Mubadalah.id – Pendapat para ulama berkaitan dengan kasus kehamilan tidak diinginkan yang berakhir dengan aborsi sangat beragam.
Ulama dari madzhab Hanafi membolehkan pengguguran kandungan sebelum kehamilan berusia 120 hari dengan alasan belum terjadi penciptaan. Pandangan sebagian ulama lain dari madzhab ini hanya membolehkan sebelum kehamilan berusia 80 hari dengan alasan penciptaan terjadi setelah memasuki tahap mudghah atau janin memasuki usia 40 hari kedua.
Mayoritas ulama Hanabilah membolehkan pengguguran kandungan selama janin masih dalam bentuk segumpal darah (‘alaqah) karena belum berbentuk manusia.
Syafi’iyah melarang aborsi dengan alasan kehidupan dimulai sejak konsepsi, di antaranya dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin. Tetapi sebagian lain dari mereka yaitu Abi Sad dan Al-Qurthubi membolehkan.
Namun Al-Ghazali dalam Al-Wajiz pendapatnya berbeda dengan tulisannya dalam Al-Ihya, beliau mengakui kebenaran pendapat bahwa aborsi dalam bentuk segumpal darah (‘alaqah) atau segumpal daging (mudghah) tidak apa-apa karena belum terjadi penyawaan. Kecuali mayoritas ulama Malikiyah melarang aborsi.
Landasan Hukum
Landasan hukum yang ulama-ulama gunakan sebagai argumentasi adalah dua hadis Nabi berikut:
عن أبى عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلىالله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ان أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه اربعين يو ما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات يكتب رزقه وأجله وعمله وسقي وسعيد –رواه مسلم-
“Dari Abi Abd Rahman Abdillah bin Mas’ud RA berkata: Rasulullah menceritakan kepada kami sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya dikumpulkan dalam perut ibumu selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah (‘alaqah) dalam waktu yang sama, kemudian menjadi segumpal daging (mudghah) juga dalam waktu yang sama. Sesudah itu, malaikat meniupkan roh ke dalamnya dan melakukan pencatatan empat perkara. Yaitu mencatat rizkinya, usianya, amal perbuatannya dan celaka atau bahagia.” (HR. Muslim)
Dalam Hadis lain menyebutkan:
سمعت رسو ل ا لله صلي ا لله عليه و سلم يقو ل : ا ذا مر ن با لنطفة ثنتا و ا ر بعون ليلةبعث ا لله ا ليهاملكا فصو رها و خلق سمعها و بصرها و لحمها و عظا مها ثم قا ل: يا ر ب ا ذ كر ام ا نثي فيقض ربك ما شا ء و يكتب الملك –ر و ا ه مسلم-
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa apabila nutfah telah melewati empat puluh dua hari, Allah mengutus malaikat untuk membentuk rupanya, menjadikan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya: Wahai Tuhanku, apakah menjadi laki-laki atau perempuan? Lalu Allah menentukan apa yang Dia kehendaki, lalu malaikat itu pun menulisnya.” (HR. Muslim)
Perdebatan di antara ahli fikih dalam hal aborsi tersebut, jika kita amati, akar perdebatannya adalah pada batas kehidupan.
Sejak kapan sesungguhnya kehidupan itu dimulai? Bahasa yang digunakan teks sulit sekali diklarifikasi, hanya menyatakan “sebelum tercipta” atau “sebelum menjadi manusia” (qabla takhalluq). []