Mubadalah.id – Tawazun adalah sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyelaraskan khidmah kepada sesama manusia dan alam dalam rangka khidmah pada Allah. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
Tawazun juga adalah sikap berimbang dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan apapun. Misalnya berimbangnya dalil naqli dan aqli, kepentingan pribadi dan umum, ibadah ritual dan sosial, kerja-kerja keluarga dan khidmah keumatan, dan lainnya.
Sikap ini antara lain berdasarkan pada QS. al-Hadid ayat 25:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ࣖ
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasuk-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan meraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan bebat dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. al-Hadid ayat 25)
Dalam konteks keluarga, sikap tawazun dapat kita terapkan misalnya dengan berimbangnya pemenuhan kewajiban suami dan istri, orang tua dan anak. Termasuk keluarga inti dan besar, perlakuan orang tua pada anak-anak, antar saudara dan lain-lain.
Keseimbangan pemenuhan kebutuhan setiap anggota keluarga mesti mempertimbangkan kebutuhan yang dimiliki secara bersama-sama. Sekaligus kebutuhan yang setiap pihak perlukan sesuai dengan kondisi khusus masing-masing. Sehingga semua pihak sama-sama bisa menikmati kemaslahatan keluarga. []