• Login
  • Register
Selasa, 3 Oktober 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Hidup Ini Sawang-Sinawang, Stop Saling Membandingkan (Bagian Pertama)

Rumput tetangga memang selalu tampak lebih hijau, jika terlalu fokus memperhatikan, kita akan terlena, sampai lupa bahwa ternyata kita telah punya kebun sendiri yang dipenuhi bunga-bunga dan pohon-pohon rimbun.

Nikmara Nikmara
08/07/2022
in Personal
0
Sawang Sinawang

Sawang Sinawang

384
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam hidup sawang sinawang ini, semua orang ingin bahagia. Mencapai semua mimpi-mimpi yang kita inginkan. Menjalani kehidupan yang sempurna, komplit segala sesuatunya. Menapaki alur kehidupan dengan mulus, sesuai alur ideal yang didambakan semua orang. Tumbuh besar dengan baik, melewati masa kanak-kanak dengan baik, masa remaja tanpa gejolak, masa muda yang bersemangat dan produktif, lalu menjajaki masa dewasa dengan bekerja dan mapan.

Kemudian menikah. Punya anak yang sehat dan lucu-lucu. Menikmati masa-masa menjadi orang tua, lalu menghabiskan masa tua dengan tenang dan bahagia. Semua orang punya bayangan ideal semacam itu. Ingin dipermudah hidupnya. Dilancarkan segala upaya dalam mencapai kemapanan finansial, sosial, hingga spiritual.

Namun ternyata dalam hidup ini, Tuhan tidak serta-merta memberikan semua nikmat itu secara instan. Kita akan bertemu dengan jalan berliku, berkelok, menanjak, terjal, berlubang, dan bahkan kadang setelah melalui semua jalan penuh tantangan itu, kita akan berakhir bertemu jalan buntu, jurang, hingga tersesat di rimba raya. Inilah kehidupan.

Jika Tuhan langsung memberikan kenyamanan dan semua jenis kebaikan sekaligus tanpa usaha apapun, kita pasti tidak sedang berada di bumi, namun berada di alam duplikat surga. Hidup di dunia adalah perjuangan. Semua manusia harus berjuang menaklukkan tantangan hidup.

Daftar Isi

    • Karena Hidup adalah Perjuangan tiada Henti
  • Baca Juga:
  • Menyentuh Inner Child: Luka Batin Yang Datang Lagi
  • Menjadi Kpopers, Sebuah Pilihan Sadar atau Sekadar Pelarian?  
  • Bagaimana Sikap Orang Tua Ketika Anak Mengalami Kekerasan Seksual?
  • Self Love dan Makna Kemerdekaan Diri
    • Hindari Perasaaan tak Bermakna
    • Kebahagiaan dan Kesedihan Itu Silih Berganti

Karena Hidup adalah Perjuangan tiada Henti

Lalu ada pertanyaan muncul. Jika hidup adalah perjuangan, mengapa ada orang-orang yang hidupnya sempurna, bahagia terus? Tidak juga. Setiap manusia pasti punya masalah yang harus ia hadapi. Jika anggapan kita pada orang lain tentang “bahagia terus” berdasar pada segala kenyamanan yang orang tersebut miliki, materi yang berlimpah misal, maka anggapan tersebut tidak valid.

Baca Juga:

Menyentuh Inner Child: Luka Batin Yang Datang Lagi

Menjadi Kpopers, Sebuah Pilihan Sadar atau Sekadar Pelarian?  

Bagaimana Sikap Orang Tua Ketika Anak Mengalami Kekerasan Seksual?

Self Love dan Makna Kemerdekaan Diri

Kita sering mendengar adanya kasus bunuh diri yang seseorang alami, yang mana orang tersebut secara finansial kaya, memiliki banyak uang. Lalu cantik rupa dan wajahnya, segala sesuatu bisa ia dapatkan dengan mudah. Namun kenapa orang tersebut tetap mengalami depresi parah hingga nekat mengakhiri hidup?

Karena setiap kondisi kehidupan memiliki tantangan. Orang kaya yang uangnya berlimpah, tentu ia memiliki banyak masalah yang harus ia hadapi. Jika seseorang berhasil kaya melalui jalur bisnis, maka ada banyak sekali hal yang harus ia hadapi.

Tidak mudah menjalankan sebuah bisnis, kita harus berhubungan dengan banyak orang, mulai dari pelanggan, investor, karyawan, distributor, yang semuanya harus ia urus dan tentu membutuhkan energi besar. Harta dan uang tidak menjamin kebahagiaan. Terutama jika orientasi hidup kita hanya pada hal-hal yang bersifat materi.

Sebagai contoh, saat kita membeli barang. Setelah membeli satu barang, kita menginginkan barang lain, begitu seterusnya karena tren senantiasa berubah, mode terus berganti, media sosial dan iklan demikian gencar mensugesti pikiran kita. Mempengaruhi agar pikiran percaya bahwa barang-barang tertentu harus kita miliki dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman atau memperturutkan gengsi.

Hindari Perasaaan tak Bermakna

Kecenderungan manusia yang materialistis dan sawang sinawang, akan memperturutkan kehendak hati membeli barang-barang yang ia inginkan (bukan yang ia butuhkan). Sementara sifat ‘keinginan’ manusia tak pernah ada habisnya, jika menuruti semakin bertambah permintaannya.

Suatu hari, orang akan sampai pada titik dan kondisi di mana ia menjadi bosan dan mempertanyakan, untuk apa semua barang-barang ini? Aku membeli, mampu, dan memakainya. Lalu apa? Barang-barang baru berganti tiap musim. Aku membeli lagi. Memakai lagi. Lalu bosan lagi.

Jika kita tidak memahami hakikat dari barang-barang, benda-benda dan kegunaannya. Kita akan terjebak menjadi manusia konsumtif, ingin terus memiliki dan membeli, tak terpuaskan, lalu berujung pada kondisi meaningless, merasa tidak bermakna. Uang dan harta tidak menjamin kebahagiaan.

Kondisi tidak memiliki uang juga sama deritanya. Menahan perihnya kekurangan makan, kekurangan harta, menahan diri untuk membeli sesuatu yang diinginkan, tidak bisa maksimal memenuhi kebutuhan. Itu tidak mudah.

Apalagi ditambah melihat orang lain di sekitar kita yang barangkali terlihat demikian bahagia, memiliki segala hal yang kita impikan selama ini. Di sini memang harus ada sinergi antara dua orang yang berelasi, sebagai teman, tetangga, atau saudara sekalipun. Jika kita bisa saling berempati, pasti hal-hal semacam ini bisa diminimalisir.

Setiap manusia memiliki ujian kehidupannya masing-masing, tak ada yang bahagia secara terus-terusan tanpa adanya satupun tantangan yang dihadapi. Kadar dan beratnya memang berbeda. Tuhan akan menguji seseorang dengan cobaan yang sesuai dengan kadar kekuatan yang ia miliki.

Para Nabi memikul beban dan cobaan yang sangat besar sebanding dengan posisi besar yang mereka emban. Apa yang para Nabi lalui menjadi teladan dan penawar, agar kita tidak berkecil hati saat ujian dan cobaan hidup terasa berat, sebab Tuhan percaya kita mampu memikulnya. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha.

Kebahagiaan dan Kesedihan Itu Silih Berganti

Hukum kebahagiaan dan kesedihan itu sifatnya silih berganti. Dalam satu hari. Kita tidak mungkin mengalami kesedihan full selama 24 jam. Dalam satu hari tersebut pasti ada kalanya kita tertawa, misalnya karena melihat sebuah konten lucu di instagram. Atau saat jeda waktu bercanda dengan saudara dan teman.

Meskipun pada saat itu kita sedang mengalami stress berat akibat kehilangan seseorang yang kita sayangi misalnya, namun dalam waktu seharian itu pasti ada bahagia yang kita temui. Betul, kebahagiaan kecil tersebut tidak bisa mengobati besarnya luka dan kesedihan utama yang kita rasakan. Namun kebahagiaan kecil juga harus kita syukuri. Karena kebahagiaan kecil, senyum kecil, membantu syaraf kembali rileks, sehingga otot di wajah dan tubuh kembali ‘bernafas’.

Bahagia itu sifatnya sementara, sedih juga sementara. Karena hidup ini sawang sinawang. Dalam satu tahun kehidupan, tidak mungkin kita sedih terus atau bahagia terus tanpa jeda. Pasti ada tawa dan tangis, jatuh dan bangun yang kita lewati. Dan inilah hidup. Kita menjalani, menikmati dan bersyukur atas segala kesempatan yang Tuhan brikan untuk mengalami semua pengalaman bervariasi tersebut.

Jadi jika orang lain bertanya, apakah hidupmu bahagia? Kamu akan menjawabnya dengan mantap, aku bahagia, meski kadang sedih. Dan itu wajar. Kita tidak akan terlalu cemas menghadapi masa depan, hidup ini sawang sinawang. Karena seperti kata pepatah, badai pasti berlalu, dan akan tiba saatnya kita berbahagia. Waktu akan menyembuhkan semua luka-luka. (bersambung)

 

Tags: gaya hidupHidup damaikebahagiaanKesehatan MentalMakna Hidupperjuangan perempuanSelf Love
Nikmara

Nikmara

Terkait Posts

Pendaki

Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

3 Oktober 2023
Al-Sittīn Al-‘Adliyah Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (5): Mengapa Harus Menghormati Perempuan?

2 Oktober 2023
Bidadari Surga

Obyektifikasi Perempuan dalam Narasi Bidadari Surga

1 Oktober 2023
Nafsun wahidah

Muhammad Abduh: Jika Nafsun Wahidah adalah Adam, Maka Adam yang Mana?

30 September 2023
Tadarus

Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara

29 September 2023
Ning Sheila Hasina

Melawan Catcalling dengan Elegansi ala Ning Sheila Hasina

29 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menolak Perjodohan

    Perempuan Berhak Menolak Perjodohan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Fun Fact tentang Sayyidah Aisyah, Sosok Perempuan Inspiratif dalam Panggung Sejarah Kenabian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Istri adalah Hiasan Dunia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Suami dan Istri adalah Sama-sama Hiasan Dunia
  • Mengenal Mojokerto Melalui Buk Buk Neng
  • Relasi Mubadalah Pastikan Laki-laki Menjadi Saleh dan Perempuan Jadi Shalihah
  • Merayakan Hari Kesaktian Pancasila dengan Refleksi Ulang Implementasi Sila Kedua: Merawat Alam dan Lingkungan
  • Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist