• Login
  • Register
Jumat, 25 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Memaknai Kembali Arti Setara dalam Rumah Tangga

Mubadalah Mubadalah
07/11/2022
in Kolom
0
Setara dalam Rumah Tangga

Setara dalam Rumah Tangga

61
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kebanyakan orang berpikir bahwa kesetaraan dalam rumah tangga berarti istri juga memiliki kesempatan untuk berkiprah di ruang publik dan berpenghasilan. Lalu apakah istri yang menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya (tanpa penghasilan maupun peran di ruang publik) berarti ia menjadi ‘korban’ ketidaksetaraan dalam rumah tangga? Apakah karir dan peran istri di luar rumah adalah satu-satunya indikator setara dalam rumah tangga?

Kesetaraan dalam rumah tangga tidak bisa diukur sesederhana itu. Banyak kasus di mana istri yang bekerja dan aktif di ruang publik justru gerak dan suaranya terbatas ketika menghadapi keluarganya di rumah. Atau bahkan hal itu menjadi penyebab merenggangnya hubungan dengan suami dan anak-anaknya. Oleh karena itu, kesetaraan dalam rumah tangga semestinya juga dilihat dari kualitas hubungan antara suami dan istri, terlepas dari apa peran mereka di rumah tangga.

Kualitas hubungan ini antara lain bisa dilihat dari bagaimana suami dan istri membina hubungan itu, misalnya terpenuhinya aspek keterbukaan, saling menghargai, saling pengertian, dan saling memberi kesempatan satu sama lain. Sebagai contoh, meskipun hanya suami yang bekerja, uang yang didapat dianggap sebagai milik bersama sehingga istri juga mengetahui berapa banyak penghasilan yang didapat suami serta memiliki akses terhadap uang tersebut.
Selain itu, terbukanya musyawarah dan negosiasi antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan juga penting dalam mewujudkan rumah tangga yang setara, seperti dikutip dari Magdalene.co

Misalnya, suami dan istri sepakat bahwa untuk saat ini suami yang memiliki kesempatan lebih dulu untuk melanjutkan kuliah dan giliran istri ketika anak mereka berusia sekian tahun. Meskipun sebagian orang melihat si istri “tertinggal” dari suaminya, tapi itu adalah pilihan terbaik bagi keduanya. Sejatinya, pernikahan bukanlah ajang kompetisi di mana ada yang tertinggal dan yang terdepan. Selama kedua belah pihak sepakat dan nyaman dengan pilihannya masing-masing, kita tidak punya hak untuk melabeli mereka seperti itu.

Hal lain yang masih menjadi perdebatan soal kesetaraan gender dalam rumah tangga adalah pembagian kerja domestik antara suami dan istri. Dalam hal ini, sudah seharusnya pekerjaan rumah tangga sama-sama dilakukan oleh suami dan istri. Namun kenyataannya, pekerjaan domestik ini tidak selalu bisa dibagi rata. Misalnya, dalam hal mengurus anak, kebanyakan anak lebih ingin dekat dengan ibunya sehingga mau tidak mau istri lebih banyak menghabiskan waktu mengurus anak dibandingkan dengan suami. Begitu pula pada kasus ibu rumah tangga, istri tentu lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibandingkan suami yang bekerja di luar rumah karena perbedaan jumlah waktu yang mereka miliki di rumah. Namun pada situasi di mana suami dan istri sama-sama bekerja di luar rumah, pembagian kerja domestik yang dibagi rata mungkin bisa diaplikasikan.

Baca Juga:

Anak Bukan Milik Orang Tua

Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga

Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

Mengetahui kualitas hubungan pasangan suami istri tentu tidak mudah dan sama sekali bukan urusan kita sebagai orang luar. Untuk itu, semestinya kita berhenti melabeli para istri yang berhenti bekerja setelah menikah sebagai ‘kemunduran’. Bisa jadi, pekerjaan domestik yang bagi sebagian orang dianggap sebagai simbol perbudakan, justru bagi sebagian orang lainnya dianggap sebagai pekerjaan yang menyenangkan.

Tags: keluargaperan suami-istrisetara dalam rumah tangga
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Simone de Beauvoir

Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj

25 Juli 2025
Nikah Sirri

Sah Tapi Nggak Terdaftar, Nikah Sirri dan Drama Legalitasnya

25 Juli 2025
Anak Bukan Milik Orang Tua

Anak Bukan Milik Orang Tua

25 Juli 2025
Suluk Damai

Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

24 Juli 2025
Kembang Layu di Atas Ranjang

Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang

24 Juli 2025
Zina

Mengapa Zina dilarang Agama?

23 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Anak

    Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang, Bukan Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengasuh Anak dengan Penuh Kasih Sayang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj
  • Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
  • Sah Tapi Nggak Terdaftar, Nikah Sirri dan Drama Legalitasnya
  • Tangan Kuat Perempuan dalam Dunia Kerja
  • Anak Bukan Milik Orang Tua

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID