• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Wadon Wadas, Kisah Para Pejuang Keadilan Ekologis

Selama pembangunan di Indonesia masih berwajah maskulin, seruan Wadon Wadas “Tanah adalah daging, air adalah darah, dan batu adalah tulang,” benar adanya

Dyah Palupi Ayu Ningtyas Dyah Palupi Ayu Ningtyas
25/03/2022
in Publik, Rekomendasi
1
Wadon Wadas

Wadon Wadas

283
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Wadon Wadas merupakan perkumpulan perempuan desa Wadas, Purworejo yang tergabung dalam organisasi Gerakan Masyarakat Peduli Alam (Gempa Dewa). Dalam gerakan lingkungan hidup dan gerakan sosial di Indonesia, perempuan dan kelompok muda memiliki andil yang besar. Wadon Wadas melakukan perlawanan terhadap penetapan desa Wadas yang ditetapkan sebagai lokasi penambangan quarry untuk material pembangunan bendungan Bener.

Aktivitas pertambangan dapat mengganggu dan menghancurkan vegetasi-vegetasi yang menjadi ciri khas Wadas. Sejatinya, perempuan di desa Wadas menggantungkan keseharian dan hidupnya dari hasil alam. Misalnya pembuatan gula aren, memanfaatkan aneka tanaman produktif seperti kemukus, durian, mahoni, kopi, kelapa, getah karet, temulawak, petai, dan lainnya. Sehingga air sangat berperan dalam proses tersebut.

Namun, 27 sumber mata air di desa Wadas menjadi terancam apabila penambangan batuan andesit terus dilakukan. Lingkungan yang dirusak secara sengaja merupakan bentuk pelanggaran hak hidup dan hak asasi manusia.

Cerita perjuangan Wadon Wadas, dan pengalaman perempuan untuk memperjuangkan ruang hidup, dan haknya seakan tenggelam dalam advokasi. Narasi-narasi mengenai perempuan harus selalu dimunculkan, karena perempuan adalah subjek perjuangan. Selain itu, keadilan gender merupakan bagian dari perjuangan serta advokasi untuk menciptakan keadilan ekologis di Indonesia.

Perempuan sangat terkait dengan alam. Perempuan punya pengetahuan dan inisiatif yang khas, karena berbicara alam adalah berbicara mengenai kehidupan perempuan. Agenda politik perempuan bukan sekadar elektoral semata, tapi bagaimana perempuan mengambil ruang untuk memperjuangkan hak-haknya.

Baca Juga:

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Sesungguhnya, masyarakat dapat menghalangi perempuan untuk terlibat melakukan perlawanan, karena budaya patriarki yang mengakar. Apa arti kebijakan CEDAW dan PUG yang dihadapkan dengan kebijakan yang masif menghalangi perempuan, seperti UU cilaka dan UU minerba.

Dalam kerja-kerja perempuan pembela HAM, perlu adanya pengakuan dan perlindungan perempuan dalam kebijakan-kebijakan. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) seharusnya dapat mengantisipasi penghancuran lingkungan yang agresif.

Di sisi lain, putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 yang amar putusannya memerintahkan agar menangguhkan segala tindakan atau kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas. Tenyata putusan ini tidak diindahkan. Tidak dibenarkan pula penyelenggara negara melakukan pengambilan kebijakan strategis yang dapat berdampak luas dengan mendasarkan pada norma UU Nomor 11 Tahun 2020 yang secara formal telah dinyatakan inkonstitusional secara bersyarat.

Perlawanan Wadon Wadas yang sesungguhnya dan perlu didukung adalah konsolidasi yang ada di akar rumput. Hal tersebut bisa menjadi gerakan politik. Bukan hanya proses hukum, tapi perlawanan untuk melawan proyek atau protes. Sehingga politik patriarkis dan eksploitatif yang merugikan perempuan dapat dihindari, baik didorong dari sistem negara maupun sistem dalam gerakan.

Wadon Wadas hadir dalam memperjuangkan lingkungan, tidak akan pernah seutuhnya apabila tidak ada keadilan. Nilai dasar yang dipegang adalah meletakkan nilai demokrasi maupun HAM. Kerusakan lingkungan yang terjadi dapat mengakibatkan eksploitasi yang merusak kehidupan perempuan maupun masyarakat adat.

Praktik korporasi hitam adalah sokongan dari negera, seperti fakta tak terbantahkan, penggusuran rakyat, perampasan hak hidup perempuan ada peran dan tanggung jawab negara didalamnya.

Dalam banyak kasus dan cerita seringkali dikarenakan identitas perempuan. Kasus-kasus tertentu seperti tidak sekolah, tinggal di kampung, kelas nelayan, kelas petani, identitas anak dari aktifis lingkungan atau  janda, maka potensi diskriminasi yang mereka terima  akan luar biasa. Perempuan  mengalami kekhasan tertentu akibat identitas yang dimilikinya.

Sebenarnya, ancaman adalah kekuatan untuk perlawanan. Kriminalisasi perempuan pejuang lingkungan bisa dapat berupa dikucilkan, dihadang, hingga pengetahuan pengalaman dihilangkan. Perempuan dalam memperjuangkan lingkungan tidak mudah, karena identitias yang dialami maupun seksual yang sering direndahkan dalam perjuangan.

Setiap pembangunan diharapkan memiliki sifat yang berkelanjutan, ramah perempuan dan tidak meminggirkan kelompok-kelompok tertentu. Selama pembangunan di Indonesia masih berwajah maskulin, seruan Wadon Wadas “Tanah adalah daging, air adalah darah, dan batu adalah tulang,” benar adanya.

Suara perempuan Wadon Wadas bukan saatnya untuk disangkal, karena mempertahankan ruang hidup adalah perjuangan hak asasi manusia dan juga merupakan hak perempuan. Dengan adanya perlawanan perempuan-perempuan di desa Wadas, diharapkan perempuan lain di luar sana terdorong untuk melakukan agenda politik perempuan dalam perjuangan perlindungan lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam. []

Tags: EkofeminismeIsu LingkunganKeadilan EkologisRelasi AlamWadon Wadas
Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Bergerak di isu HAM dan gender, menuangkannya lewat tulisan dan ruang-ruang belajar bersama.

Terkait Posts

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

24 Mei 2025
Ulama perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

24 Mei 2025
Kekerasan

Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

24 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laku Tasawuf

    Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an
  • Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version