• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Ketika cinta berubah menjadi kontrol, manipulasi, dan kekerasan, maka itu bukan lagi hubungan yang layak dipertahankan, melainkan harus segera diakhiri.

Rukoya Rukoya
30/06/2025
in Publik
0
Pacaran

Pacaran

875
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pacaran di era sekarang sudah menjadi hal yang umum, terutama di kalangan anak muda. Khusus bagi perempuan, pacaran kerap kali dianggap sebagai ruang untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain.

Namun, sayangnya relasi ini tak jarang justru menjadi pintu masuk kekerasan yang berujung pada luka, trauma, bahkan kematian. Ironisnya, dalam banyak kasus Kekerasan dalam Pacaran (KDP), perempuan sering kali menjadi korban.

Misalnya kasus yang baru-baru ini ramai di media sosial, seorang perempuan asal Cianjur dibunuh oleh pacaranya, Muhammad Fauzan Saepurohman.

Melansir dari detik.com, korban sempat cekcok dengan pelaku karena ia dipaksa untuk menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Perselisihan ini terjadi saat keduanya pulang dari kawasan puncak. Pelaku merasa sakit hati karena sempat ditoyor oleh korban saat bertengkar. Tak lama kemudian, ia membunuh korban dalam keadaan tanpa busana, lalu membuang jasadnya ke sungai.

Kasus lain datang dari Gorontalo. Seorang oknum polisi di Gorontalo Utara berinisial PY diduga menganiaya pacarnya, TP, hingga babak belur. Pemicunya sepele yaitu korban menolak meminjamkan handphone-nya.

Kekerasan seperti ini menunjukkan bahwa relasi pacaran tersebut tak selalu sehat, dan membahayakan perempuan. Sebab dalam relasi seperti itu, sering kali pihak laki-laki mendominasi perempuan. Sehingga ia merasa berhak untuk memperlakukan pasangannya sesuai keinginannya, meskipun harus dengan kekerasan dan pembunuhan.

Baca Juga:

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Data Kekerasan Komnas Perempuan

Dua kasus di atas menambah data kekerasan KDP terhadap perempuan. Jelas ini sangat memprihatinkan. Sebab dalam data Komnas Perempuan tercatat bahwa selama 2024 terdapat 445.502 kasus kekerasan terhadap perempuan. Data ini meningkat hampir 10% daripada tahun sebelumnya.

Ini mencerminkan bahwa kekerasan berbasis gender masih menjadi persoalan serius, termasuk dalam hubungan yang tampak “suka sama suka” seperti pacaran.

Sayangnya, banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka berada dalam hubungan yang tidak sehat, atau lebih tepatnya relasi yang toxic. Ketika cinta berubah menjadi kontrol, manipulasi, dan kekerasan, maka itu bukan lagi hubungan yang layak ia pertahankan, melainkan harus segera perempuan akhiri.

Islam sendiri menegaskan bahwa kekerasan dalam bentuk apa pun adalah haram. Tidak ada pembenaran dalam ajaran agama untuk menyakiti pasangan, apalagi menzalimi perempuan. Bahkan dari sudut pandang hukum negara, penganiayaan sebagaimana dalam Pasal 351 jo 356 KUHP sebagai tindakan pidana.

Kekerasan dalam pacaran bukan sekadar tindakan kriminal, melainkan bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang mencerminkan ketimpangan relasi kuasa dalam masyarakat patriarkal. Saat korban enggan melapor karena takut, malu, atau khawatir disalahkan, maka di situlah sistem sosial telah gagal melindungi mereka.

Relasi Sehat dan Setara

Menghadapi realitas ini, penting bagi kita, baik individu, keluarga, sekolah, maupun institusi negara untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya relasi yang sehat dan setara.

Pendidikan seksualitas dan relasi yang berkeadilan perlu kita perkenalkan sejak dini, agar generasi muda memahami bahwa cinta tidak boleh ada kekerasan.

Kita tidak bisa terus membiarkan kekerasan dalam pacaran menjadi “harga yang wajar” dalam sebuah hubungan. Perempuan bukan objek yang bisa dimiliki, dikendalikan, apalagi disakiti. Mereka adalah manusia utuh yang punya hak untuk dicintai tanpa rasa takut.

Selain itu, stigma terhadap korban kekerasan harus dihapus. Mereka bukan aib, tetapi pihak yang perlu dilindungi. []

Tags: kekerasanmarakpacaranpasanganperempuanSelektif
Rukoya

Rukoya

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID