• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Peran Perempuan, Hutan dan Keberlanjutan Kehidupan

Dengan pendekatan pengalaman perempuan, kita bisa mengetahui mengapa setiap kerusakan yang terjadi pada alam itu mempunyai jalinan dengan tercerabutnya hak hidup perempuan

Efrial Ruliandi Silalahi Efrial Ruliandi Silalahi
27/10/2022
in Publik
0
Peran Perempuan

Peran Perempuan

533
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pembangunan dan kekayaan yang sering kebanyakan orang agungkan, tampaknya melupakan bahwa hal tersebut kita dapatkan dari hasil tercerabutnya hak hidup dan peran perempuan. Mereka sepertinya buta bahwa kekayaan dan keberhasilan pembangunan tersebut merupakan hasil dari perampasan tanah dan juga eksploitasi alam.

Mereka juga sepertinya abai bahwa perempuan dan alam mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Sehingga penting adanya kesadaran bahwa eksploitasi dan perusakan lingkungan adalah isu yang mempunyai irisan dengan logika penindasan perempuan.

Selain itu, penting juga untuk mengangkat pengalaman konkrit ketubuhan perempuan dalam menghadapi kerusakan alam. Membincangkan bagaimana akses dan hak perempuan atas alam yang optimal. Hal ini perlu kita lakukan sebab dengan pendekatan pengalaman perempuan, kita bisa mengetahui mengapa setiap kerusakan yang terjadi pada alam itu mempunyai jalinan dengan tercerabutnya hak hidup perempuan.

Keterbatasan perempuan dalam pengambilan kebijakan lingkungan adalah salah satu permasalahan yang akan menindas perempuan. Mungkin masih banyak orang di luar sana yang belum paham. Pura-pura tidak paham atau memang masa bodoh dengan kenyataan bahwa lingkungan dan perempuan itu saling berkaitan satu sama lain.

Mulai dari produk kecantikan, pangan, pakaian dan keperluan rumah tangga lainnya adalah hal yang sangat bersahabat dengan perempuan sebagai sosok yang dikonstruksikan sebagai makhluk domestik oleh kaum patriarki.

Baca Juga:

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

Pentingnya Pengalaman Perempuan

Apabila produk yang kita gunakan merupakan hasil dari perampasan tanah atau eksploitasi alam. Tentu saja, sama dengan kita abai terhadap pengalaman perempuan di luar sana yang terdampak dari penggunaan produk yang kita gunakan tersebut. Sehingga penting untuk kita sebagai masyarakat memahami dan menyadari bahwa pengalaman dan peran perempuan terkait lingkungan adalah hal yang perlu kita tekankan dalam keberlanjutan lingkungan.

Karena selama ini, merekalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari adanya kerusakan lingkungan. Menjaga alam sama dengan memanusiakan perempuan.

Dalam konteks Masyarakat Adat misalnya, pewarisan pengetahuan perempuan adat merupakan cerminan keberlangsungan kehidupan. Peran perempuan adat dalam menjaga ibu bumi, sekaligus merefleksikan posisi sentral mereka dalam memastikan eksistensi dan keberlanjutan pengetahuan tradisional dalam lintas generasi.

Selain itu, kondisi ini sangat esensial dalam mempraktikkan secara teguh pengetahuan tradisional secara turun-temurun dalam pengelolaan sumber daya alam, merawat lingkungan, hutan, pertanian dan mata pencaharian untuk menjaga ketahanan hidup Masyarakat Adat di atas wilayah adatnya.

Peran Perempuan Adat

Peran perempuan adat dalam berbagai macam hal di wilayah adatnya terhubung dengan fungsi perempuan adat sebagai subsisten di dalam keluarga maupun komunitas Masyarakat Adat. Mulai dari urusan air, pangan, sandang, rumah tangga dan lain sebagainya. Di mana seringkali dianggap remeh. Namun sesungguhnya amatlah pokok dan politis. Setidaknya ada beberapa hak perempuan adat yang bisa saya sampaikan yang beririsan dengan isu lingkungan hidup yakni mengenai hak atas kedaulatan pangan dan energi.

Secara umum, perempuan adat bekerja dengan teknologi yang rendah emisi, berkelanjutan dan terbarukan. Namun karena alas an efisiensi dan produktivitas peralatan pertanian sehingga digantikan oleh berbagai jenis mesin. Selain itu mengenai hak atas pengetahuan, akibat sumber daya yang sudah habis oleh pembangunan karena masuknya investor. Maka perempuan adat kehilangan kesempatan untuk mempraktikkan, bagaimana cara mengembangkan pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya alam.

Bagi perempuan adat hutan memiliki arti yang sangat penting bagi seluruh kehidupan kita semua. Terutama bagi Masyarakat Adat di nusantara. Kita hidup berdampingan dengan alam dalam hal ini hutan karena dalam kesehariannya kita terutama perempuan adat banyak menggantungkan hidupnya dari beragam hasil hutan.

Hutan memiliki banyak makna bagi perempuan adat dimana sebagai perpustakaan, apotek, hingga supermarket. Hutan memberikan kekayaan melimpah. Mulai dari sumber pengetahuan, obat-obatan, hingga bahan pangan yang kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan komunitasnya. Itu mengapa hutan sangat penting bagi kita sebagai ruang hidup.

Waspadai Kepunahan Makhluk Hidup

Kepunahan makhluk hidup terutama manusia sangat mungkin terjadi bila siklus kebakaran hutan dan krisis iklim tidak kita putus. Kebakaran hutan dan lahan menyumbangkan emisi gas rumah jaca yang menyebabkan krisis iklim, begitupun sebaliknya.

Naiknya suhu akibat krisis iklim dapat menyebabkan kebakaran hutan. Peristiwa ini merupakan siklus yang sangat mengerikan sehingga perlunya upaya untuk mencegahnya. Resiko terkena penyakit akan lebih tinggi. Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2019 lalu membuat kita sadar bahwa penularan penyakit yang terbawa oleh hewan, di mana seharusnya mereka tinggal di habitat, itu sangatlah berbahaya.

Hilangnya hutan akibat kebakaran hutan juga berdampak bagi kehidupan kita. Aasap yang dihasilkan tentunya sangat mengganggu kesehatan kita sebagai makhluk hidup. Selain itu, ketahanan pangan kita pun terancam. Bila siklus ini terus bergulir, tak hanya hutan yang akan habis, tanaman perkebunan dan hewan ternak yang kita konsumsi pun akan mengalami penurunan produktivitas akibat krisis iklim.

Gagal panen dan matinya hewan ternak karena faktor cuaca ekstrim akan sangat mungkin terjadi. Bila hal itu terjadi, maka kita akan dilanda krisis pangan berkelanjutan.

Pertanyaan sederhana namun filosofis. Apakah manusia dapat hidup dengan iklim ekstrim? Berikutnya, apakah manusia dapat hidup tanpa mengkonsumsi makanan? Kemudian, apakah manusia dapat hidup dengan ancaman berbagai macam penyakit baru yang akan muncul?

Timbul di benak kita bahwa manusia terancam punah. Tidak akan ada lagi kehidupan bila krisis iklim terus menghantui bumi kita. Mari bergerak untuk merawat nyawa dan terus mengasihi sumber penghidupan kita sebagai makhluk hidup. []

 

Tags: HutanIsu LingkunganKeadilan EkologisKeberlanjutan LingkunganPeran Perempuan
Efrial Ruliandi Silalahi

Efrial Ruliandi Silalahi

Suka Menonton Film dan Pemburu Buku Gratisan

Terkait Posts

Zakat Profesi

Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

16 Juli 2025
Representasi Difabel

Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

16 Juli 2025
Sound Horeg

Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

16 Juli 2025
Kekerasan Berbasis Gender Online

Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO); Pentingnya Keberpihakan Pada Korban

15 Juli 2025
Krisis Ekologi

Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

14 Juli 2025
Merawat Bumi

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

14 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Representasi Difabel

    Dari Layar Kaca ke Layar Sentuh: Representasi Difabel dalam Pergeseran Teknologi Media

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sound Horeg: Antara Fatwa Haram Ulama’ dan Hiburan Masyarakat Kelas Bawah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merendahkan Perempuan adalah Tanda Pikiran yang Sempit
  • Ketika Zakat Profesi Dipotong Otomatis, Apakah Ini Sudah Adil?
  • Siapa Sebenarnya Sumber Fitnah: Perempuan atau Laki-laki?
  • Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan
  • Trafficking adalah Wajah Baru dari Perbudakan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID