• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tujuan Hidup Gus Dur Hanya untuk Kemanusiaan

Dalam menghidupkan dunia kemanusiaan ini, Gus Dur melakukannya melalui beragam mekanismenya, antara lain penegakan hak-hak asasi manusia, pluralisme, demokrasi, dan puncaknya adalah cinta

Redaksi Redaksi
07/12/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
hidup kemanusiaan

hidup kemanusiaan

494
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan KH. Husein Muhammad tentang tujuan kehidupan KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur, maka ia sungguh-sungguh konsisten pada tujuannya, yaitu menghidupkan dunia kemanusiaan.

Dalam menghidupkan dunia kemanusiaan ini, Gus Dur melakukannya melalui beragam mekanismenya, antara lain penegakan hak-hak asasi manusia, pluralisme, demokrasi, dan puncaknya adalah cinta.

Sebagaimana para sufi besar, Gus Dur adalah seorang yang selalu berkehendak hidupnya diabdikan sepenuhnya bagi manusia dan kemanusiaan.

Justru, ia hampir tak pernah peduli terhadap hidupnya sendiri dan keluarganya, meski ia tetap mencintai dan menyayangi mereka.

Gus Dur memiliki sumber inspirasi bagi gagasan ini, sebagaimana para sufi juga memilikinya. Salah satunya adalah teks suci kenabian (hadits qudsi) yang artinya.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, sebuah misteri. Aku rindu untuk dikenal. Maka, aku ciptakan makhluk. Lalu, berkat Aku, mereka mengenal-Ku.”

Makhluk dalam hadits ini tidak lain adalah manusia sebagai mikrokosmos, meski sesungguhnya ia juga mencakup makrokosmos, alam semesta.

Dalam bahasa pesantren, makhluk adalah ma siwa allah (selain Tuhan). Hadits ini ingin menyatakan bahwa Tuhan mencintai manusia dan Tuhan ingin mencintai mereka.

Maka, semesta ini Tuhan ciptakan. Harap selalu kita ingat bahwa cinta Tuhan kepada manusia adalah untuk seluruh manusia, di mana pun ia berada dan kapan pun.

Dengan segala macam identitas primordial yang Tuhan ciptakan. Tuhan tidak membeda-bedakan ciptaan-Nya.

Tuhan tidak mendiskriminasi ciptaan-Nya untuk memberi dan menyayangi-Nya.

Meski manusia mendurhakai-Nya, Tuhan tetap saja memberi nikmat, kegembiraan, dan menganugerahinya segala hal yang manusia perlukan bagi hidup dan kehidupannya. Al-Qur’an menyatakan:

“Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. al-Baqarah (2): 29).*

*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad, dalam buku Samudra Kezuhudan Gus Dur.

Tags: gus durHidupkemanusiaantujuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version