• Login
  • Register
Selasa, 21 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

7 Nilai Positif Meraih Kebahagiaan dalam Hidup

Untuk membuat orang lain bahagia, kita harus terlebih dahulu memastikan dan memulai dari kita sendiri. Dengan hati dan jiwa yang bahagia maka seseorang akan lebih mudah untuk membahagiakan orang lain.

Zahra Amin Zahra Amin
29/09/2021
in Personal
0
Diri Sendiri

Diri Sendiri

83
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari ini siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan. Meski kebahagian sendiri relatif, dan setiap orang punya standar kebahagiaan sendiri. Namun, semua orang menyepakati bahwa perasaan yang nyaman, tenang, tanpa beban pikiran yang berlebihan, selalu tersenyum dan menikmati setiap detik kehidupan, menjadi penanda bahwa kita telah menjadi orang yang bahagia.

Sebagai contoh, dulu ketika pernah mengalami kegagalan dalam hidup, gagal lolos ujian UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri), saya merasa dunia seolah berhenti berputar. Berpikir bahwa Tuhan tak adil, dan bumi yang saya tempati serasa gelap, tak ada harapan, dan tak lagi punya masa depan. Kita lupa, UMPTN bukan satu-satunya tujuan hidup seseorang. Masih banyak pintu kesempatan lain yang bisa kita buka, untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita lainnya.

Contoh lain, sebelum menikah, saya juga pernah gagal membina hubungan yang serius dengan seorang laki-laki. Tak hanya satu kali, tapi lebih dari dua kali. Untuk yang satu ini biarlah menjadi catatan yang saya konsumsi sendiri, tetapi pembelajaran yang bisa saya ambil dari pengalaman tersebut, untuk merasakan kebahagiaan, manusia harus melewati jalanan terjal, dan berliku-liku. Tak semuanya mulus, bagai jalan tol yang bebas hambatan.

Tidak sedikit orang yang menghubungkan kebahagiaan dengan kesuksesan dan kekayaan. Kebahagiaan dilihat sebagai keberhasilan yang berupa keluarga yang harmonis, pangkat, jabatan, dan harta. Keyakinan ini masih banyak ditemukan dan menjadi sebuah kebenaran yang dianut banyak orang, karena memang lebih mudah terlihat secara kasat mata.

Deepak Chopra, dalam salah satu artikel yang saya kutip dari buku “Jangan Lupa Bahagia”, yang ditulis oleh Harsono Hadi, menyampaikan bahwa kesuksesan, kekayaan, kesehatan, dan hubungan saling mengasihi merupakan produk sampingan dari kebahagiaan. Dengan demikian, apabila merujuk pada pendapat Chopra, mana yang harus terlebih dahulu dikejar, dan dicapai apabila ada pertanyaan, sukses atau bahagia? Harus mencapai sukses terlebih dahulu, ataukah sebaliknya, bahagia yang pertama kali harus dikejar?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai

Baca Juga:

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai

Meski sebenarnya banyak orang memberi pesan bahwa bahagia sejatinya tidak mutlak membutuhkan sekaligus berkorelasi langsung dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, popularitas, dan kesempatan lainnya. bahagia lebih mensyaratkan kondisi mental dalam diri seseorang yang siap menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara dan pemaknaan yang berbeda.

Pemaknaan hidup bahagia yakni dengan selalu berusaha menjaga keseimbangan merupakan fitrah manusia. Bila keseimbangan tubuh dihubungkan dengan perasaan bahagia, kita akan menemukan dan merasakan bahwa keseimbangan juga dipengaruhi hormonal, seperti serothin, endorphin, dan dopamine, yang memberikan pengaruh besar terhadap perasaan nyaman, gembira, dan bersemangat.

Keseimbangan tubuh, dan aspek kehidupan lainnya menopang kualitas hidup yang lebih baik serta mendorong perasaan yang lebih nyaman dan tenang, itulah mengapa menjadi penting bagi seorang yang bekerja untuk menerapkan worklife balance, dengan menjaga keseimbangan antara aktivitas pekerjaan dengan aspek kehidupan lainnya, seperti keluarga, spiritualitas, bersosialisasi atau menyalurkan hobi.

Nilai atau value yang menjadi kesepakatan, baik tertulis ataupun tidak tertulis, dalam suatu komunitas/kelompok yang mengatur kepantasan atas tindakan atau perilaku, berkaitan dengan ukuran tentang baik buruknya sesuatu, dan boleh tidaknya sebuah tindakan, yang berpengaruh pada kehidupan yang lebih manusiawi, kesadaran terhadap nilai akan menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.

Nah, untuk kehidupan yang lebih baik dan kebahagiaan sebagai ultimate goal, bisa diterapkan melalui 7 nilai positif, antara lain; Pertama, bahagia bermula dari integritas, dan dapat dipercaya. Integritas adalah bersatunya kata dan perbuatan. Integritas menjadi dasar yang mendorong seseorang senantiasa menjunjung tinggi kejujuran, dan kebenaran dengan sepenuh hati, memegang teguh etika dan moralitas, dan menjaga martabat serta amanah.

Kedua, bahagia didasarkan pada disiplin. Profesionalitas atau kemampuan untuk bertindak secara professional adalah rangkaian sikap, dan tindakan yang berasaskan pada apresiasi dan implementasi paradigma dan etika profesi. Sedangkan disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan yang konsisten terhadap tata tertib, kesepakatan, dan konsekuensi logis, yang melingkupi sebuah profesi, pekerjaan atau jabatan tertentu.

Ketiga, bahagia didasarkan pada penetapan tujuan yang jelas. Tujuan yang baik mampu menggambarkan secara gamblang apa yang hendak dicapai oleh seorang individu, maupun bagi sebuah team/organisasi pada kurun waktu tertentu. Di samping itu, semakin jelas dan definitive tujuan yang ditetapkan membuat segala macam persiapan dapat dilakukan dengan lebih baik, teratur dan terukur, termasuk bagaimana mengalokasikan sumber daya, dan kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Keempat, bahagia dijalankan dengan antusias dan persisten. Semakin banyak pikiran positif, dan wisdom yang kita hirup dan alirkan ke seluruh tubuh, membuat kita memiliki stamina dan daya tahan yang tinggi untuk terus melakukan perjalanan.

Daya tahan yang tinggi akan mendorong sikap pantang menyerah. Inilah sebenarnya yang menjadi makna persistensi dalam konteks aktivitas dan personality sehari-hari. Pada persistensi ini, kita diharapkan memiliki semangat yang cukup untuk bekerja keras dengan fokus, terus menerus, ulet, gigih, dan pantang menyerah.

Kelima, bahagia menjalankan dengan menjaga fokus. Saat kita mengambil langkah maju, kita akan menggali menemukan seribu cara yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. namun ketika kita memilih langkah mundur, kita akan ditemani dengan seribu alasan. Cara berpikir dan bertindak fokus pada tujuan akhir seperti perumpamaan saat kita berhadapan dengan satu pintu yang tertutup, dan tidak bisa dibuka lagi, percayalah masih ada pintu lain yang terbuka.

Keenam, bahagia dijalankan dengan perbaikan secara terus-menerus. Pada kaizen, perubahan tidak terjadi dalam satu lompatan besar, melainkan melalui langkah-langkah kecil yang berkesinambungan. Kehidupan yang bahagia bukan lahir dari sebuah lompatan besar, tetapi melalui tahap-tahap yang berkesinambungan, yang terdiri dari rangkaian kesulitan sekaligus keberuntungan yang saling terjalin.

Ketujuh, bahagia untuk membahagiakan orang lain. Membahagiakan orang lain harus berangkat dari kebahagiaan kita sendiri. Prinsip untuk memudahkan kepuasaan dan kebahagiaan kepada orang lain dapat kita temukan dalam kalimat yang sering kita dengar pada safety talk sebelum perjalanan menggunakan pesawat terbang, yaitu pada salah satu item safety yang disampaikan. “Silahkan kenakan masker Anda terlebih dahulu, baru menolong yang lainnya.”

Kalimat tersebut memberikan pesan yang sangat jelas bahwa untuk membuat orang lain bahagia, kita harus terlebih dahulu memastikan dan memulai dari kita sendiri. Dengan hati dan jiwa yang bahagia maka seseorang akan lebih mudah untuk membahagiakan orang lain.

Jadi, kita boleh sekali-kali terjatuh mengalami kegagalan, bahkan berkali-kali. Tetapi jangan lupa bahwa kebahagiaan juga harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Karena masa depan yang membahagiakan, kita sendiri yang akan genggam, lalu bisa kita bagikan rasa bahagia itu pada orang-orang di sekitar. []

Tags: kebahagiaankehidupanKesalinganKesehatan MentalKeseimbanganmanusia
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

17 Maret 2023
Patah Hati

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

16 Maret 2023
Perempuan Pemimpin

Membincang Perempuan Pemimpin, dan Pemimpin Perempuan

15 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist