Mubadalah.id – Menikahlah dengan tujuan menjadi baik bersama pasangan. Jangan terlalu berambisi mendapat pasangan yang sesuai kriteria kita—pasangan yang kaya raya, pasangan yang memiliki jabatan bagus, pasangan yang tampan/cantik—karena nantinya itu hanya akan menyakiti kita sendiri jika semua tidak sesuai harapan. Harta bukan jaminan mencapai hidup sakinah mawadah dan rahmah.
Di suatu daerah tertentu yang pernah saya amati, sebagian orangtua menikahkan anaknya dengan calon suami yang mapan, karena mereka berpikir bahwa dengan adanya harta dapat menciptakan ketenangan dan kebahagiaan dalam keluarga. Namun faktanya, hal itu yang di kemudian hari berdampak pada berakhirnya pernikahan karena sang suami yang berlimpah harta menjadi sewenang-wenang terhadap istri karena merasa lebih berkuasa, atau pun karena istri yang tidak bijak menggunakan harta suami. Jika fakta itu yang terjadi, benarkah harta menjadi satu-satunya jaminan terwujudnya keluarga sakinah?
Untuk mencapai sakinah, setiap insan yang akan menikah harus betul-betul mempersiapkan diri. Dalam artian tidak hanya berkata siap menikah, ia juga harus menata dengan baik tujuan serta visi misi yang akan ia wujudkan dalam keluarganya.
Definisi sakinah sendiri berarti ketenangan, penuh kasih sayang dan juga kedamaian. Dalam perjalanan rumah tangga pasti ada bahkan banyak ujian, namun diharapkan suami istri dapat melewatinya dengan tenang sehingga perkawinan mereka tidak mengarah pada perpecahan atau perpisahan. Itu makna sakinah yang hendak dicapai oleh seluruh pasangan dalam mahligai perkawinannya.
https://mubaadalahnews.com/2017/02/pekerjaan-rumah-tangga-tanggung-jawab-siapa/
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21).
Tidak menafikkan bahwa memang pernikahan itu bukan hanya dibangun dengan cinta, adanya materi pun itu salah satu hal yang penting. Tapi ingat, materi bukan satu-satunya hal yang menjamin tercapainya sakinah dalam keluarga. Menikah bukan hanya soal bagaimana mendapat pasangan yang kaya, namun yang lebih penting adalah membangun keluarga yang penuh cinta kasih. Ketika seseorang selalu mengharap kesempurnaan di dalam diri pasangannya, lalu di kemudian hari kenyataan itu tidak seindah yang diharapkan, juga akan berakibat buruk karena dia akan cenderung merasa dikecewakan sehingga merasa tidak bahagia dalam perkawinannya.
Dalam pernikahan harus selalu memupuk nilai kesalingan, tidak boleh menuntut pasangan harus selalu sempurna, seperti suami harus selalu mapan, atau istri harus selalu bisa mengerjakan segala pekerjaan di rumah. Perlu digarisbawahi bahwa pernikahan itu dibangun oleh dua orang, dan ketika ingin mencapai sakinah pun harus digapai berdua. Setiap pasangan suami istri harus saling memberikan kasih sayang, saling memberikan energi positif terhadap semua anggota keluarga. Karena kesalingan ini adalah kunci terciptanya keluarga sakinah. Seperti tertuang dalam QS. At-Taubah: 71
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚأُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Menikahlah dengan tujuan menjadi baik bersama pasangan. Jangan terlalu berambisi mendapat pasangan yang sesuai kriteria kita—pasangan yang kaya raya, pasangan yang memiliki jabatan bagus, pasangan yang tampan/cantik—karena nantinya itu hanya akan menyakiti kita sendiri jika semua tidak sesuai harapan. Carilah pasangan yang dengannya kita dapat sama-sama belajar lebih baik. Ketika mendapat pasangan yang memiliki materi berlebih, anggaplah itu bonus. Harta bukan jaminan mencapai hidup sakinah mawadah dan rahmah. Karena dengan menikah, tentunya Allah akan menjamin rezeki setiap umatnya. Pernah saya mendengar pepatah bahwa dengan menikah justru akan membuat kita kaya, seperti dijelaskan dalam QS. An-Nur ayat 32:
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32).
Tidak perlu takut saat kita belum cukup mapan ketika akan melangkah ke perkawinan, karena justru dari hal itu kita bisa menilai pasangan kita nantinya menerima diri kita apa adanya atau tidak. Karena harta tak menjamin suatu keluarga mencapai sakinah jika tidak dilandasi dengan niat untuk beribadah. (Baca: Janji Kokoh untuk Hidup dalam Cinta)