• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tauhid Meniscayakan Kesetaraan Gender

Dengan meyakini ketauhidan, atau hanya menuhankan Allah SWT semata, seperti demikian, maka relasi antara laki-laki dan perempuan adalah relasi antara manusia yang sama-sama hamba

Redaksi Redaksi
04/04/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tauhid

Tauhid

837
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pemaknaan tauhid sebagai fondasi utama menjadi sangat fundamental bagi isu-isu gender. Para feminis muslim telah menempatkan prinsip ini sebagai titik sentral dalam seluruh bangunan pemikiran dan tafsir mereka mengenai hak-hak perempuan.

Ayat-ayat tentang perempuan ini demikian banyak tertulis di dalam al-Qur’an. Bahkan isu tentangnya jauh lebih banyak daripada isu lainnya. Kesetaraan manusia merupakan keniscayaan tauhid.

Meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Besar dan Maha Tinggi, secara otomatis meniscayakan pula suatu keyakinan bahwa selain Dia adalah sama atau setara.

Saya kira jika saja tidak ada tuntutan penjelasan lebih luas. Maka gagasan tauhid ini kiranya sudah cukup untuk menjadi dasar bagi penyelesaian isu-isu kemanusiaan. Termasuk ketimpangan relasi gender yang selama ini kita perjuangkan.

Dengan meyakini ketauhidan, atau hanya menuhankan Allah SWT semata, seperti demikian, maka relasi antara laki-laki dan perempuan adalah relasi antara manusia yang sama-sama hamba sahaya kepada-Nya. Bukan yang satu menghamba kepada, atau menjadi tuhan bagi, yang lain.

Baca Juga:

Tauhid secara Sosial

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Tauhid dan Implikasinya bagi Kemanusiaan

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Dengan relasi kemanusiaan, sekaligus kehambaan yang setara ini laki-laki dan perempuan dituntut untuk berbuat adil satu sama lain (QS. an-Nisa’ (4):135), saling menghormati dengan basis martabat kemanusiaan (QS. al-Isra (17):70), dan saling menolong dan bekerja sama dalam segala hal (QS. at-Taubah (9):71).

Perempuan sebagai manusia yang bermartabat, sebagaimana laki-laki, harus memperoleh hak-hak dasarnya, seperti hak hidup, hak beragama, hak ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Setiap pelanggaran atas hak-hak ini yang menyangkut perempuan, dengan sendirinya, tidak hanya merupakan pengabaian terhadap kemanusiaan kaum perempuan. Tetapi juga pelanggaran terhadap prinsip ketauhidan dalam Islam. []

Tags: GenderKesetaraanMeniscayakantauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID