• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Aisyah, Seorang Anak Difabel dan Sepucuk Surat untuk Bundanya

Jalan panjang menuju kesadaran akan anak difabel sebagai anugerah Tuhan masihlah penuh dengan onak dan kerikil tajam.

M. Khoirul Imamil M M. Khoirul Imamil M
07/04/2025
in Personal
0
Anak Difabel

Anak Difabel

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Niatan untuk menulis sepucuk surat kepada bundanya Aisyah muncul seketika saya berjumpa dengan Aisyah kecil untuk pertama kalinya.

Siang lalu, saat wangi mentari bersinar terik menghangatkan bumi Magelang, Aisyah bergelayut manja kepada Bu Tutik (bukan nama sebenarnya).

Ia yang belum berulang tahun kelima itu tampak begitu damai di pangkuan Bu Tutik. Barangkali ia merasakan kehangatan belaian seorang bunda pada diri perempuan yang merangkulnya itu.

Kedua bola matanya melirik ke kiri dan kanan. Ia seakan tahu tentang kehadiran saya dan rombongan yang bersilaturahmi ke kediaman Bu Tutik. Kedua matanya itu seolah menyapa kami dengan penuh kehangatan.

“Anak ini buta sejak lahir,” Bu Tutik menerangkan sebelum kami bertanya.

Baca Juga:

Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

Sejurus bakda mendengar kalimat Bu Tutik, nala kami trenyuh. Kami tak sanggup menahan hancur. Selaksa hati kami lebur dalam sakitnya belas kasih seorang anak difabel.

Bu Tutik melanjutkan, “Ditinggal pergi bundanya. Tidak ada yang mengurus.”

Hati saya seketika berasa penuh dengan tusukan jarum. Anak difabel sekecil itu, semungil dan semanis itu belum Allah izinkan untuk menatap mahakarya-Nya.

Andai Aisyah bisa melihat, mungkin surat ini ia tulis sendiri. Ia kirimkan kepada bundanya yang kini merantau jauh hingga negeri Singapura.

Sulitnya Mensyukuri Kelahiran Anak Difabel

Sejatinya, saya pribadi merasa berat untuk mengangkat tulisan ini. Ada rasa kalut yang menyelimuti jiwa. Muncul setali duka yang menjerat jemari untuk mengetikkan aksara. Mungkin, Aisyah adalah satu dari sekian banyak kisah yang menegaskan sulitnya mensyukuri kelahiran anak difabel.

Kelahirannya seringkali tak bersambut semarak perayaan seperti halnya anak kebanyakan. Padahal, kesemuanya sama-sama merupakan karunia Allah. Kedua orang tuanya enggan mengurusnya. Mereka lebih memilih bekerja dan menekuni kesibukan masing-masing. Sementara, putri kecilnya mereka lepas tangankan.

“Semula, anak ini dikurung oleh bundanya. Takut kalau ada orang datang,” mata Bu Tutik sembab lagi berkaca-kaca kala megutarakan kalimat ini.

Ruang tamu rumah Bu Tutik yang sebenarnya cukup luas berasa makin sesak oleh kepedihan. Kami semua yang bertamu memandangi Aisyah dengan pandangan kasih nan iba. Sadar akan pedih yang lekas menghinggapi para tamunya, suami Bu Tutik yang turut membersamai mencoba melegakan suasana. Ia melempar guyon ringan, tanpa menyinggung difabilitas Aisyah sedikitpun.

Seperti halnya Bu Tutik, suaminya itu pun tak kurang sabar turut merawat putri tetangganya itu. Ia bahkan menyampaikan kebisaan Aisyah yang telah hapal seluk-beluk rumahnya.

“Sudah tidak nabrak-nabrak lagi. Ke kamar mandi pun bisa sendiri,” ujarnya dengan sesungging senyum.

Silaturahmi siang itu membikin saya teringat dengan tulisan kawan Faricha Cahya pada 6 Maret 2025 silam. Dengan kalimat persuasif ia menegaskan bila amanah Allah berupa anak difabel mestilah dirawat dengan penuh cinta.

Namun, peristiwa yang menimpa Aisyah membuat saya sadar diri. Jalan panjang menuju kesadaran akan anak difabel sebagai anugerah Tuhan masihlah penuh dengan onak dan kerikil tajam.

Saya rasa, kita semua tak bisa mengelak. Tantangan yang menghadang memanglah tak kurang dahsyat dari gelombang ombak Segara Kidul. Akankah kita cukup bertenaga untuk menerjangnya?

Menjadi seperti Bu Tutik

Perasaan iba terhadap apa yang menimpa Aisyah sedikit berkurang berkat hadirnya Bu Tutik dan suami. Sepasang laki bini itu telah menjelma menjadi dua malaikat yang benar-benar memandang manusia dengan ‘ain ar rahmah; pandangan penuh cinta kasih.

Saya yakin Bu Tutik dan suami memang tidak aktif menulis tentang kepedulian kepada difabel. Keduanya juga mungkin tidak pernah mendengar tentang Akademi Mubadalah 2025 yang gaungnya telah mengudara. Namun, suami istri itu telah mengejawantahkan nilai-nilai kepedulian kepada anak difabel seperti Aisyah yang selama ini menjadi ruh di sebalik tulisan-tulisan di Mubadalah.id.

Karenanya, semangat Bu Tutik seyogyanya menjadi pelecut bagi kalangan pengkampanye yang selama ini berkutat pada pena dan tinta. Ada realitas keseharian yang menuntut respon langsung dan seketika, tanpa ada pilihan untuk abai atau mengesampingkan.

Sudah selayaknya bila apa yang kita tulis bersama-sama dapat bermanifestasi dalam kehidupan nyata. Saya pribadi banyak belajar dari Bu Tutik, suaminya, serta Aisyah tentunya.

Saya berharap agar bundanya Aisyah berkenan dan berkesempatan membaca sepucuk surat ini. Kelak, saya menyimpan optimisme agar Aisyah sendiri yang menulis surat untuk bundanya. Semoga, bersama aamiin dari alam raya. []

 

Tags: Anak DifabelHak anakHak DisabilitasIsu Disabilitasperlindungan anak
M. Khoirul Imamil M

M. Khoirul Imamil M

Pernah nekat menggelandang sepanjang Olomouc-Bratislava-Wina-Trier-Luksemburg.

Terkait Posts

Penindasan Palestina

Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

18 Juli 2025
Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Penindasan Palestina

    Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID