• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

War Takjil Nonis: Fenomena Berburu Kerukunan Beragama di Pasar Ramadan

Fenomena war takjil nonis pada momen Ramadan kali ini viral di berbagai media sosial. Di Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube, dan lainnya

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
01/04/2024
in Pernak-pernik
0
War Takjil Nonis

War Takjil Nonis

781
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tidak hanya Muslim yang sedang puasa, non-Muslim pun ternyata menantikan aneka kuliner pada bulan Ramadan. Hal ini nampak dari fenomena yang viral di berbagai media sosial pada bulan Ramadan ini. Yaitu, war takjil nonis (non-Islam/non-Muslim). Fenomena di mana non-Muslim ikut berburu takjil pada sore hari di pasar-pasar Ramadan.

Konten-konten terkait fenomena ini viral di berbagai media sosial. Satu fenomena yang tidak sekadar kerjaan umat non-Muslim ingin berburu kuliner. Melainkan, aktivitas yang turut menggambarkan giat mereka untuk merekat kerukunan dengan umat Muslim pada bulan Ramadan ini.

Takjil dan Pasar Ramadan

Takjil dapat kita katakan menjadi pernak-pernik yang mewarnai aktivitas puasa umat Muslim pada bulan Ramadan. Umat Muslim punya kebutuhan menyediakan takjil untuk berbuka puasa. Budaya konsumtif ini turut memengaruhi perkembangan tradisi masyarakat.

Sebagaimana dalam ukuran Fungsionalisme Molinowski, atau pandangan tradisi Islam Charles Adams, pemenuhan kebutuhan memengaruhi perkembangan tradisi. Kebutuhan umat Muslim akan takjil pada proses budayanya memunculkan banyak pasar-pasar Ramadan. Pasar yang khusus menjual aneka takjil.

Semisal, di Jogja, salah satu yang terkenal dan sudah melegenda ada Pasar Tiban Kauman. Pasar Ramadan yang menyediakan aneka kuliner tradisional, seperti Kicak Kauman, Getuk Lindri, dan lainnya yang dapat kita jadikan menu takjil.

Baca Juga:

Membincang Toleransi Muslim dan Kristen di Momen Idulfitri

Idulfitri, Hari Merayakan Toleransi: Sucinya Hati dari Nafsu Menyakiti Umat yang Berbeda Agama

Puasa Sebagai Perisai dari Bencana Kemanusiaan Akibat Perpecahan Antarumat Beragama

Ngabuburit Sosial: Dari Hiburan ke Aksi Solidaritas di Bulan Ramadan

Tentu tidak hanya di Jogja, namun umumnya di berbagai daerah Nusantara banyak pasar Ramadan dengan kekhasannya masing-masing. Di Sulawesi Utara, pasar Ramadan umumnya berbentuk tenda-tenda di pinggiran jalan yang menyediakan aneka kukis basah (begitu masyarakat ini menyebut kue), seperti balapis, cantik manis, kueku, biapong, dan lainnya, serta aneka minuman dan makanan. Dan, ragam pasar Ramadan dengan aneka takjilnya di berbagai daerah lain.

Kemunculan pasar Ramadan dengan aneka kulinernya selalu ada di setiap tahun. Sebagaimana kebutuhan berburu takjil umat Muslim yang selalu muncul pada momen puasa Ramadan. Hal ini telah menjadi satu kekhasan dalam tradisi Islam Nusantara.

Kehadiran Nonis di Pasar Ramadan

Fenomena war takjil nonis pada momen Ramadan kali ini viral di berbagai media sosial. Di Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube, dan lainnya, konten-konten non-Muslim yang ikut berburu takjil ramai berseliweran di beranda.

Beberapa yang sempat saya lihat, seperti konten seorang non-Muslim yang menggunakan kalung salip tengah memborong takjil di pasar Ramadan.

Ada juga para suster Katolik yang membeli takjil. Bahkan, sampai ada aksi seorang pendeta yang dalam khutbahnya mengarahkan jamaatnya untuk ikut war takjil. “…soal takjil kita duluan,” demikian kata si pendeta. Dan, berbagai konten lainnya yang memperlihatkan kehadiran nonis di pasar Ramadan untuk berburu takjil.

Dalam kasus ini, meski kemunculan budaya berburu takjil dan pasar Ramadan tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan berbuka puasa umat Muslim, namun bukan berarti non-Muslim tidak boleh ikut berburu takjil. Sebab, ya, pada dasarnya takjil adalah takjil.

Aneka ragam kuliner yang siapa saja, baik Muslim maupun non-Muslim, punya potensi untuk ingin membelinya. Sehingga, semua kita dapat menjadi orang yang berburu takjil di pasar Ramadan. Syaratnya yang penting punya uang saja. Iya, kan?

Ya kalau pengen gratisan. Berburu takjilnya jangan di pasar Ramadan. Bisa ke masjid atau tempat lain yang menyediakan takjil gratis.

Tentu tidak ada larangan bagi non-Muslim untuk membeli takjil di pasar Ramadan. Meski beda motif, namun kita sama-sama punya kebutuhan akan takjil. Bagi Muslim, takjil tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan berbuka puasa. Bagi non-Muslim, mungkin untuk kebutuhan kulineran. Dan lagi penjual takjil juga butuh pembeli. Sehingga, atas dasar pemenuhan kebutuhan masing-masing itu, adalah sah-sah saja untuk kita semua membeli takjil favorit di pasar Ramadan.

Berburu Kerukunan di Pasar Ramadan

Giat war takjil nonis sebenarnya bukan sekadar aktivitas non-Muslim berburu takjil. Namun, lebih dari itu adalah aktivitas non-Muslim yang sedang berburu (menjalin) toleransi bersama umat Muslim di pasar Ramadan.

Kehadiran non-Muslim di pasar Ramadan mengakibatkan terjadinya relasi mubadalah Muslim dan non-Muslim. Kesalingan ini sederhananya berlangsung pada aktivitas non-Muslim yang dengan gembiranya ingin membeli takjil yang ia sukai, dan penjual Muslim yang turut menyambut baik niat non-Muslim itu.

Dalam aktivitas yang mubadalah ini, sadar atau tidak, terjalin ikatan kerukunan antara orang yang berbeda agama. Antara si pembeli non-Muslim, dan penjual Muslim.

Berdasarkan ukuran relasi mubadalah Muslim dan non-Muslim itu, dapatlah kita katakan kalau war takjil nonis termasuk fenomena kerukunan antarumat beragama yang positif. Sepanjang pada kewajarannya tak perlu dipermasalahkan. Apalagi war takjil nonis menjadi satu aktivitas yang dapat merekat kerukunan antarumat Muslim dan non-Muslim dalam masyarakat Nusantara. []

 

 

Tags: Kerukunan Antar Umat BeragamaPasar RamadanPrinsip Relasi MubadalahToleransi beragamaWar Takjil
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version