• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

3 Pesan Damai dalam Kurban Iduladha bagi Umat Muslim

Tidak semua umat Islam mampu melaksanakan kurban Iduladha. Namun sejatinya kita semua dapat melakukan kurban yang hakiki, yakni kurban pada diri sendiri.

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
23/06/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Kurban Iduladha

Kurban Iduladha

616
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salingers, bahagia sekali kita masih bertemu kembali dengan bulan Dzulhijjah yang mulia. Kita akan kembali merayakan hari besar yang identik dengan penyembelihan hewan kurban. Lalu aturan haramnya berpuasa selama tiga hari bagi yang beriman. Sungguh bulan yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan buat kita semua. Dalam perayaan ini, ada tiga pesan damai kurban Iduladha bagi umat muslim. Yuk kita telisik bersama.

Pertanyaan pembuka, apakah semarak hari raya ini hanya sebatas bersifat lahiriyah saja? Hari raya yang akan hilang seiring dengan daging kurban yang habis tersantap bersama? Tentu kita tidak ingin demikian, berikut saya rangkumkan tiga pesan damai dalam kurban Iduladha yang menjadi hikmah hari raya yang agung ini:

Pertama, damai terhadap diri sendiri. Jika melihat pada alur sejarahnya, semua agama Abrahamik meyakini bahwa kurban Iduladha adalah peristiwa yang melibatkan dua Nabi dan Rasul. Kisah ini adalah ekspresi rasa cinta orang tua dan anak.

Ketaatan mereka teruji dengan perintah untuk menyembelih sang anak, Ismail. Rayuan iblis tidak membuat gentar Nabi Ibrahim untuk tetap mentaati perintah-Nya, hingga akhirnya Allah Swt. mengganti sosok Ismail dengan domba sebagai jawabannya.

Nash tentang kisah inilah yang kemudian menjadi dasar bagi umat Muslim untuk melakukan kurban Iduladha. Tentu tidak semua umat Islam mampu melaksanakan kurban Iduladha. Namun sejatinya kita semua dapat melakukan kurban yang hakiki, yakni kurban pada diri sendiri.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Hikmah Kurban Iduladha Momen Muhasabah Diri

Seperti penyampaian isi khutbah oleh KH. Sandisi, dalam salat Iduladha tiap tahunnya di Masjid Nurul Asror Pondok Pesantren Suryalaya, bahwasanya Iduladha adalah momen untuk muhasabah diri, momen agar umat Muslim menyembelih sifat-sifat hewani yang terdapat dalam diri, seperti riya’, dengki, takabbur, ujub, bakhil, buruk-sangka, tamak, pemarah, dan lainnya.

Sifat-sifat tersebut harus terkikis dan terkontrol, karena sifat-sifat tersebut merupakan sifat tercela yang dapat membawa diri pribadi seorang Muslim menuju kepada kesengsaraan hidup. Sebagaimana yang penjelasan Abah Sepuh dalam nasihat yang tertuju untuk murid-muridnya, “…karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri. (Tanbih: 1956)”

Dengan demikian, jika mengharapkan kebahagiaan dan perdamaian diri, tidak lain caranya adalah dengan mengorbankan serta melepaskan seluruh akhlak tercela yang terdapat dalam diri kita, bukan menuntut dan menunggu pengorbanan yang orang lain lakukan.

Kedua, damai terhadap sesama. Pada hari raya Iduladha tentu banyak umat Muslim yang menyisihkan sebagian rizkinya untuk melaksanakan kurban Iduladha atas ia sendiri, maupun orang-orang terkasih. Hewan kurban yang terpilih tentu beragam, ada yang berkurban dengan unta, sapi, kambing, domba, dan hewan lainnya yang sesuai dengan tuntunan syara’.

Sembelihan hewan kurban ini tentu tidak dikonsumsi sendiri oleh mereka yang berkurban, melainkan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat yang berada di dalam atau bahkan di luar lingkungan dari tempat mereka tinggal. Dari sini dapat terlihat, dengan berbagi terhadap sesama akan mendatangkan kebahagiaan yang mendamaikan bagi jiwa-jiwa yang berkurban

Daging adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki harga yang prestisius. Sehingga mendapatkan daging kurban bagi masyarakat umum adalah suatu hal yang sangat membahagiakan. Karena dapat menikmati lezatnya daging tanpa harus mengeluarkan sejumlah nominal tertentu.

Daging terolah dengan berbagai macam racikan, dan menikmati dengan berkumpul bersama orang-orang terkasih. Sungguh menjadi momen yang membahagiakan yang dapat mendatangkan kedamaian dalam jiwa siapapun yang merasakannya.

Di saat kebahagiaan terpancar dari si pemberi dan penerima, di saat itulah doa-doa kebaikan terucap dari lisan-lisan umat Muslim yang terpanjatkan dengan tulus-ikhlas, sehingga kebahagiaan dan kedamaian adalah hak dan milik bersama yang diberikan oleh-Nya.

Memberi Daging Kurban Iduladha, Berbagi Kebahagiaan di Hari Raya

Hal ini senada dengan hasil penelitian Professor Michael Norton, Harvard University, yang menyatakan bahwa dengan memberi akan meningkatkan kebahagiaan dalam diri orang yang bersangkutan.

Juga hasil penelitian Jorge Moll, National Institute of Health, yang membuktikan bahwa dengan berbagi akan mengaktifkan bagian-bagian otak yang terhubung dengan kenikmatan, koneksi sosial, dan kepercayaan yang keseluruhannya menciptakan efek pandar yang hangat. Demikianlah cara Tuhan menyampaikan rahman-rahim-Nya melalui syara’-Nya.

Ketiga, damai sebagai anugerah Tuhan Yang Esa. Sebagai bentuk syukur dan penghambaan kepada-Nya, maka umat manusia melaksanakan ibadah-ibadah yang semata-mata karena-Nya. Walaupun semua hasil dari ibadah tadi akan kembali kepada yang melakukannya, namun pada niat dan kesungguhannya haruslah karena-Nya.

Karena Dia yang memiliki kuasa untuk menyempurnakan usaha manusia untuk menyembelih sifat hewani dalam dirinya. Dan juga atas kuasa-Nya lah orang-orang dapat berbagi atas takdir rizki mereka. Sehingga senantiasa menghadirkan-Nya dalam segala sendi kehidupan.  Ini merupakan kunci untuk mewujudkan dan menciptakan perdamaian dalam segala bentuk relasi yang ada.

Ringkasnya, esensi dari berkurban adalah tentang mengingat-Nya, tentang wujud diri-Nya yang dapat ditemukan dalam jiwa-jiwa yang damai. Yakni jiwa-jiwa yang akan melahirkan segala bentuk perdamaian. Semoga hari raya Iduladha kali ini, kita semua dapat merasakan kehadiran Tuhan yang sangat dekat dengan kita. Sebagaimana janjinya, bahwa “Kami lebih dekat darinya daripada urat lehernya (QS. Qaf:16). []

 

 

Tags: Hari Raya IduladhaHukum SyariatIbadah HajiislamKurban
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version