• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Tiga Dasar Pertimbangan Buya Husein Diberikan Gelar DR HC

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
27/03/2019
in Aktual
0
FOTO BERSAMA: KH. Husein Muhammad (tengah) didampingi Ketua Tim Promotor DR HC

FOTO BERSAMA: KH. Husein Muhammad (tengah) didampingi Ketua Tim Promotor DR HC

35
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Universitas Agama Islam Negeri Walisongo Semarang secara resmi telah memberikan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (DR HC) bidang Tafsir Gender kepada Pendiri Yayasan Fahmina, KH. Husein Muhammad. Apa pertimbangan Buya Husein diberikan gelar DR HC?

Upacara penganugerahan gelar DR HC kepada Buya Husein, panggilan akrabnya tersebut dipimpin langsung oleh Rektor UIN Walisongo, Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag di Aula 2 Kampus III UIN Walisongo, Semarang, Selasa, 26 Maret 2019.

Ketua Tim Promotor DR HC, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA mengatakan, ada tiga pertimbangan yang mendasar penganugerahan gelar DR HC yang diberikan kepada Buya Husein. Pertama, Buya Husein merupakan figur intelektual yang produktif berkarya.

“Kiai Husein memberi inspirasi bagi dunia akademik dalam menjaga keistiqomahan antara tradisi daras dan ta’lif, belajar dan menulis. Ia (Buya Husein) menunjukkan tradisi menulis yang produktif dan konstektual kepada dunia akademik,” kata Nasaruddin saat menyampaikan sambutannya.

Kedua, lanjut dia, Buya Husein bukan hanya kiai, ulama dan intelektual muslim saja. Namun juga seorang aktifis yang bergerak di ranah sosial. Hal itu sebagai aktualisasi pemikiran dan gagasannya seputar isu gender dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Baca Juga:

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Indonesia Butuh Renaissance untuk Bangkit dari Stagnasi

Puasa Meningkatkan Kecerdasan Multidimensional

Dan ketiga, Buya Husein adalah sosok pembaruan pemikiran keislaman di dunia pondok pesantren. Sehingga, Buya Husein merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan pondok pesantren dan Buya Husein telah menjadi mesin penggerak pergumulan anak-anak muda.

“Produktivitas Kiai Husein Muhammad terlihat dari karyanya sangat banyak berupa buku dan artikel yang ditulis individual. Produktivitas Beliau telah menarik akademisi di perguruan tinggi keagamaan Islam untuk meneliti tentang pemikirannya dan feminisnya,” ucapnya.

Dalam bidang tafsir al-Quran, kata dia, Buya Husein telah dan akan merumuskan penafsiran dalam prinsip kemanusian. “Prinsip tersebut antara lain kebebebasan, kesetaraan, persaudaraan, keadilan, dan penghormatan kepada manusia,” tuturnya.

Intelektual dan Gagasannya Sudah Teruji

Sementara itu, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. H. Rumadi Ahmad, MA mengatakan, Buya Husein adalah sedikit dari banyak kiai yang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan gagasanya melalui tulisan.

“Dia (Buya Husein) itu sebetulnya kalau dilihat dari sisi intelektual dan gagasanya sudah sangat teruji, bisa dibuktikan dengan kemampuannya dalam mengekspresikan. Terutama melalui tulisan-tulisan yang mempunyai bobot akademik yang sangat baik,” kata Rumadi, sapaan akrabnya.

Selain itu, menurut Rumadi, Kiai Husein juga seorang yang memiliki sisi tradisi keagamaanya yang sangat kuat. Hal ini yang membuat Kiai Husein berbeda dengan intelektual cendikiawan muslim pada umumnya, yang hanya menguasai teori-teori ilmu sosial, dan membaca buku-buku filsafat modern.

“Kalau Kiai Husein itu dalam pikirannya punya akar tradisi yang sangat kuat. Jadi apapun yang dia katakan tentang kemajuan, tentang pembaruan didasarkan kepada tradisi keberagaman yang dia pelajari dari kecil,” ucapnya.

Sehingga, lanjut Rumadi, hal itu yang tidak banyak dimiliki dari orang-orang yang tumbuh dari tradisi pesantren dan Kiai Husein punya kelebihan itu. Kelebihan tersebut, kata dia, membuat Buya Husein semakin kokoh terhadap tradisi pesantren dan khazanah intelektual tradisionalnya.

“Memberikan gelar akademik, dari sisi intelektual sebetulnya tidak ada yang meragukan bahwa Kiai Husein sudah layak mendapatkan gelar ini,” tandasnya. (RUL)

Tags: Buya HuseinDR HCintelektualkaryakiaikontekstualLakpesdamNasaruddin UarpemikiranpesantrenTafsir Gendertradisi keislamanUIN Semarang
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version