• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami

Keterlibatan suami dan istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan sikap gotong royong berpeluang mewujudkan ketenangan.

Ihza Maulina Ihza Maulina
05/01/2023
in Keluarga
1
Kemandriian Ekonomi Istri

Kemandriian Ekonomi Istri

570
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di era himpitan kapitalis, banyak orang kaya yang semakin kaya dan orang miskin yang semakin miskin. Apalagi Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani, sudah memperkirakan akan terjadinya resesi pada tahun 2023 di beberapa negara secara berjamaah, tidak terkecuali Negara Indonesia.

Fenomena krisis ekonomi global ini mengancam menurunnya kegiatan industri hingga berdampak pada pengangguran. Ini akan berdampak juga pada karyawan industri yang di PHK. Melihat kenyataan ini, kemandirian ekonomi istri mutlak diperlukan, agar ekonomi keluarga tetap stabil. Kontribusi istri ini, bukan berarti melemahkan peran suami.

Krisis ekonomi global berpeluang mengancam ketahanan ekonomi keluarga. Ini akan terjadi apabila suatu keluarga menggantungkan nasib pada kapitalis si pemilik industri. Fenomena ini membuat mereka memutar otak bagaimana kebutuhan sehari-hari tetap bisa terpenuhi. Kemandirian ekonomi istri, untuk mendukung stabilitas keluarga seperti apakah yang dapat menghadapi tantangan krisis ekonomi global?

Pola Ekonomi Keluarga

Ada beberapa pola ekonomi keluarga berdasarkan keterlibatan perempuan dan laki-laki. Pertama, keluarga yang menggantungkan ekonomi pada laki-laki, misalnya ayah (suami). Dalam pola ini peran suami adalah bekerja, sedangkan istri menjadi ibu rumah tangga. Pola ini rentan timbulnya relasi kuasa laki-laki karena perempuan tidak diberikan peluang untuk mandiri secara ekonomi.

Kedua, keluarga yang menggantungkan ekonomi pada perempuan, misalnya ibu (istri). Pola ini bisa jadi diakibatkan karena suami tidak mampu secara fisik untuk bekerja. Namun pola ini rentan timbulnya beban ganda perempuan. Semakin lama perempuan mengalami kondisi ini akan memicu stress dan turunnya kesehatan mental.

Baca Juga:

Surat yang Kukirim pada Malam

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Ketiga, keluarga yang saling menopang dalam meningkatkan taraf ekonomi. Pada pola ini ada keterlibatan laki-laki dan perempuan, misalnya suami dan istri memilih bekerja. Ekonomi akan lebih terjaga jika tertopang oleh keduanya. Bisa jadi keduanya bekerja di instansi atau salah satunya sebagai wirausaha.

Lalu dari ketiga pola ini, manakah yang lebih tinggi angka ketahanan ekonomi keluarganya? Saya tidak sedang menilai baik atau buruknya pola tersebut. Hanya saja membuka mindset keluarga tentang pentingnya saling menjaga harta (ekonomi) untuk kemaslahatan.

Peran ini tidak dibebankan pada salah satu pihak saja. Terkadang beban moral seorang ayah itu ketika dia tidak memiliki pekerjaan. Sebaliknya, beban moral seorang ibu ketika dia tidak bisa mengurus rumah dan anak.

Mindset inilah yang terkadang membuat kita membatasi peran dan fungsi dalam keluarga. Suami dan istri berhak mandiri secara ekonomi. Tugas dalam rumah tangga juga diperlukan sikap saling gotong royong dalam memenuhi kebutuhan keluarga untuk mewujudkan ketenangan (sakinah). Sikap ini juga perlu kita kompromikan sebelumnya dengan suami atau istri.

Gotong Royong Dalam Ekonomi Keluarga

Keterlibatan istri dalam ekonomi keluarga sangat membantu untuk bertahan menghadapi krisis ekonomi global. Suami hendaknya memberikan peluang dan support untuk perempuan mandiri secara ekonomi. Istri tidak harus bekerja di ruang publik, misalnya mendirikan usaha rumahan dengan online shop atau memiliki UMKM sendiri.

Kemandirian ekonomi seorang istri juga tidak sedang menjatuhkan nama baik suami sebagai pencari nafkah. Mindset ini juga tidak sedang melemahkan tanggung jawab suami. Maka, agar tidak ada salah paham tentang mindset ini lebih baiknya dibicarakan dahulu polanya. Dengan demikian, keterlibatan suami dan istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan sikap gotong royong berpeluang mewujudkan ketenangan. []

Tags: ekonomiistrikeluargaKemandiriansuami
Ihza Maulina

Ihza Maulina

Aktivis Perempuan Pekalongan

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID