Mubadalah.id – Dalam mencegah HIV-AIDS, Islam memberikan cara untuk melakukan pencegahannya. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat jaminan keselamatan keturunan dan kesucian keluarga (hifzh al-nasl wa al-‘irdh). Dan ini menjadi tanggung jawab semua pihak, laki-laki dan perempuan.
Kitab suci bahkan memerintahkan manusia untuk menjaga kehormatan tubuhnya, antara lain melalui penyelamatan dan perlindungan atas kesehatan organ-organ reproduksi. Untuk hal ini, Islam melarang promiskuitas (hubungan seks bebas).
Di samping itu, perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan dilakukan dengan memperhatikan pendapat perempuan dan tidak menganggap mereka lebih rendah dari kaum laki-laki.
Perempuan adalah manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dihormati, sebagaimana kaum laki-laki. Al-Qur’an menegaskan, “walaqad karamna bani adam,” (sungguh, Kami memuliakan manusia).
Dengan begitu suami tidak boleh memaksa istrinya untuk berhubungan seksual dalam kondisi yang tidak ia kendakinya. Laki-laki harus menghargai perempuan dan perempuan juga harus menghormati hidupnya sendiri. Nabi Muhammad Saw mengatakan, “al-nisa’ syaqaiq al-rjal,” (perempuan adalah saudara kandung laki-laki).
ODHA juga Manusia
Persoalan HIV-AIDS seharusnya dapat kita lihat lebih sebagai persoalan penyakit, sikap mental atau pandangan, dan sistem sosial. Penyakit ini bukan semata-mata persoalan tubuh orang. Maka, yang menjadi prioritas penyelesaian adalah mengobati penyakitnya, bukan menyalahkan pengidapnya.
Hal lain yang harus kita lakukan adalah menghindari hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan penyakit itu sejauh mungkin dan menghindari penyebabnya, bukan menghindari orangnya.
Dalam pandangan agama orang yang sedang sakit haruslah kita tolong, kasih-sayangi, dan doakan agar segera sembuh.
Maka berdasarkan ajaran ini, ODHA adalah bagian dari manusia-manusia yang seharusnya kita tolong dan doakan, bukan mengutuk atau mengasingkannya. []