Dalam praktiknya, apa yang dilakukan oleh pemerintah Desa Pasawahan menurut saya, bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam mengelola sampah. Misalnya pemerintah turut memberikan fasilitas dan mendukung proses pengelolaan sampah.
Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu terhitung dari tanggal 5 juli sampai 14 Juli 2023, kami melakukan penelitian sebagai bagian dari tugas mata kuliah metodologi riset sosial di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.
Kami dibentuk dengan dua kelompok yang ditempatkan di dua desa berbeda di daerah Kuningan Jawa Barat, yaitu Desa Pasawahan dan Desa Paniis. Untuk saya sendiri ditempatkan di Desa Pasawahan bersama dengan teman-teman yang lain yang beranggotakan delapan orang.
Dalam kurun waktu yang terhitung sangat singkat ini, kami berusaha untuk segera beradaptasi dan memaksimalkan diri dengan baik. Kami melakukan banyak pengamatan terkait Desa Pasawahan terutama dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat.
Terlepas dari bidang yang kami teliti, ada satu hal yang menarik perhatian saya yaitu terkait isu lingkungan berupa pengelolaan sampah yang ada di Desa Pasawahan.
Tidak Ada Sampah
Ketika melakukan observasi untuk pengumpulan data. Saya melakukan survei langsung dengan berjalan kaki menelusuri perumahan warga. Sejauh yang saya lihat sangat jarang sekali ada penggunungan sampah, jalan-jalan di gang pun terlihat bersih.
Hal ini lah yang mendorong rasa penasaran saya, untuk menanyakan bagaimana pengelolaan sampah di Desa Pasawahan. Saya menanyakannya kepada Pak Yayan, beliau adala salah satu aparat desa yang juga merupakan Kepala dusun (Kadus) Blok Pahing. Selain Pak Yayan saya juga mengobrol dengan Pak Iding.
Dari hasil obrolan panjang kami. Pengelolaan sampah di desa ini diatur oleh pemerintah desa. Mereka memberi fasilitas dengan mengadakan program pengambilan sampah setiap hari oleh petugas kebersihan.
Jadi, masyarakat tidak perlu pusing untuk membuang kemana lagi, cukup simpan di depan jalan untuk selanjutnya diambil oleh petugas. Untuk hal ini masyarakat cukup memberikan iuran kepada desa, berkisar dari 10 – 15 ribu per-bulan.
Sampah yang sudah diangkut selanjutnya akan dibawa ke tempat penampungan akhir (TPA) di hutan daerah Gibug. Tidak berhenti sampai di situ, para petugas juga melakukan penyortiran untuk memilih mana organik dan anorganik. Kemudian diambil mana yang bisa dimanfaatkan atau dijual kembali.
Langkah ini, patut kita berikan apresiasi karena Desa Pasawahan setidaknya telah berhasil dalam mengelola sampah. Karena isu sampah, seperti kita ketahui bersama, ia masih menjadi polemik di negeri ini, baik di daerah kota maupun desa. Karena tidak semua warga memiliki kesadaran dan peduli tentang pengelolaan sampah.
Merawat dan Menjaga Alam
Dalam mengelola sampah, sebetulnya Islam telah mengajarkan kita semua untuk menjaga, dan merawat alam kita. Terutama dalam soal kebersihan lingkungan dari sampah.
Melansir dari laman Mubadalah.id “Menelisik Ajaran Islam tentang Pengelolaan Lingkungan” yang ditulis oleh O. Suhendar, menjelaskan bahwa sebagai Khalifah di muka bumi kita bertanggungjawab untuk merawat dan menjaga alam dari bahaya sampah. Dalam perintah untuk merawat bumi, Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an Surat al-A’raf ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah Swt) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan Allah Swt terima) dan harapan (akan terkabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-A’raf ayat 56).
Dengan begitu, persoalan sampah ini bagi saya masih menjadi masalah yang sangat besar. Banyak dampak yang akan masyarakat rasakan dari persoalan sampah. Di antaranya, sampah sangat berpotensi mencemari lingkungan, dan terjadinya banjir. Kemudian kalaupun sampah kita bakar, hal ini akan menjadi polusi udara. Terlebih di negara kita masih belum menemukan solusi terbaik untuk penanggulangan sampah.
Menjadi Contoh
Akan tetapi, dalam praktiknya, apa yang pemerintah Desa Pasawahan lakukan, menurut saya, bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam mengelola sampah. Misalnya pemerintah turut memberikan fasilitas dan mendukung proses pengelolaan sampah. Mereka melakukan pemungutan sampah dari warga. Kemudian mereka kumpulkan di TPA.
Setelah itu, mereka melakukan pemilahan sampah yang organik dan anorganik serta pemilahan sampah yang bernilai ekonomi itu mereka pisahkan. Sehingga, dari sampah itu masih bisa mereka manfaatkan dan memberi banyak keuntungan. Dengan begitu, praktik baik dari Desa Pasawahan ini, saya kira bisa menjadi contoh bagi desa-desa lainnya.
Selain itu, langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak ikut membuang sampah sembarangan. Bahkan untuk sebungkus permen yang kecil. Oleh sebab itu, dalam persoalan sampah yang kita butuhkan adalah tentang kesadaran mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat bahkan pemerintah. []