Mubadalah.id – GUSDURian Cirebon bersama Yayasan Wangsakerta dan Gereja Bunda Maria menggelar kegiatan Sharing Session dan Penanaman Pohon bertajuk “Solidaritas Kemanusiaan Lintas Iman dalam Merespon Isu-Isu Lingkungan”.
Acara yang berlangsung di Aula Gereja Bunda Maria ini menghadirkan Farida Maharani, Founder Yayasan Wangsakerta, sebagai narasumber utama.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan lintas iman yang peduli terhadap isu lingkungan. Acara dibuka oleh Romo Antonius Haryanto, yang menyampaikan pentingnya menjaga bumi sebagai tanggung jawab bersama.
“Merawat bumi bukan hanya untuk kepentingan kita saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Ketika kita menanam pohon, entah durian atau mangga, mungkin kita tidak akan memanennya sendiri. Udara yang kita hirup hari ini adalah warisan untuk generasi baru,” ujar Romo Antonius.
Sementara itu, Farida Maharani dalam pemaparannya menekankan pentingnya aksi nyata dalam menghadapi tantangan lingkungan.
“Lingkungan hidup adalah rumah bagi semua makhluk. Jika kita tidak bertindak, situasi akan terus memburuk. Perubahan iklim saat ini memengaruhi permukaan laut, pola hujan, ekosistem, bahkan memicu konflik sosial, terutama di masyarakat rentan,” jelasnya.
Farida juga menyoroti penyebab utama kerusakan lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca dan penggundulan hutan. Contoh nyata kerusakan tersebut adalah konversi hutan tropis menjadi perkebunan sawit, yang marak terjadi di Indonesia.
Ia mengulas dampak lokal dari kerusakan lingkungan, seperti Danau Situ Patok di Cirebon.
“Danau yang ada sejak Belanda tahun 1921 ini awalnya berfungsi menahan banjir dan mengairi lahan tebu. Namun, akibat kerusakan ekosistem di daerah hulu, fungsinya menurun drastis dalam 10 tahun terakhir. Kini, danau tidak lagi mampu mengatur aliran air untuk tiga kecamatan di sekitarnya, menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau,” paparnya.
Dampak Perubahan Iklim
Farida juga memprediksi dampak perubahan iklim di Asia Tenggara pada 2050, seperti krisis air bersih, kerusakan 45% lahan pertanian Indonesia, dan ancaman tenggelamnya sekitar 2.000 pulau akibat kenaikan permukaan laut.
Sebagai solusi, ia mendorong aksi kolektif melalui penghijauan, konservasi hutan, dan peralihan ke energi terbarukan. “Menanam pohon adalah langkah sederhana yang memiliki dampak besar. Pohon membantu menyerap air ke dalam tanah dan mencegah bencana alam,” tegasnya.
Kemudian, acara ini berakhir dengan penanaman pohon sebagai simbol komitmen bersama untuk melestarikan lingkungan. Dalam pesan penutupnya, Romo Antonius mengajak semua pihak untuk terus bergerak mencintai bumi.
“Bumi adalah rumah kita bersama. Mari kita rawat bersama-sama. Dengan menjaga lingkungan, kita juga menjaga kesehatan dan keberlangsungan hidup kita,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengambil langkah nyata dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang semakin mendesak. (rilis)