Mubadalah.id – Seringkali, pembicaraan soal kesetaraan gender dianggap sebagai perjuangan sepihak—hanya untuk perempuan. Padahal, hakikat dari perjuangan ini bukan sekadar membela satu pihak, melainkan memperjuangkan keadilan bagi semua. Gerakan kesalingan, atau relasi setara antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, justru membawa manfaat besar tidak hanya untuk perempuan, tetapi juga untuk laki-laki.
Selama ini, laki-laki hidup dalam tekanan sosial yang sering tidak kita sadari. Mereka dituntut untuk selalu kuat, tidak boleh menangis, harus tangguh, bekerja keras, dan menjadi “pemimpin” di segala bidang.
Standar ini, yang dikenal sebagai konstruksi maskulinitas tradisional, sesungguhnya membuat banyak laki-laki terjebak dalam peran yang kaku dan penuh beban. Dalam situasi inilah, gerakan kesalingan hadir sebagai solusi—membuka ruang kebebasan bagi laki-laki untuk menjadi diri sendiri, tanpa harus terkurung dalam ekspektasi yang menyesakkan.
Salah satu manfaat terbesar dari gerakan kesalingan adalah terbongkarnya stereotip tentang emosi laki-laki. Dalam masyarakat patriarkal, laki-laki kita anggap tidak wajar jika menangis atau menunjukkan perasaan. Padahal, emosi adalah bagian alami dari manusia.
Ketika laki-laki kita beri ruang untuk mengekspresikan perasaan mereka—tak hanya amarah, tapi juga kesedihan, rasa takut, dan kekecewaan—maka kesehatan mental mereka pun lebih terjaga. Laki-laki yang hidup dalam sistem kesalingan tidak lagi merasa harus selalu “tahan banting”, karena mereka tahu bahwa menunjukkan emosi bukan tanda kelemahan, tapi tanda keberanian untuk menjadi manusia seutuhnya.
Mendorong Pembagian Peran yang Lebih Adil
Gerakan kesalingan juga mendorong pembagian peran yang lebih adil dalam rumah tangga. Banyak laki-laki yang sebenarnya ingin lebih dekat dengan anak-anaknya. Laki-laki ingin punya waktu untuk membantu pekerjaan rumah, atau sekadar beristirahat dari tekanan kerja.
Namun norma sosial yang menempatkan laki-laki hanya sebagai pencari nafkah utama membuat mereka enggan atau malu untuk mengambil peran domestik. Padahal, ketika peran rumah tangga terbagi secara adil, hubungan suami-istri menjadi lebih harmonis. Anak-anak juga tumbuh dalam suasana yang penuh kehangatan dan keteladanan dari kedua orang tua.
Di dunia kerja pun, kesalingan memberi dampak positif bagi laki-laki. Ketika perempuan kita beri peluang yang sama untuk berkarier dan berkembang, maka beban ekonomi tidak lagi harus laki-laki tanggung seorang diri.
Hal ini mengurangi tekanan dan membuka ruang bagi laki-laki untuk memilih pekerjaan sesuai minat. Bukan sekadar karena tuntutan status sosial atau penghasilan besar. Laki-laki bisa menjadi guru, perawat, seniman, atau bahkan ayah rumah tangga tanpa kita pandang rendah, karena profesi tidak lagi kita tentukan oleh gender.
Kesalingan juga menolak segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan yang menimpa laki-laki. Dalam sistem yang terlalu menekankan superioritas laki-laki, mereka yang menjadi korban kekerasan sering tidak dianggap serius.
Banyak laki-laki yang diam saat mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan karena takut tidak dipercaya, atau dianggap lemah. Dalam tatanan yang setara, siapa pun yang menjadi korban kekerasan akan terdengar, terlindungi, dan kita berikan keadilan. Tidak peduli apa jenis kelaminnya.
Memperluas Definisi Sukses
Lebih dari itu, gerakan kesalingan memperluas definisi sukses bagi laki-laki. Sukses tidak lagi kita ukur dari seberapa tinggi jabatan atau seberapa besar penghasilan. Tapi juga dari seberapa bahagia, bermakna, dan seimbang kehidupan seseorang.
Laki-laki kita beri ruang untuk mengejar hal-hal yang sesuai dengan nilai dan panggilan hati mereka. Dalam sistem yang saling menghargai, laki-laki tidak harus merasa kalah ketika perempuan sukses. Karena keberhasilan pasangan justru menjadi kekuatan bersama.
Seperti yang Bell Hooks sampaikan dalam bukunya The Will to Change: Men, Masculinity, and Love (2004). Laki-laki juga menjadi korban dari sistem patriarki. Mereka dibesarkan untuk menekan emosi, dilarang mencintai secara utuh, dan terpaksa menjadi makhluk yang dominan demi memenuhi ekspektasi masyarakat.
Hooks menyatakan bahwa laki-laki sangat membutuhkan gerakan keadilan gender. Tujuannya agar mereka dapat mencintai diri sendiri dan orang lain tanpa rasa malu atau takut kita anggap lemah. Oleh karena itu, perjuangan untuk kesetaraan bukan sekadar pembelaan terhadap perempuan, tapi juga jalan pembebasan bagi laki-laki.
Menciptakan Hubungan Sehat dan Saling Mendukung
Yang paling penting, gerakan kesalingan menciptakan hubungan yang sehat dan saling mendukung. Dalam pernikahan, persahabatan, atau lingkungan kerja, relasi yang berlandaskan saling menghormati, saling mendengar, dan saling berbagi tanggung jawab akan menciptakan suasana yang lebih nyaman dan produktif. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah, karena semua pihak kita perlakukan dengan adil dan setara.
Pada intinya, gerakan kesalingan bukanlah upaya untuk menggantikan dominasi laki-laki dengan dominasi perempuan. Ia bukan tentang siapa yang lebih kuat atau lebih pantas. Tetapi tentang bagaimana semua orang bisa tumbuh dan berkembang bersama, tanpa beban stereotip dan ketidakadilan.
Laki-laki justru diuntungkan oleh tatanan yang setara ini. Karena mereka akhirnya bisa menjadi diri mereka sendiri. Manusia yang utuh, bukan sekadar simbol kekuatan. Saat laki-laki dan perempuan saling mendukung, maka masyarakat yang sehat dan harmonis pun bukan lagi impian, melainkan kenyataan. []