• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

War Takjil: Potret Romantisme Umat Beragama di Bulan Ramadan

Fenomena war takjil, merupakan salah satu bentuk keberkahan yang dapat umat muslim dan non muslim rasakan sekaligus

Khairun Niam Khairun Niam
21/03/2024
in Pernak-pernik
0
War Takjil

War Takjil

743
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari ini selalu lewat di beranda media sosial tiktok penulis video para non muslim yang turut merasakan eforia bulan Ramadan. Meski dengan akun yang berbeda tetapi eforia tersebut mereka tunjukkan dengan hal yang sama yaitu berburu takjil, atau kata lain war takjil.

Seperti sudah menjadi tradisi pada bulan Ramadan dari tahun ke tahun bahwa menjelang sore hari di pinggir jalan akan dipenuhi oleh para pedagang yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman. Tentu saja fenomena tersebut menjadi momentum bagi umat muslim yang berpuasa secara khusus dan masyarakat secara umum. Yakni untuk menikmati berbagai macam jajanan dari yang berat sampai ringan.

Tidak hanya umat muslim yang berpuasa, antusias berburu takjil juga masyarakat non muslim rasakan. Bahkan sebagian dari mereka dengan sengaja membuat konten berburu takjil. Konten-konten dari para non muslim tersebut sontak saja mendapat respon dari para umat muslim yang berpuasa. Tetapi bukan mendapatkan respon negatif justru para umat muslim memberikan respon positif dengan berbagai komentar yang menggelikan.

Seperti “bagimu agamamu, bagiku kau saudaraku, tolong sisain bakwannya 2 biji ya”, “gue nonis tapi asli sih gue selalu nunggu-nunggu bulan Ramadan hihi takjilnya pada enak enak” tulis akun mama Shya.

“lah dia enak jam 3 masih seger, kita-kita orang lagi lemes-lemesnya, pas jam 5 Cuma kebagian bakwan doang, mana udah letoy tuh bakwan” tulisan akun yang bernama Iwan.

“ya Allah selain harus kuat jalanin puasa, harus kuat juga war takjil, mana lawannya sama lintas agama juga (dengan emoticon tertawa)”. Tulis akun Balqis.

Baca Juga:

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

Romantisme Beragama di Indonesia

Sebagai negara yang memiliki ciri khas keragaman suku, budaya, bahasa dan agama, tentu saja kebinekaan harus kita tumbuhkan dalam tubuh Indonesia. Di mana salah satu usahanya adalah dengan kita satukan dalam bingkai pancasila.

Adapun sila pertama merupakan representasi keberagaman yang disimbolkan dengan unsur ketuhanan. Sedangkan sila-sila selanjutnya menjadi simbol kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sehingga lebih menunjukkan unsur sosialnya.

Adapun tujuan dari nilai-nilai pancasila tersebut adalah agar masyarakat indonesia yang beragam ini tidak terpecah belah, tidak terjadi pertikaian disebabkan perbedaan. Oleh sebab itu perlu kiranya untuk menanamkan nilai-nilai toleransi kepada masyarakat Indonesia. Yakni dengan tujuan menghindari pertikaian-pertikaian yang dapat merugikan identitas mereka sendiri. Untuk mencapai itu semua maka harus kita mulai dengan menunjukkan sikap kerukunan dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap kerukunan tersebut dapat kita tunjukkan dengan cara yang beragam. Seperti berbagi makanan misalnya. Penulis sendiri mempunyai tetangga yang non muslim. Di mana setiap menjelang lebaran, beliau selalu memberikan hampers lebaran kepada bapak dan ibu di rumah, plus sarung dan baju koko. Begitupun sebaliknya bapak dan ibu ketika imlek juga memberikan makanan atau pun minuman kepada beliau.

Kerukunan dengan level yang lebih tinggi misalnya yaitu menjaga gereja ketika Natal. Aktivitas menjaga gereja yang umat muslim lakukan ini bertujuan agar ibadah yang umat Kristiani lakukan berjalan dengan lancar dan aman tanpa ada gangguan sedikitpun.

Hal ini penting kita lakukan karena mengingat aktivitas kelompok ekstrimis di Indonesia masih sering terjadi. Dan yang baru-baru ini terjadi adalah war takjil yang penulis sebutkan sebelumnya di atas. War takjil tersebut merupakan tren baru dari romantisme beragama yang ada di Indonesia.

Ramadan berkah

Potret romantisme beragama yang terjadi di bulan Ramadan ini merupakan bentuk dari keberkahan bulan Ramadan itu sendiri. Keberkahan tidak hanya melulu tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Tetapi bentuk-bentuk keberkahan dapat kita saksikan di sekitar kita juga dapat terasa secara langsung.

Selain meningkatkan ketakwaan, bulan Ramadan juga menjadi berkah bagi para pegawai dan karyawan. Karena akan mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang nilainya bisa dua kali lipat dari gaji bulanan.

Selain itu keberkahan bulan Ramadan juga dapat para pelajar rasakan yang sedang merantau di luar daerah. Lalu para santri yang sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Bulan ini akan menjadi momen di mana mereka akan pulang kampung untuk bertemu dengan keluarga dan kolega setelah setahun lamanya berada di tanah rantau.

Keberkahan lain yang dapat kita rasakan adalah keberkahan rezeki. Bulan Ramadan seringkali menjadi momentum bagi para pedagang makanan, minuman dan pakaian jika menjelang Idulfitri. Bahkan terkadang yang bukan pedagang pun mencoba berdagang untuk mencari peluang mendapatkan rezeki yang lebih di bulan ini.

Adanya fenomena yang sedang viral di media sosial yaitu war takjil tadi merupakan salah satu bentuk keberkahan yang dapat umat muslim dan non muslim rasakan sekaligus. Keberkahan tersebut dapat berupa bertambahnya para pembeli maknan dan minuman di sore hari untuk berbuka puasa.

Di sisi lain umat non muslim juga mendapatkan keberkahan. Yaitu bisa menikmati eforia bulan Ramadan dengan turut meramaikan dengan menjadi konsumen jajanan takjil selama 30 hari kedepan. Wallahua’lam. []

Tags: keberagamanpuasaramadanromantisme beragamatoleransiWar Takjil
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID