• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Kebangkitan Perempuan Di Balik Berdirinya Boedi Oetomo

Poetri Mardika, dan Wanita Oetomo merupakan contoh pergerakan perempuan di Indonesia yang perlu tercatat dalam sejarah

Belva Rosidea Belva Rosidea
21/05/2023
in Featured, Publik
0
Kebangkitan Perempuan

Kebangkitan Perempuan

759
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – 20 Mei menjadi hari yang diperingati seluruh warga Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang dilatarbelakangi dengan berdirinya organisasi Budi Oetomo pada tahun 1908. Meskipun tidak menjadi hari libur nasional.

Namun peringatan Hari Kebangkitan Nasional memiliki makna yang cukup dalam bagi sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebab kebangkitan nasional merupakan awal mula munculnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk bersatu menjadi satu bangsa, satu perjuangan demi mewujudkan Indonesia yang merdeka.

Umumnya yang kita tahu, Organisasi Budi Oetomo merupakan perkumpulan para laki-laki saja. Namun ternyata di balik berdirinya organisasi ini terdapat pula semangat kebangkitan perempuan dari istri-istri anggota Budi Oetomo, dan perempuan Indonesia lainnya yang memiliki cita-cita perjuangan yang sama.

Kelahiran Budi Oetomo

Organisasi Budi Oetomo pertama kali terbentuk pada 20 Mei 1908 di Batavia (Jakarta). Organisasi ini didirikan oleh beberapa siswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) berdasarkan gagasan dr. Wahidin Soedirohoesodo. Latar belakang berdirinya organisasi ini bermula dari penerapan Politik Balas Budi alias Politik Etis yang mencakup aspek pendidikan, irigasi, dan emigrasi.

Akibat kebijakan tersebut, lahirlah banyak kalangan terpelajar dari Bangsa Indonesia karena mereka memperoleh akses untuk mengenyam pendidikan tinggi. Salah satu kalangan terpelajar tersebut adalah dr.Wahidin Soedirohoesodo, yang pada akhirnya memiliki gagasan bahwasanya Bangsa Indonesia akan terbebas dari pengaruh penjajah dan adu domba jika rakyatnya sudah cerdas dan berwawasan luas.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Gagasan dr. Wahidin Soedirohoesodo tersebut disambut baik oleh para pelajar STOVIA. Kemudian bersama Soetomo dan M.Soeradji mereka menggagas untuk mendirikan Organisasi Budi Oetomo. Fokus utama Organisasi Budi Oetomo memanglah pendidikan, sehingga hal tersebut memicu tuntutan dari para perempuan untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama.

Menurut Nagazumi, hingga 1918, Budi Oetomo tidak hanya aktif mendirikan sekolah bagi anak laki-laki. Tetapi juga memiliki sekolah yang khusus bagi anak perempuan di Jawa Tengah.

Lahirnya Organisasi Poetri Mardika

Belasan perempuan menghadiri kongres budi Oetomo pertama di Yogyakarta pada 3 Oktober 1908. Keterlibatan kebangkitan perempuan tersebut akhirnya melahirkan usulan dari salah satu anggota Budi Oetomo cabang Batavia untuk meningkatkan derajat perempuan melalui pendidikan.

Pada tahun 1912, usulan tersebut terwujud dengan berdirinya organisasi perempuan di bawah naungan Budi Oetomo. Di mana mereka beri nama Poetri Mardika, dengan pemrakarsa Tengkoe Theresia Sobaroeddin.

Tujuan utama organisasi Poetri Mardika ini adalah memberi bantuan pendanaan studi anak-anak perempuan yang pintar. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi di ruang publik. Organisasi ini menjalankan program beasiswa untuk perempuan tak mampu. Membantu berdirinya sekolah untuk perempuan, dan mengadakan kursus-kursus untuk mendorong partisipasi perempuan di berbagai bidang pekerjaan dan kemasyarakatan.

Lahirnya Organisasi Wanita Oetomo

Awal mula Organisasi Wanita Oetomo terbentuk adalah karena kecemburuan seorang istri dari salah satu anggota Budi Oetomo. Yakni Raden Ayu Aisah Bintang (R.A. Aisah) yang merupakan istri dari Raden Mas Abdulkadir Tjokroadisoerjo.

R.A. Aisah selalu merasa tertarik ketika suaminya berkumpul dengan anggota Budi Oetomo lainnya di rumahnya. Namun dia hanya bisa menyimak diam-diam. R.A. Aisah, kemudian berpikir bahwa dia dan perempuan lainnya berhak mendapat kesempatan serupa. Yakni kesempatan berkumpul, dan berpendapat sebagaimana kaum laki-laki dalam Organisasi Budi Oetomo.

Kemudian R.A. Aisah mengajukan usulan langsung kepada pengurus Boedi Oetomo cabang Yogyakarta. Yakni untuk membawa istri-istri mereka ketika melakukan rapat dan berkumpul.  Usulan ini pun disambut dengan antusias oleh istri-istri dari anggota Boedi Oetomo.

Akhirnya, perkumpulan istri Budi Oetomo mereka wartakan pada surat kabar Budi Oetomo yang berisi ajakan kepada pengurus Budi Oetomo beserta istrinya, untuk menghadiri rapat pertama pada 24 April 1921. Perkumpulan Istri ini kemudian mereka beri nama Wanita Oetomo.

Emansipasi, Nasionalisme dan Kemerdekaan

Dalam perkembangannya, Organisasi Wanita Oetomo tak hanya menjadi perkumpulan para istri anggota Budi Oetomo. Melainkan menjadi organisasi yang bersifat terbuka untuk umum. Perempuan manapun boleh bergabung menjadi anggota tanpa terbatasi usia dan pendidikan.

Semua anggota diberi kesempatan yang sama untuk bersuara dan mengemukakan pendapat. Terutama mengenai emansipasi perempuan, kesadaran nasionalisme, dan gagasan kemerdekaan melawan penjajahan. Wanita Oetomo menjadi wadah bagi perempuan untuk berkumpul dan melawan penindasan.

Wanita Oetomo cukup aktif berkontribusi dalam pergerakan nasional, bahkan menjadi penyelenggara kongres Perempuan I, yang terlaksana pada 22-23 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres tersebut menghasilkan beberapa keputusan yang begitu memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia di masa itu.

Yakni : (1) Mendirikan badan pemufakatan dengan nama Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI), (2) Mendirikan studiefonds untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu membayar biaya sekolah dan berusaha memajukan kepanduan Poetri, (3) Mencegah pernikahan di bawah umur.

Poetri Mardika, dan Wanita Oetomo merupakan contoh pergerakan perempuan di Indonesia yang perlu tercatat dalam sejarah. Sebab pergerakan dan kebangkitan perempuan di Indonesia tak hanya sekadar memperjuangkan kesetaraan gender, melainkan juga sebagai bentuk usaha untuk melawan penjajahan bangsa asing dengan kesadaran nasional. []

Tags: Budi OetomoHari Kebangkitan NasionalKebangsaanNasionalismePergerakan Perempuansejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version