• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Life as Divorce: Membaca Pengalaman Perempuan Pasca Bercerai

Peristiwa perceraian adalah sesuatu yang kompleks, dan tidak bisa secara sederhana kita sematkan dengan satu nilai tertentu.

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
23/09/2023
in Buku, Rekomendasi
0
Pengalaman Perempuan

Pengalaman Perempuan

755
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Buku yang berjudul mengerikan. Kesan pertama kali melihat sampul buku dengan judul yang ngeri, rasanya ragu untuk membacanya. Namun, berkat seorang teman dekat yang menyodorkan, akhirnya mau juga untuk membacanya.

Virly A.K penulis buku ini adalah sosok perempuan yang telah mengalami menjadi “divorce” atau perempuan yang telah memiliki pengalaman bercerai. Ia cerai dalam usia yang cukup muda yakni 25 tahun. Buku ini banyak menceritakan tentang berbagai hal yang terjadi mengenai peristiwa perceraian yang ia alami.

Bagi saya, ia menulis dengan sangat jujur, mengalir dan emosional. Pada titik tertentu, saya banyak sekali bertemu dengan sisi baru mengenai “peristiwa perceraian”.

Pengetahuan baru dan penting untuk terus kita pahami dari buku ini ialah tentang penyebutan terhadap perempuan yang telah melakukan perceraian. Seringkali kita memanggilnya “janda”. Namun, penulis sebagai pemilik pengalaman perempuan tersebut tidak nyaman dipanggil “janda” lebih senang menyebut diri sebagai “divorce”.

Hal semacam ini juga tampaknya perlu kita perhatikan sebagai upaya menjaga kenyamanan sesama. Nah, sebaliknya, jangan-jangan teman-teman laki-laki juga ada yang kurang nyaman kita panggil dengan “Duda”? ini tentu menjadi PR kita bersama.

Baca Juga:

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Surat yang Kukirim pada Malam

Pandangan Buruk tentang Perceraian

Seperti pandangan pada umumnya, saya memiliki pandangan bahwa perceraian adalah sesuatu yang buruk atau memiliki nilai negatif. Hal itu bergeser pasca saya bertemu dan membaca buku Life as Divorce, perceraian menjadi sesuatu yang tidak perlu mendapatkan penilaian apapun. Peristiwa tersebut adalah sesuatu yang kompleks dan tidak bisa secara sederhana kita sematkan dengan satu nilai tertentu.

Penggalan kalimat yang tersemat dalam buku tersebut “perceraian adalah emergency exit yang Tuhan sediakan ketika kita enggak sanggup lagi berada dalam hubungan pernikahan. Alih-alih keluar melalui list yang sesak dan ada kemungkinan macet di tegah jalan. Tangga darurat adalah sebuah pilihan.”

Penggalan yang lain “semua daftar kerugian bercerai itu kalah oleh satu hal: mendapatkan lagi hidup saya.”

Dua kalimat tersebut cukup menjelaskan bahwa setiap keputusan pengalaman perempuan dengan kesadaran yang cukup akan mengantarkan kebahagiaan. Hal ini yang mendasari saya sekarang enggan untuk menilai perceraian dengan satu pandangan saja.

Peristiwa tersebut adalah sesuatu yang kompleks dan sangat berkaitan dengan banyak hal. Pengalaman perempuan sang penulis buku membawa penjelasan yang lebih kompleks dan lebih gamblang mengenai imajinasi kehidupan dalam pernikahan.

Kehidupan Pernikahan yang Kompleks

Kompleksitas kehidupan pernikahan termasuk pilihan terakhir yang kita sebut dengan emergency exit, mengantarkan sang penulis mengajak pembaca untuk memahami “apa kiranya yang perlu kita lakukan sebelum melakukan pernikahan.” Banyak sekali topik yang bisa kita bicarakan sebelum menikah. Topik-topik tersebut selanjutnya juga sang penulis paparkan dengan sistematis dalam satu bab tertentu.

Berbagai topik yang dibicarakan itu menjadi penting untuk kita lakukan. Sebab pada intinya tujuan dari pertanyaan itu adalah “kita berhak mendapatkan pasangan yang selalu bisa seimbang”. Artinya, kita bisa mengimbangi dia, pun sebaliknya. Skill untuk memperbincangkan hal semacam ini memang tidak mudah, namun kita bisa melakukannya secara bertahap seiring pendalaman satu sama lain.

Tulisan ini akan saya tutup dengan kalimat dari Lya Fahmi, penulis yang tidak jauh dalam isu yang sama dengan Virly, ia mengatakan bahwa “perceraian itu memiliki tingkatan atau bobot yang sama dengan pernikahan.” Artinya, perceraian itu sangat bisa mendapat nilai positif dan sangat bisa pula mendapat nilai negatif. Sebab, baik pernikahan maupun perceraian sama-sama bisa menjadi sumber kebahagiaan dan sumber kesedihan. []

Tags: DivorceJandakeluargapengalaman perempuanperceraianperkawinan
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam dan Persoalan Gender
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID