Mubadalah.id – Setiap orang berproses, berjuang dan menapaki jalannya masing-masing. Jika kita melihat orang lain lebih sukses, lebih bersinar, barangkali mereka telah melewati jalan panjang perjuangan yang tak pernah kita duga. Mereka telah bekerja keras mati-matian, kehilangan banyak hal dalam hidup, menjalani berbagai pengalaman pahit getir, barangkali jauh sebelum bertemu kita atau tanpa kita ketahui. Sebelumnya, saya menulis tentang Hidup Ini sawang Sinawang, Stop Saling Membandingkan (Bagian Pertama).
Jika kita membaca biografi orang-orang hebat, kita akan melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang mengalami banyak ujian dan cobaan. JK Rowling sang penulis novel mega best seller Harry Potter, memiliki kisah hidup yang berat.
Mengalami hubungan buruk dengan sang ayah, kehilangan ibu tercinta, menikah, mengalami KDRT, bercerai, menjadi single parent. Lalu hidup sangat miskin sembari terlunta-lunta berjuang mencari penghasilan untuk menafkahi diri dan putrinya. Ia juga sempat mengalami depresi klinis hingga berniat bunuh diri. Namun di sela-sela peliknya ujian dan cobaan hidup, ia berusaha sekuat semampunya untuk bangkit dan melanjutkan hidup.
Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Elon Musk, mereka semua orang-orang pekerja keras yang berusaha mati-matian dan belajar mati-matian. Tapi bukankah mereka punya privilege? Sebuah pertanyaan terlintas. Privilege tak akan berarti apa-apa jika kita tidak tahu cara memanfaatkannya, tidak berusaha keras, berjuang dan mengusahakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh. Karena hidup ini sawang sinawang.
Setiap Individu Punya Potensi
Seseorang barangkali punya bakat kecerdasan. Namun bakat itu tak akan berkembang seandainya ia tidak rajin membaca buku, malas belajar dan enggan berpikir kritis. Semua bakat, anugerah bawaan, ataupun hak istimewa lain yang diberikan Tuhan tidak akan mencapai nilai puncaknya jika seseorang tidak mengetahui cara menggunakannya.
Seseorang memiliki orang tua yang kaya raya. Jika ia tidak ada usaha untuk belajar mengikuti jejak orang tuanya, misalnya berusaha menjalin relasi dalam berbisnis, belajar ilmu ekonomi, dan mendayagunakan uang. Kemudian belajar bagaimana memahami nilai barang, selera pasar. Ia tidak akan bisa menjalankan sebuah perusahaan. Atau melakukan hal-hal lain sesuai kadar dan jenis privilege masing-masing.
Masing-masing individu memiliki jalan kebahagiaan dan kesuksesannya sendiri-sendiri. Karena memang hidup itu sawang sinawang. Kita belum memiliki pekerjaan tetap, tapi barangkali kita memiliki keluarga yang utuh. Belum menikah, tapi kita sudah punya penghasilan yang bagus. Belum punya anak, tapi kita sudah punya rumah dan suami yang baik. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri.
Jangan karena suatu hal yang kita inginkan belum tercapai, kita merasa hidup ini tidak berpihak pada kita. Sehingga tertutuplah pandangan kita pada berbagai nikmat yang Tuhan berikan. Kesehatan, kedamaian batin, juga merupakan nikmat yang harus disyukuri. Banyak orang sedang berjuang dengan sakitnya, banyak orang berjuang dengan kondisi psikisnya. Kita semua berjuang, kita semua memiliki ujian dan cobaan.
Speak Up pada Orang yang Tepat
Setiap orang menghadapi masalahnya masing-masing, yang menjadi berbeda adalah cara kita menyikapi masalah tersebut. Ada orang yang pertahanan dirinya terbentuk dengan cara meredam. Saat mendapat masalah, di depan publik ia tetap tersenyum.
Orang-orang akan menganggap orang tersebut baik-baik saja padahal dia memiliki segudang masalah. Ada yang menyikapi dengan memberitahukan masalah kepada siapapun, berharap mendapat masukan dan pertolongan. Tidak ada yang salah. Tetap diam dengan tersenyum, atau mengutarakan, keduanya merupakan upaya kita dalam menghadapi beratnya beban hidup.
Jika dengan mengatakannya membuat hati merasa lebih ringan, maka lakukanlah. Namun sebisa mungkin mengutarakannya pada orang yang bisa dipercaya dan tulus. Jangan mengutarakan pada sembarang orang, yang justru akan menyerang balik dengan ucapan yang semakin membuat down. Sebagai orang yang dicurhati, kita juga mesti bijaksana, harus merespon keluh kesah orang lain dengan cara menghargai dan berempati, dan mampu menyimpan rahasia baik-baik.
Sementara bagi yang memilih untuk memendam masalah dan membalutnya dengan senyum. Tak apa jika memang merasa cukup mampu untuk menanggungnya. Namun jika rasanya sangat berat, maka katakanlah pada siapapun yang kita percaya. Karena memendam sendiri juga tidak baik, akan membuat jiwa terluka seorang diri. Jika merasa tak ada satu orangpun yang bisa dipercaya, kita bisa meminta bantuan profesional.
Kita melihat orang tersenyum. Ternyata di belakang mereka menangis. Kita melihat orang sibuk mengumbar permasalahan pribadi, bisa jadi mereka memang sedang dalam kondisi yang sangat bingung dan kalut. Bagaimanapun cara seseorang mengekspresikan luka, kita mesti bersimpati dan segera merangkul.
Rumput Tetangga Memang Selalu Tampak Lebih Hijau
Tidak perlu iri saat melihat orang lain sedang merayakan kebahagiaan. Karena sikap iri hanya akan merugikan diri sendiri. Kita menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk melihat, fokus dan mengurusi kebahagiaan orang lain. Sampai lupa bahwa kita juga memiliki kebahagiaan kita sendiri.
Rumput tetangga memang selalu tampak lebih hijau, namun jangan sampai kita terlena, sampai lupa bahwa ternyata kita punya taman dan kebun sendiri yang ternyata banyak pohon-pohon rimbun tumbuh. Sebab memang hidup ini sawang sinawang. Jangan biarkan rasa iri menjadi hijab yang menutupi segala anugerah yang telah kita miliki. Fokus menyiram tanaman di kebun milik kita sendiri, rawat sebaik-baiknya, hingga suatu hari kita panen buah di kebun sendiri.
Saat rasa iri sudah tercabut dari dalam hati, kita bisa menghargai dan percaya diri dengan kebun milik sendiri. Menyadari bahwa semua orang memiliki tantangan, ujian dan cobaan yang harus kita hadapi. Kita bisa berdamai dengan semua permasalahan dan tidak sibuk tengok kanan-kiri. Saat itulah hati terasa lebih damai. Kita bisa menghargai semua pencapaian pribadi, dan mampu mengapresiasi pencapaian orang lain dengan tulus dan hati yang gembira. []