Mubadalah.id – Apakah kalian pernah mendengar sebuah konflik relasi ibu dan anak perempuannya yang telah dewasa? Mereka saling membenci dan saling menyakiti hingga enggan menjalin hubungan layaknya keluarga.
Sebab Pola Parenting yang Tidak Baik
Konflik relasi ibu dan anak perempuan memang bisa saja terjadi. Penyebabnya beraneka ragam, berawal dari pola parenting yang tidak baik sehingga sang anak bisa memiliki mental health issue. Seorang ibu yang “toxic” juga ternyata punya latar belakang masa lalu dan mental health issue sendiri. Dan ini akan berlanjut sampai pada generasi berikutnya jika tidak ada upaya untuk sembuh.
Anak “Saya benci ibu saya, karena ibu saya jadi seperti ini”, Ibu “Dasar anak durhaka, tak tau diri, tak hormat orang tua”. Keduanya bisa saja saling menyerang, anak menyimpan luka dan dendam, sedangkan ibu menganggap anaknya durhaka.
Apa yang terjadi pada masa lalu mereka berdua? Sampai sulit sekali bagi mereka untuk menyayangi satu sama lain? Apa yang menjadikan mereka sampai pada keadaan seperti ini? Luka atau trauma apa yang dibuat oleh ibunya sehingga si anak sulit memaafkan? Lalu, apa yang ada dalam fikiran ibu sampai ia tak menyadari perbuatannya?
Mereka Berdua Butuh untuk Saling Memahami
Sang anak yang berperilaku demikian karena memiliki luka dan trauma di masa kanak-kanak yang tak mudah mereka jalani. Dan pola asuh seorang ibu mempunyai kontribusi besar dalam mempengaruhi kondisi kesehatan mental si anak sampai ia beranjak dewasa.
Mungkin, hal ini bisa terjadi karena seorang ibu punya luka dan trauma yang sama di masa lalunya, dan ibu akan melampiaskan hal itu juga kepada anak perempuannya. Sang ibu mungkin punya masalah mental sendiri dan isu kehidupannya sendiri sehingga tidak menerapkan pola asuh yang baik kepada anaknya.
Perilaku anak yang tidak sopan kepada orang tua juga tidak pernah dibenarkan. Mau bagaimanapun, kepada orang tua kita harus menghormati dan bersikap santun, apalagi kepada seorang ibu kandung.
Terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Isra’ Ayat 23 yang berbunyi :
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْا اِلَّا اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Akan tetapi, segala bentuk kekerasan fisik, verbal maupun emosional kepada anak juga bukan tindakan yang benar. Karena anak adalah titipan yang sudah menjadi tugas orang tua untuk mengasuh dan membesarkan dengan penuh kasih sayang.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
Sembuh dari Luka dan Trauma harus Berawal dari Diri Sendiri
Seandainya mereka mau membuka hati… seandainya mereka mau meminta maaf dan saling memaafkan… seandainya mereka mau berusaha membangun relasi yang seharusnya penuh kasih sayang… dan seandainya Allah melunakkan hati mereka… maka tidak ada yang tidak mungkin.
Untuk aku, kamu, dan kita semuanya yang mungkin pernah merasakan trauma dan luka. Mari bersama-sama untuk sembuh dan memutus mata rantai dendam ini. Mari mulai berdamai dengan keadaan dan berusaha hidup bahagia bersama orang-orang terdekat yang kita sayangi.
Memang tak mudah tapi harus diupayakan semaksimal mugkin. Khususnya untuk perempuan di seluruh Indonesia, yang sudah menjadi ibu atau calon ibu. Ayo, mulai dari diri kita sendiri untuk sembuh dari trauma dan luka masa lalu. Stop meneruskan dendam kepada anak. Stop merenggut kebahagiaan anak di masa kecil. Mulailah hidup bahagia di masa sekarang dan belajar menjadi good parents. []