Mubadalah.id – Islam ini sebaiknya jangan hanya kita pahami sebagai agama yang urusannya hanya seputar wajib atau haram. Sehingga yang ada, Islam seperti ini sempit sekali makna dan cakupannya.
Padahal sebagaimana kita ketahui, kehidupan beserta masalahnya itu begitu dinamis, yang tidak bijak manakala hanya kita selesaikan dengan stempel wajib atau haram. Tak terkecuali berbagai hal yang meliputi seputar kehidupan rumah tangga, yang kerap menimbulkan gontok-gontokan antara istri dan suami.
Sebelum membahas lebih lanjut perihal apakah suami wajib menafkahi orang tuanya, timbul pertanyaan apakah wajib suami memberikan seluruh gajinya kepada istri? Kita tunda dulu stempel wajib atau haram.
Taruhlah ada suami yang dalam sebulan gajinya 10 juta, sementara kebutuhan di rumah dalam sebulan hanya 5 juta, lalu bagaimana apabila ini terjadi? Yang paling penting itu bukan soal gaji suami diberikan semua, diberikan separuh, atau diberikan seperlunya kepada istri. Istri dan suami penting sekali bicara baik-baik, bahkan sebelum menikah pun mestinya sudah dibicarakan.
Bahwa istri dan suami mesti belajar untuk terus menjalin komunikasi yang sehat dan keterbukaan satu sama lain. Kalau ada suami yang percaya gajinya diberikan semua secara full, apakah itu terlarang? Tentu tidak. Sehingga apabila suami mendadak ada keperluan keuangan bisa langsung mengontak istrinya.
Lagi pula zaman ini sudah sangat canggih. Transfer uang bisa terkirim hanya dalam hitungan detik. Misalkan lagi ada suami yang tidak memberikan semua gajinya kepada istri, apakah itu juga terlarang? Tentu juga tidak. Tidak ada salahnya suami pegang uang. Yang penting istri mengetahuinya.
Apakah Suami Wajib Menafkahi Orang Tua?
Pertanyaan berikutnya, apakah suami wajib menafkahi orang tuanya? Jawabannya pun tidak saklek. Fleksibel dan kondisional saja. Bahwa tidak semua orang tua berada dalam kondisi miskin atau kaya. Jadi, fokus utama suami itu ya istri dan anak-anaknya dulu. Jangan sampai ada kejadian, suami tega menelantarkan istri dan anak-anaknya, dengan alasan mengutamakan orang tuanya.
Sudah pasti ini justru yang dilarang oleh Islam. Suami yang baik, dalam segala hal pasti akan melibatkan istri, bahkan dalam hal sepele sekalipun, apalagi dalam hal orang tua dan mertua. Jadi suami tidak boleh berat sebelah, sebab posisi orang tua dan mertua itu sama dan setara, harus kita hormati.
Kalau kita menemukan orang tua suami yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, apa salahnya suami mengajak istri untuk sama-sama mengerti kondisi orang tuanya. Prinsip ini juga berlaku manakala ada mertua yang berada dalam keadaan kurang ekonomi, maka suami tetap harus berusaha membantu mertuanya bersama istri.
Lalu bagaimana jika keadaan orang tua dan mertua sudah mapan? Ya tidak ada masalah, memberi hadiah, menyenangkan mereka dengan pemberian apapun, apakah itu uang, barang, bahkan do’a.
Pentingnya Komunikasi
Awal mula gontok-gontokan terjadi antara istri dan suami adalah karena buruknya komunikasi. Bahkan akhirnya saling membela diri dan mau menang sendiri. Sehingga yang tadinya saling mengingatkan karena peduli, sekarang jadi berubah saling mencari-cari kesalahan karena jengkel dan punya niat menjatuhkan.
Selalu perbaharui niat dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Sebab persoalan sepele bisa jadi serius karena satu sama lain saling mengedepankan ego. Di sinilah esensi berumah tangga, kedewasaan kita akan terus diuji. Bagaimana bisa senantiasa bijaksana dalam mengatasi setiap masalah.
Dalam Islam, kita dianjurkan untuk senantiasa berdo’a kepada Allah agar rumah tangganya senantiasa langgeng dan diberkahi. Tidak hanya mengandalkan logika, sebab kita menyadari bahwa kemampuan otak kita sangat terbatas. Allah sajalah yang tidak terbatas. Hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati manusia walau dalam sekejap.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, berikanlah kami dari istri-istri kami dan keturunan kami yang menjadi penyejuk hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ketimbang terus adu mulut, sebaiknya masing-masing tenangkan diri, dengan meminta petunjuk kepada Allah. Tetap jaga shalat fardu lima waktu. Jangan lupa berbagi. Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan bijak dalam berumah tangga.
Berpikirlah yang matang dan jauh ke depan, jangan sampai kita mendapatkan kerugian karena keputusan yang ugal-ugalan. Wawasan Islam tentang konsep rumah tangga yang menghargai istri dan suami seperti masih jarang disampaikan oleh para ahli. []