengan senyum tipis si kakek menjawab, “Yang mulia, orang-orang sebelum kami yang menanamnya dan kami sekarang memakannya. Maka kami sekarang menanamnya untuk generasi selanjutnya agar dapat menikmati manfaatnya.”

Seketika sang Raja terheran-heran dengan jawaban kakek seraya memujinya. Lalu Raja memerintah tentaranya agar memberikan uang seribu dinar (sudah menjadi tradisi waktu itu jika ada yang bisa membuat raja kagum maka diberi upah).

Si kakek berkata lagi, “Duhai Raja. Pohon zaitun yang kutanam ini memiliki kelebihan. Umumnya dapat berbuah kira-kira tiga puluh tahun sejak kita tanam, namun pohonku ini bisa berbuah lebih cepat.” Kemudian Raja terkagum dan memerintah tentaranya memberi seribu dinar kepada kakek.

Si kakek berkata lagi, “Duhai Raja. Pohon zaitun dewasa tidak akan berbuah kecuali setahun hanya sekali. Namun pohon milikku ini dapat berbuah setahun dua kali.” Kemudian Raja kembali tertegun dan si kakek menerima seribu dinar lagi.

Setelah tiga kali kakek mendapat upah, para tentara mempercepat kemudinya sembari menggerutu, “Lama-lama uang kita habis jika masih di sini, karena memberi upah kepada kakek terus-terusan.”

Melalui kisah inspiratif ini, hendaknya kita menjadi sadar bahwa menjaga lingkungan (hifdhul bi’ah) dan melestarikan bumi (imaratul ardl) adalah kewajiban kita semua selama nafas masih bisa kita hirup. Wallahu a’lam []

Tags: bumiHikmahislamkehidupanLingkunganmanusianabiRaja Persiasejarah
Muhammad Ilham Fikron

Muhammad Ilham Fikron

Alumnus Perguruan Islam Mathaliul Falah (PIM) dan Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh. Aktif di instagram, tiktok dan facebook @phickolobabaraya serta twitter @ilhamfikron

Terkait Posts

Membebaskan Manusia

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Berkeluarga

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

10 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID